Empat

59 11 8
                                    

Jangan lupa vote and comment nya kawan!

enjoyyy!

***

Lima belas menit berlalu lagi, tapi kemacetan ini tetap setia tidak bergerak. Aku mulai bosan dan memutuskan membaca salah satu majalah kecantikan milik ibu. Sebenarnya tidak benar-benar kubaca sih, hanya membolak-balik majalah yang sebagian besar isinya tentang style fashion dan make-up terkini.

Bosan melihat-lihat majalah, aku mengembalikan majalah itu ke kursi belakang mobil lalu memutuskan untuk memperhatikan barisan mobil polisi di depan. Berusaha mencari tahu apa yang sedang terjadi.

Tak lama kemudian, mataku menangkap sesosok mahkluk yang terasa... familiar.

Tingginya yang hampir tiga meter, mata merah menyeramkan itu, enam tangan dengan cakar panjang yang mengerikan, ekor hitamnya yang diselimuti sisik-sisik tajam, serta dua buah tanduk raksasa tertanam di kepala mahkluk itu.

Gorg'z.

Mahkluk itu mulai menyerang brutal ke arah polisi-polisi di depan. Menyerang ke segala arah. Seolah sudah tahu itu akan terjadi, polisi-polisi tersebut menyerang balik mahkluk itu tanpa kesulitan dan tak lama kemudian mahkluk itu tumbang, dengan mudah.

Semudah itu kah?

Kurasa tidak akan semudah itu. Dan benar saja.

Tak lama kemudian, mata ku kembali menangkap sosok mahkluk menyeramkan itu. Tapi kini tak hanya satu, melainkan berpuluh-puluh Gorg'z datang dari segala arah. Mengepung barisan mobil-mobil kami.

Polisi-polisi di depan sana yang semula merasa menang, kini terlihat cemas dan mulai panik. Belum sempat mereka meluncurkan tembakan, mahkluk itu dengan mudah menghancurkan barikade pertahanan mereka. Kini polisi-polisi itu sudah tidak berdaya. Keselamatan diri ada di tangan masing-masing.

Selesai menghabisi polisi-polisi itu, mahkluk itu berbalik dari menyerang mobil-mobil di sekitar kami.

Orang-orang mulai panik dan segera berlari menyelamatkan diri ke sembarang arah. Meninggalkan mobil mereka di tempat.

Ibu yang melihat mahkluk itu menyerang ikut menarik aku untuk keluar dari mobil dan menyelamatkan diri. Kami berlari mengikuti orang-orang yang tak tentu arah. Berkali-kali aku hampir jatuh 'disenggol' orang-orang ini, namun ibu selalu berhasil menyelamatkan ku. Aksi dorong-dorongan antar manusia ketakutan ini membuat bahuku sakit.

Beberapa orang yang berada di barisan belakang sudah diserang oleh Gorg'z mengerikan itu. Aku sempat memperhatikan mereka sejenak, namun ibu kembali menarik tanganku untuk berlari.

"Fokus Anna kalau kau mau selamat, biarkan saja mereka yang sudah diserang. Mereka takkan bisa diselamatkan." Kata ibu dengan raut wajah tegas, seolah-olah ia sudah biasa mengahadapi situasi seperti ini.

Tapi aku tahu satu hal, ibu sama takutnya dengan ku.


"Cepat masuk! Cepat! Cepat!" Seru seorang pria dewasa berbadan tegap sambil menunjuk pintu gedung bertingkat. Ia menyuruh kami bersembunyi di dalam sana.

Ada beberapa orang yang masuk ke dalam gedung, mengikuti instruksi pria itu. Tapi tak sedikit juga yang menghiraukan perkataan pria itu. Memilih berlari menjauh.

Ibu yang melihat gedung itu ikut menarik aku untuk masuk. Tiga ekor Gorg'z yang melihat kami masuk ke dalam gedung ikut mengejar. Salah satu Gorg'z hampir menyambar ibu, namun ditahan oleh seorang laki-laki remaja. Tentu saja Gorg'z langsung mengamuk melihat mangsanya berhasil kabur. Remaja laki-laki itu langsung diserang mentah-mentah sampai ia tak bergerak. Remaja laki-laki itu masih sempat menyuruh aku dan Ibu lari sebelum ia mati ditempat. Ia telah menyelamatkan nyawa Ibu.

SURVIVORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang