"Hm, iya. Di rumah Taehyung," Jungkook langkahin kakinya pelan-pelan masuk dapur Jiyeon. Buka daun pintu kulkas dan ambil susu pisangnya. "Iya, Pa. Ngapain juga Jungkook bolos," dia sedikit berdecak pelan karena udah ngerasa bosan diinterogasi mulu sama Papa yang lagi ceramah panjang lebar lewat sambungan telepon mereka. "Iya, iya. Kami belajar juga, kok, disini."
Kepala Jungkook muter, lirik jarum jam yang nunjukkin pukul setengah sebelas siang, itu artinya disekolah sekarang lagi berlangsung jam istirahat pertama.
"Jungkook ngerti," sahut Jungkook pas Papa kasih petuah lagi yang langsung dia iyakan biar ga perpanjang masalah. "Ya, Jungkook tutup. Hm."
Pemuda itu langsung aja nutup cepat sambungan panggilan dengan raut jengkel, terus Jungkook lempar hapenya ke atas sofa.
"Cih! Sok perhatian," gumamnya sebal sambil duduk. Jungkook raih remote TV di ujung sofa sambil merutuk lagi, "Dia kira gue masih bayi apa!"
Sekitar satu setengah jam Jungkook duduk nikmatin siaran kartun pagi kesayangannya, lama-lama dia ngerasa bosan. Mata Jungkook mulai memberat dan dia jatuhin kepalanya ke atas sandaran sofa. Tiba-tiba Jungkook hela napas panjang, udah dua hari dia nginep di tempat Jiyeon. Jungkook ga bisa nahan rasa senengnya karena diperhatiin gadis itu hampir 24 jam.
Gimana tiap paginya Jungkook bangun dengan wajah kusut, Jiyeon udah rapi pake seragam sekolah dan siapin sarapan buat mereka santap. Ga banyak komentar, Jiyeon cuma bilang Jungkook harus makan teratur disini dan anggap kek rumah sendiri. Dan Jungkook akui, dia masih aja berdebar kencang pas tiap kali Jiyeon natap dia dengan pandangan teduh. Jungkook harap, pusat perhatian Jiyeon sama dia ga berubah. Tatapan mata cantik itu ga ditujukan sama orang lain kecuali dirinya.
Egois? Bodo amat. Yang penting selama egois itu masih ada dan gak dilarang, Jungkook akan berporos disana.
'Lo ga boleh gitu, jir! Lo kira Jiyeon bakalan bisa bersabar terus gitu? Ada waktunya dia capek.'
"Diem lo makhluk tak berkelamin," gumamnya pelan ketika inget omongan Taehyung. Jungkook naikkin kakinya memanjang dan rebahin diri di sofa sambil biarin TV terus tayangin siaran yang udah ga guna lagi. "Capek. Mau tidur—"
Niatnya harus urung pas denger hape dia di bawah kaki berdering. Jungkook sontak berdecak, terus geser hapenya sama kaki sampai-sampai jatuh hantam lantai. Mendengus keras, lantas Jungkook terpaksa bangkit ga niat dan raih hapenya. Lihat siapa penelepon yang berani ganggu paginya pas masa-masa skors yang luar biasa ini, seketika Jungkook kembangin senyum lihat nama yang tertera.
"Hai, dear!" sapanya riang.
"Jungie, kamu kok ga ada di sekolah? Aku tanya Taehyung dia ga jawab."
Nada renggutan disana bikin Jungkook nahan kekehan geli. Dia garuk pelipisnya sambil jawab, "Ah, iya. Aku diskors, Sayang."
"Diskors?! Kok bisa?!" Jungkook otomatis jauhin hape dari telinganya pas denger teriakan Hyerim. "Kamu ga bercanda, 'kan?! Jangan bilang karena masalah pertengkaran sama Jim—"
"Ssh! Jangan teriak bisa gak, hm?" Pemuda itu perbaiki duduknya. Dua kakinya ga berhenti goyang-goyang dari tadi. "Aku bakalan jelasin semuanya ke kamu jika keadaan udah normal lagi, ya."
Terdengar decakan Hyerim yang nyambangi pendengaran dia. Jungkook dengan sabar nunggu Hyerim nyahut. "Janji?"
"Iya, janji."
"Oke, deh. Lagian disini lagi masih panas-panasnya gara-gara kamu kemarin!" omelnya. "Ih! Masih sebel! Kenapa kamu cium Yeseul, sih?! Udah jelas dia pacar Jimin, kamu juga keknya lupain aku—"
KAMU SEDANG MEMBACA
J2; Jerk Jeon
FanficI really am a jerk. However, when discussing loyalty, don't turn your face away from me. -Jeon Jungkook © 2020 iltiipows Started : 22 Juli 2020 Finished : -