Saat hari libur hal ternyaman apa yang harus dilakukan?
Tidur sampai siang? Maraton drakor? Mengerjakan tugas? Jalan jalan bersama doi? Itupun jika kalian punya.
Siang ini Ririn baru saja bangun dari tidur panjangnya, mungkin sekitar jam 11 siang. Menggunakan waktu sebaik mungkin tentu sangat diperlukan. Saatnya bersantai check!
Ririn berjalan menuju dapur untuk membuat coklat dingin dan mengambil beberapa makanan ringan yang akan ia santap dikamarnya nanti. Sampai matanya tertuju pada seonggok manusia yang baru saja lewat.
"Wiryana~ Wiryana~ Dia si abang jelek~" Ririn bersenandung acuh.
Wiryana atau yang biasa dipanggil Wirya langsung menoleh sinis pada Ririn. "Mulut! Gak ada sopan sopannya lo jadi adek! Hormati gue dong sebagai abang lo!"
"Ngapain juga gue harus? Gak ada untungnya!"
Wirya menghempaskan diri disofa. "Harusnya dulu pas Ayah Bunda minta izin ke gue untuk buat anak lagi gak gue izinin."
"Kok gitu sih? Entar gue gak ada dong?"
"Ya bagus lah. Lo gak ada hidup gue damai dan tentram."
"Gue aduin nih?"
"Masa bodo."
Siang ini diisi adu mulut antar saudara. Tidak selalu tapi sering. Rasanya seperti ada yang kurang jika tidak bertengkar. Juga karena sifat keduanya yang sama sama keras kepala. Tidak ada yang mau kalah.
Beberapa saat rumah hening sampai ada seseorang yang mengetuk pintu. Ririn menengok sedikit, seorang laki-laki yang asing baginya. Sepertinya teman Wirya.
"Ngapain lo kesini Jay?" tanya Wirya. Dua orang itu masih berdiri diambang pintu.
"Masalah?"
"Kalo gue bilang masalah?"
"Gue balik." orang yang dipanggil Jay itu membalikkan badan, berniat pergi.
"Tunggu woi! Gue bercanda man. Hayuk masuk, rumah ini senantiasa terbuka untukmu."
Ririn pikir pikir semua urusannya didapur sudah selesai, jadi yang harus Ririn lakukan adalah kembali kekamar.
"Mau kemana lo?" Wirya bersuara, Ririn tahu kalau pertanyaan itu untuknya.
"Kekamar lah."
"Bikinin minum gih."
"Lo pikir gue pembantu?"
"Bawain atau lo gak akan gue hospotin lagi?"
"IYA IYA OKE!"
Dengan kadar kemalasan yang tinggi karena acaranya harus tertunda, Ririn mau tidak mau harus menuruti permintaan Paduka Raja. Tidak lupa minuman yang disiapkan tak luput dari kejahilannya alias diberi racun garam agar abangnya itu mampus. Ririn sudah memantapkan itu dan nanti pasti akan diminum Wirya. Tidak bisa diganggu gugat.
Begitu Ririn diruang tamu, mereka sedang mengerjakan tugas—hm tidak juga sebenarnya. Hanya Jay yang sedang menulis sedangkan Wirya bermain ps dengan buku yang tergeletak disampingnya.
"Silahkan diminum tuan tuan." Ririn berlalu setelahnya. Senantiasa mengintip untuk memantau minumannya yang semoga tepat sasaran karena sudah ia tempatkan masing masing.
Wirya meletakkan stik ps-nya. "Jay, siniin."
Jay hanya melirik.
"Itu gelas lo siniin. Gue gak suka pake yang ini. Masa gambarnya hello kitty, keterlaluan banget." Wirya cemberut, dia beranjak untuk menukar sendiri gelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Manis | Jung Jaehyun
JugendliteraturMencintai itu tidak mudah. Keputusannya untuk bertemu dengan seseorang yang selama ini bagaikan mimpi malah membawanya pada kesalahan yang besar. Kesalahan yang seharusnya tidak dia lakukan karena itu menentang takdir. "Lo gak boleh suka sama dia!" ...