Masalah Besar

3 1 0
                                    

Pagi hari yang cerah ini, Aara melangkah kan kaki nya memasuki gerbang sekolahnya tidak seperti biasanya hari ini Ia tidak terlambat datang ke sekolah. Bahkan teman teman dikelasnya pun heran dengan perubahan Sikap disiplin Pada Aara.
" Ra..  Kesambet apaan lu? "
" Dih apaan sih" jawab Aara pada Sarah
" Ehhh... Doi gua lewat" Histeris Rania yang melihat Asya sedang berjalan melewati geng Aara itu, padahal Asya sudah hampir sebulan sekolah di SMP NUSA HARAPAN tercinta.. Namun sikap Rania masih sering histeris seperti melihat anak baru saja.

Ketika Asya melewati nya, tak sengaja mata mereka bertemu,  bertatapan dan terjadi cukup lama. Entah apa yang dirasakan oleh Aara hingga membuat nya melamun tak menentu.
" Gila ya si Asya ganteng juga iya kan Ra? " takjub Rania
" Ra!!! " panggil Najwa
" lah ngelamun nih bocah" ucap Sarah
" Noviara Putri Sabilla" teriak Ketiga sahabatnya bersamaan menggema di seisi ruangan kelasnya. Apalagi Aara yang terlonjak kaget. Juga Asya yang langsung melihat Aara dan berucap dihatinya,
"Akhirnya tau namanya" batin Asya,
Wajar saja selama ini semua teman teman Aara memanggilnya dengan nama panggilannya itu bahkan guru pun memanggil nama panggilannya ketika mengabsen dikelas dan hal itu membangkitkan rasa penasaran Asya akan nama dari seorang gadis yang kini terlihat menarik dimatanya.

Bel istirahat telah berbunyi, Dikelas nya Kini geng Aara sedang sibuk dengan makanannya juga sambil mengobrol dengan santai dan penuh canda. Hingga Rizki berteriak histeris mengalihkan seluruh pandangan kepadanya,
" Hah!!! " kaget Rizki
" Apaan sih ki? " tanya Naufal dan segera menghampiri temannya itu di ikuti oleh teman lainnya termasuk Asya
" Ini tadi gua pengen ngembaliin pulpen nya si Asya ke tas nya... Tapi malah liat giniian" jawab Rizki sambil menunjukan celana Boxer dari dalam tas Asya dengan ujung jarinya seakan jijik.
" Ehhh... Ini celana Abang gua! "
" Wah beneran sya abang lu kek gini"
"  Iyah.. Hehe," jawab Asya

Aara yang sedari tadi melihat tingkah teman temannya itu mulai mengepalkan kedua tangannya,
" Gila liat nih gua pake " ucap Dimas yang mengambil celana boxer itu dari tangan Rizki dan memainkan nya. Menari nari dengan celana boxer yang sangat besar itu, seakan semua itu sangat lucu.
" Hahahhhahahaha... " tawa Rizki
" Anjir, ngakak" ucap Naufal tertawa
" Haha.. Lucu juga " ucap Asya
" Bisa jadi baju juga nih di gua" tambah lagi tingkah Dimas sambil terus memainkan celana boxer itu.

Hingga seisi kelas terhentak,
"HEHH.... " bentak Aara sambil menatap dengan penuh amarah sedangkan Asya bingung sekaligus kaget.
" Gk seharusnya lu kayak gitu ya Dim" ucap Aara sambil berjalan mendekati Dimas dan kini saling berhadapan.
" Terus? " balas Dimas ngeyel
" Mungkin lu gk tau ya! "
" Apaan luh tersinggung, Hah? "
" Tau luh ndut" celetuk Rizki
" Enggak kok Dim, gua gk baper. Tapi asal kalian tau ya semua orang diciptakan dengan ukuran nya masing masing jadi kalian harusnya gk menghina suatu barang yang mungkin gak kalian pakai tapi kalo kalian menghina sama aja kalian menghina orang yang pakai itu tau gak lu"
" ...." Dimas hanya terdiam dengar kata kata Aara yang penuh ketegasan itu juga dengan segala kemarahan.
" Oke maaf" pinta Dimas
" gapapa lah mungkin orang tua luh terlalu sibuk buat ngedidik anaknya ya kan" Sindir Aara
" maksud lu apa hah" kesal Dimas

Mereka kini betatapan penuh dengan amarah dan dendam.
" lu kurang aja Ra " celetuk Naufal
" Kenapa?, gak enak kan digituin"
" Eh udah udah jangan berantem" pinta Asya meredakan suasana sejenak,
" Ah udahlah lu ngapain sok damai in, padahal itu kaka luh tapi luh hina dia gitu hah, gua- "
" Enggak Ra! " sela Asya
" lu tadi ketawa, gua gak nyangka aja"
" Heh.. " panggil Dimas dengan amarah yang menggebu dan mendorong banyak meja ke arah Aara, bukan hanya Aara yang terjatuh namun teman temannya juga, kini mereka ber empat terjatuh namun parahnya kaki Aara tertimpah meja kayu besar nan berat juga keningnya berdarah karena terbentur lantai.

Semua siswa dikelas kaget, melihat Aara terjatuh Asya pun ingin menolongnya namun Hafizh datang dan membantu Aara juga teman temannya untuk berdiri . Hafizh dan teman temannya yang baru saja datang dari kantin menanyakan tentang apa yang terjadi, namun tak ada salah satu dari mereka yang berbicara. Semua hanya terdiam, bukan hanya karena kejadian itu tapi juga karena takut mengadu tentang apa yang dilakukan oleh Dimas, secara Dimas adalah anak dari kepala sekolah dan benar yang dikatakan Aara bahwa orang tua Dimas memanglah sangat sibuk bahkan sangat jarang bertemu.

Melihat tak ada respon, Hafizh pun segera menghampiri Aara dan memapahnya untuk pergi ke UKS. Asya yang hanya diam melihat nya, kini entah kenapa ia bingung harus memilih temannya atau temannya juga, teman yang mulai ia sukai.

Di UKS, Hafizh segera mengambil P3K untuk mengobati luka di kening Aara. Namun kini Aara sedang memikirkan luka yang ada dihatinya, kini rasanya sangat bingung tak menyangka bahwa Asya adalah orang yang suka menghina orang dari fisiknya. Ia benar benar tidak menyukai cowok seperti itu. Tidak Dewasa, sangat. Padahal Aara mulai sadar bahwa ia menyukai Asya ketika kemarin bertemu,
" Ra... Tunggu" Panggil Asya
" Kenapa? " jawab Aara menghentikan langkah nya menuju ojek online nya.
" Inih " ucap Asya sambil memberikan paperbag warna coklat bergaris.
" Apaan nih? "
" Buat lu biar gak telat lagi"
" Owh " Balas Aara salah tingkah
" Lu jangan telat lagi ya, gua denger lu anak pinter dikelas kan, maka dari itu lu gak boleh telat. Oke? "
" Oke " Jawab Aara kikuk

" Awww" lirih Aara
" Eh maaf Ra," ucap Hafizh
Lamunan Aara tersadar dengan perih luka di dunia nyatanya, padahal kini harusnya menjadi momen romantisnya dengan Hafizh namun ia malah mengingat Asya.


















Bye..
" Kadang sesuatu candaan yang lucu bagi kita itu belum tentu lucu bagi orang lain ,Bahkan mungkin malah menyakiti "
Jadi hati hati...
Entah itu sikap atau perkataan harus kalian jaga terlepas dari siapapun kalian.
:)))))))) see you..











Takdir AaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang