WARNING!
Ide dan plot cerita ini © SeaglassNst
Saya hanya mengembangkannya menjadi paragraf dan memperbaiki bahasanya.
---
Berhubung saya lagi pengin asupan yang fluffy2 aja, jadi diketiklah cerita ini :>
..
.
Chuuya baru saja menutup pintu besar ruangan bos mafia. Kepalanya ia sandarkan sejenak. Pikirannya berkecamuk akan percakapan dengan sang bos beberapa waktu lalu. Ia mendapat perintah atau mungkin juga misi khusus yang menurutnya merepotkan.
"Chuuya aku ingin kau menjaga kesehatannya Dazai."
Kening Chuuya terang mengerut. Tidak paham dengan apa yang bosnya itu ucapkan.
"Aku ingin kau mengawasi pola makannya, olahraga, jam tidur, latihan, dan segala macam."
"Hah?! Aku?! Memangnya aku ini babu dia?! Tidak! Aku menolak!"
"Dia mungkin akan menjadi Bos Mafia di masa depan, jadi dia harus sehat."
"Tapi, Bos..."
"Perintahku adalah mutlak, Chuuya. Aku mengandalkanmu." dengan nafas gusar, Chuuya mau tak mau harus mengiyakan. Mematuhi perintah Bos dengan berat hati.
.
Semenjak Chuuya mendapat perintah dari Mori, ia langsung memaksa Dazai untuk menjaga kesehatan. Mulai dari pola makannya. Membujuk dengan penuh sabar agar Dazai mau makan teratur.
Chuuya tahu Dazai itu malas makan. Kalau pun makan, ia lebih suka dengan makanan akan kaya penyedap rasa, atau bahkan makanan cepat saji.
Tentu itu bukanlah makanan sehat yang pantas Dazai konsumsi. Makanan demikian sangat tidak baik untuk kesehatan. Bahkan anak kecil pun tahu.
Chuuya tidak mau Dazai semakin gila mengonsumsi makanan pemicu penyakit. Maka ia memutuskan untuk memasak makanan. Ia meminta Kouyo untuk mengajarinya cara memasak. Bahkan tak tanggung-tanggung ia mengikuti seminar memasak di akhir pekan.
Demi perintah. Setidaknya Dazai makan tiga hari sekali, entah itu sekadar makan roti juga tidak masalah. Sayangnya kebebalan Dazai yang over dosis, membuatnya tetap enggan untuk makan.
Segala macam bujukan, paksaan bahkan ancaman, ke-semua itu tidak mempan. Hingga Chuuya memohon-mohon dan berkata, "Aku suapin nih. Makan ya?"
Kepala si brunette mengangguk dengan mulut yang terbuka. Betapa bercahayanya binar di kedua bongkahan safir itu. Chuuya sangat bersyukur. Walau hanya sesuap, dua suap saja makanan yang mendarat di mulut Dazai, setidaknya ia mau makan. Itu sudah lebih dari cukup.
Chuuya terus melakukan hal itu selama mereka bersama. Ia tidak pernah absen mengingatkan Dazai untuk makan 3x sehari. Bahkan ketika mereka berpisah karena sebuah misi, Chuuya akan dengan sigap menghubungi via vidcall.
"Dazai, ini sudah waktunya makan siang. Kau harus segera makan."
Di tengah jam sibuk, Chuuya hanya memandangi layar smartphonenya demi melihat sosok di seberang sana menikmati makan siangnya.
Chuuya tidak pernah merasa bosan untuk terus menghubunginya di jam-jam makan Dazai. Tidak hanya itu saja, Chuuya juga memastikan Dazai tidur dengan cukup.
Seringkali Dazai tidak mengangkat panggilan Chuuya di saat jam makan. Sebab ia tahu, Chuuya menelponnya hanya untuk mengingatkan makan. Menurutnya itu membosankan. Tetapi, ketika Chuuya menelpon di penghujung jam tidur, Dazai akan dengan senang mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melodious Soukoku
RomanceKumpulan oneshoot fanfict Soukoku edisi event. Bungo Stray Dogs © Asagiri Kafka & Harukawa Sango