[2] Solusi

2.1K 194 0
                                    

TINGGAL DI LINGKUNGAN baru tidaklah mudah. Sejak meninggalkan Tokyo dua belas tahun lalu, Airi jadi lupa seberapa disiplinnya orang-orang dari negara ini. Disiplin yang dimaksud Airi merujuk pada sesuatu yang baik. Jepang menjadi salah satu negara maju di Asia dan di dunia bukan tanpa alasan. Warga di negara ini begitu sopan dan patuh pada aturan.

Di sini, kau takkan melihat orang-orang berdebat dan menyumpah satu sama lain akibat insiden lalu lintas, kau juga takkan mendapati perkelahian antar orang mabuk di sebuah gang sempit. Banyak hal yang disukai Airi dari negara ini. Namun, rasa sukanya juga sebanding dengan rasa tidak sukanya terhadap upah yang tidak setimpal, banyaknya formalitas, dan budaya senioritas yang begitu kental.

Dari tiga ketidaksukaan itu, Airi telah merasakan dua di antaranya. Hari ini, dia baru saja memenuhi undangan pertemuan dengan Presdir Kage Summit Cinema, Akito Shigaki. Beliau adalah kaki tangan dari Presdir Kage Summit Studios, perusahan induk yang mewadahi bagian perfilman. Berada di posisi tinggi membuat Shigaki begitu disegani. Airi paham. Dia berusaha menghormatinya. Dia bukan seseorang yang tak tahu sopan santun.

Akan tetapi, memiliki etika bukan berarti dia tak punya hak untuk mengeluarkan opini. Raut tersinggung atasannya—yang sangat mengintimidasi karena Shigaki-san benar-benar terlihat garang—itu masih terbayang-bayang oleh Airi. Bahkan setelah mereka selesai melakukan pertemuan dan lanjut melakukan pertemuan lain dengan sekretaris barunya.

Rasa asam jus apel terasa hambar di mulut Airi. Dia sedang terpekur, memikirkan nasib karier barunya yang berawal buruk, sangat buruk.

"Aku hanya pernah beberapa kali bertemu dengannya. Dia memang agak sedikit sensitif."

Ucapan seseorang membuat Airi mendongak. Dia menatap sosok perempuan di hadapannya, perempuan dengan rambut ombre bercat ungu mencolok. Penampilan tersebut terlihat amat menantang jika dibandingkan dengan rata-rata karyawan perempuan di perusahaan mereka.

"Yugao-san, yang kulakukan hanyalah memberi tahu bahwa tuntutan yang dia minta takkan dapat diselesaikan dalam waktu dekat," balas Airi, masih tidak menyangka. "Terakhir kali kulihat berkasnya, kita sedang memegang dua seri televisi. Dua-duanya memiliki kurva rating penonton yang negatif. Artinya, pada setiap episode baru, jumlah penonton kita semakin turun. Aku harus memperbaikinya untuk menghindari kerugian. Tapi, dia juga menyuruh kita menerima lima proyek film baru untuk perilisan di tahun depan. Padahal, sekarang tiga proyek film yang kita tangani sedang mandek."

Airi menatap Yugao dengan heran campur frustrasi.

"Karyawan Hiraishin Picture hanya sekitar seratus. Permintaannya tidak masuk akal. Aku hanya sedikit memberi tahunya. Tapi, dia malah memarahiku yang terlalu pesimis," lanjut Airi dengan nelangsa.

"Harusnya Anda mengiakan saja seluruh ucapannya."

"Mengiakan sama saja memberi janji. Dengan pertimbangan yang sekarang kita hadapi, bagaimana mungkin aku menjamin seluruh kesuksesan proyek tanpa adanya konsekuensi? Dia bahkan tak menanyakan alasanku mengatakan hal itu."

Airi mengembuskan napas pelan.

"Maaf karena membuatmu mendengar seluruh keluhanku," ucapnya, merasa tidak enak. "Aku hanya sedikit tidak mengira kalau kondisi kita separah ini." Tawa Airi sedikit dipaksakan. Dia menunjuk makanan mereka dengan sumpit. "Mungkin kau ingin tambah, Yugao-san?"

Yugao menolaknya. Mereka kemudian menyelesaikan makan selagi berbincang untuk sedikit mengenal satu sama lain. Pada suapan terakhir, Yugao memberitahukan jadwal rapat untuk esok hari, rapat pertama Airi di perusahaan tersebut. Sudah tiga hari dia masuk kerja. Tiga hari pula dia mencoba mengenali para karyawannya. Jika dibanding kolega-kolega kerjanya yang dulu, orang-orang sini memang cenderung lebih kaku dan formal. Airi bertekad untuk mengubah dinamika interaksi mereka secara perlahan, terutama interaksi dengan para petinggi alias senior yang tampak masih belum rela dipimpin oleh anak baru yang sialnya berdarah campuran,dan lebih muda dari mereka.

Shadow of The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang