AIRI TIDAK BERENCANA untuk memberikan pengalaman pertama-nya pada Kei.
Sudah enam bulan sejak mereka memutuskan untuk saling mengenal. Selama itu pula, mereka hanya akan bertemu di sekolah, dengan Airi yang menghampiri Kei di loteng. Tempat itu seolah telah menjadi persembunyian khusus mereka. Airi akan menemui Kei di sana pada lima belas menit pertama jam istirahat. Mereka juga akan kembali bertemu sepulang sekolah setelah Airi menjadikan ajang 'Kei mentraktir ramen untuk Airi' sebagai agenda rutin.
Tindakan ini dilakukan karena Kei bersikeras menolak ajakannya untuk bertemu siswa-siswa lain. Dia memang menerima Airi sebagai teman, tapi bukan berarti dia mau ikut bergaul dengan yang lain.
Airi mengerti. Dia tidak memaksa. Mengenal Kei lebih dekat cukup untuk mengonfirmasikan anggapan tentang Kei yang tak seburuk berita-berita di sekitarnya. Dia memang dingin, menutup diri, dan sangat jarang berinisiatif untuk mengawali pembicaraan. Namun, sebenarnya dia cukup perhatian dan baik—sangat baik karena dia tak pernah membuat Airi kelaparan.
Airi tidak menyesali keputusan yang telah dia buat. Bahkan ketika Kei masih belum mau membagi cerita padanya. Airi tak ingin ikut campur dan malah membuat masalah. Dia tahu batasan privasi seseorang, jadi dia memilih untuk diam dan tak ikut campur. Setidaknya, sampai dia putus kontak dengan Kei selama lebih dari seminggu. Kei tak bisa dihubungi. Dia juga tidak masuk sekolah.
Sehari setelahnya, berita duka tentang kematian Miko Hasegawa—ibu kandung Kei—merebak di media masa. Di sana disebutkan bahwa Miko Hasegawa telah sakit-sakitan. Beliau meninggal dunia akibat komplikasi dan serangan jantung.
Airi hanya dapat termenung. Dia mengabaikan keributan di kelas atau bahkan di sepenjuru sekolah. Sebagai sekolah yang didominas olehi anak para petinggi, mereka mengenal baik siapa itu Hasegawa. Berita semacam ini termasuk berita besar, bukan lagi sekadar berita miring yang kebenarannya tak bisa dipastikan.
Hari itu masih pagi. Airi berkali-kali mencoba menghubungi Kei. Akan tetapi, sebanyak apa pun dia mencoba, nomor yang dipanggilnya tetap tidak tersambung. Kondisi ini bertahan hingga tiga hari ke depan. Airi masih belum mendengar kabar dari Kei. Dia sangat khawatir, terlampau khawatir sampai tak bisa fokus mengikuti latihan klub voli.
Airi yang tidak pernah melakukan kesalahan di permainan itu, mencetak skor kesalahan dengan berkali-kali mengabaikan bola yang mengarah padanya.
Dia ditanyai macam-macam oleh pelatih mereka. Yang dapat dilakukan Airi hanya mengangguk dan beralasan sedang tidak enak badan. Airi diperbolehkan pulang lebih awal. Akan tetapi, alih-alih pulang, dia kembali menghubungi Kei, bahkan mengirimkan pesan suara padanya, mengatakan bahwa dia akan ke rumah Kei kalau masih tak mendapatkan kabar apa pun.
Sepuluh menit setelahnya, ketika Airi sedang menunggu bus di sebuah halte, dia mendapatkan pesan singkat dari nomor asing. Pesan itu berisikan alamat penginapan atas nama Kei.
Airi tak berpikir dua kali ketika dia menaiki bus ke stasiun dan mengambil keberangkatan shinkansen dari Tokyo ke Nagano, sebuah kota yang akan memakan waktu tiga jam jika dikunjungi dengan menggunakan bus. Jika menggunakan shinkansen, perjalanan hanya membutuhkan waktu sekitar satu setengah jam. Airi menggunakan uang simpanannya untuk memesan tiket kereta.
Dia membalas pesan dari nomor asing itu, berharap untuk kembali mendapatkan jawaban. Sayangnya, sampai dia tiba di tempat tujuan, belum ada jawaban masuk. Airi mengeratkan jas sekolah, merasakan angin musim gugur yang lebih dingin dari yang dia kira. Dia menggunakan taksi untuk mengunjungi alamat yang dimaksud. Dengan bayaran cukup besar—bagi standarnya—Airi sudah kehabisan uang tabungan yang sengaja dia kumpulkan selama dua bulan terakhir.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Airi tak merasa ragu untuk menggunakan uang tabungan.
Dia sampai di tempat tujuan sekitar dua puluh menit dari stasiun. Penginapan yang dimaksud Kei adalah sebuah vila yang jauh dari keramaian kota. Matahari telah terbenam di luar sana. Akan tetapi, sebuah taman di hadapannya masih tampak indah. Daun-daun dari jejeran pepohonan berwarna serupa dengan langit senja. Airi berdiri di hadapan sebuah gerbang tinggi. Dia didatangi oleh seorang pria paruh baya, kelihatannya merupakan orang yang diamanahi untuk menjaga vila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow of The Past [END]
Romance#Side Story The Nox Series CHAPTER LENGKAP TELAH DIPINDAH PADA PLATFORM GOODNOVEL DAN KARYAKARSA [R-18] Kei Hasegawa bukan sekadar pria kaya, tampan, berbahaya, dan banyak dijadikan pujaan wanita. Dia bukan manusia yang hanya berlabelkan empat hal t...