BAB 2| LARA

11 2 0
                                    

Happy Reading🧡🧡🧡
Enjoy the story🤟🤟

~~~

"Perpisahan pastilah selalu menyakitkan, itu kewajaran pada manusia. Tetapi, yakinlah bahwa selalu ada rencana dibalik itu semua yang telah Tuhan rencanakan"

-LARA

~~~

Saat Alva akan melajukan mobilnya, ibu Rara tiba tiba berlari keluar rumah menuju gerbang dan berteriak memanggil Alva.

"Alva... Sebentarrr..." teriak ibu Rara, Rania.

"Ada apa sih ma. Teriak teriak kayak di hutan." peringat Rara pada ibunya dengan kondisi mata yang masih mengeluarkan air mata.

Alva turun dari mobil dan menghampiri Rania.

"Ada apa Tante?" tanya Alva.

"Kalian udah makan malam?" ujar Rania balik bertanya.

"Belum tante." jawab Alva.

"Kebetulan kalo begitu. Tante titip Rara dulu. Ajak dia makan malam, Tante ada urusan mendadak di kantor." ujar Rania kepada Alva.

"Siap Tante." jawab Alva tanpa ada rasa keberatan sedikit pun.

"Tapi ma...." rengek Rara pada Rania.

"Sstrtt.... diem. Urusan nya sangat penting sayang. Gak bisa dibiarin gitu aja. Kamu sama Alva dulu ya." pesan Rania.

"Maaa...." rengek Rara merangkul lengan ibunya.

"Santai aja Tante. Ada Alva, Rara pun aman." ujar Alva mengurangi rasa khawatir Rania kepada Rara.

"Yaudah Tante berangkat dulu." pamit Rania pada Alva.

"Mama berangkat dulu." pamit Rania pada Rara ketika taksi online yang Rania pesan sudah tiba.

~~~

Keadaan di dalam mobil sungguh canggung. Hanya ada lantunan lagu yang mengisi seisi mobil. Tak ada sepatah kata pun yang mereka ucapkan hingga mobil Alva berhenti di sebuah cafe favorit Rara yang juga menyediakan menu makanan berat.

Mereka duduk di sebuah bangku yang terletak di depan panggung untuk orang yang mengisi cafe dengan suara lantunan irama lagu setelah selesai memesan makanan.

Selang beberapa menit makanan yang mereka pesan telah berada di hadapan mereka dan siap disantap. Mereka pun tetap enggan bersuara. Hanya suara sendok dan garpu yang sedang beradu di atas piring. Keadaan itu berlangsung hingga mereka selesai makan.

Saat Rara hendak berdiri untuk meninggalkan cafe, Alva berdiri dan berjalan menuju panggung.

Rara melihat Alva yang tengah mengalungkan sebuah gitar di lengannya, duduk di bangku yang di sediakan disana dan mic yang posisinya sudah tepat berada di mulut nya. Rara sudah bisa menebak bahwa Alva akan menyumbang sebuah lagu.

Suara dentingan gitar mulai mengisi seisi cafe. Pandangan pengunjung pun menetap ke arah panggung.

"Aku pergi, bukan berarti tak setia." Alva mulai menyanyikan lirik lagunya. Lelaki itu membawakan lagu dengan judul Aku Pergi - Alika.

"Aku pergi
Demi untuk cita cita.

Maaf bila
Mungkin kita harus terpisah
Relakanlah
Mungkin ini sudah takdirnya." Rara mulai mengerti maksud dari lagu tersebut.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang