Aku tidak pernah tahu, jika mencintaimu akan semenyakitkan ini
Memang tiada sesal bagiku, hanya saja ... Aku sudah mulai mengasihani diriku sendiri
Ini terlalu sakit buatkuAku tidak pernah menyangka, jika sentuhan kecil di kening bisa membuatku sampai di titik ini. Titik di mana aku mulai menyadari, kala hatiku dan hatimu tak sejalan. Ragaku dan ragamu tak memiliki tujuan yang sama.
Aku tidak ingin dikasihani, hanya saja bisakah kamu sedikit berbaik hati padaku? Dengan cara mengambil semua bagianmu dari pikiranku. Ini sungguh aneh, bahkan kamu tak pernah berbicara lebih dari tiga menit padaku. Namun, mengapa rasaku bisa sedalam ini untukmu?
Tolong, beri aku jawaban?
***
Yaya bukanlah gadis pemberani, bahkan untuk menyuarakan rasa sakitnya saja ia sangat kesulitan. Tubuhnya sudah demam sejak jam pelajaran dimulai, hanya saja tidak ada yang menyadari kesakitan gadis itu. Bahkan teman semejanya sendiri.
Kebetulan atau tidak, teman sekelas Yaya yang rumahnya tidak jauh dari gadis itu. Ternyata memiliki masalah yang sama dengan Yaya. Nanda namanya, gadis kecil berambut panjang itu juga tengah demam. Ibu guru yang menyadari hal itu sontak menyuruh kakak kelas mengantar Nanda untuk pulang. Saat itulah Yaya bimbang, ia ingin ikut. Namun, suaranya seolah teredam oleh sesuatu. Jadi, yang dilakukan gadis kecil itu hanyalah menangis.
Tangisnya memicu perhatian seisi kelas, ibu guru akhirnya menghampiri Yaya. Saat tangannya menyentuh pipi lembut Yaya, bu guru menyimpulkan bahwa si gadis cengeng ini juga sakit. Mengetahui kalau Yaya dan Nanda tinggal di lingkungan yang sama, membuat mereka dipulangkan secara bersamaan.
Yaya dan Nanda saling memapah menuju luar kelas, untuk memakai sepatu mereka yang disimpan di rak.
Saat keduanya tengah sibuk memakai alas kaki masing-masing, Yaya dikejutkan dengan sentuhan kecil di keningnya. Dingin, itulah kesan pertama yang Yaya dapatkan. Merasa penasaran Yaya mendongak, demi melihat siapa pemilik tangan mungil tersebut."Hh... iya, panas banget ternyata." Hanya kalimat itu yang diutarakan si pemilik tangan.
Yaya bergeming dibuatnya, bocah laki-laki itu terlalu berani. Namun, siapa yang menyangka kalau hati Yaya terjebak bersamanya dalam kurun waktu yang lama. Konyolnya kejadian itu bermula saat mereka masih duduk di sekolah dasar. Hm, dasar bocil.
***
Yaya pikir usai sentuhan kecil itu pada hari-hari berikutnya ia bisa bersikap seperti biasa. Sayangnya tidak. Bayang-bayang bocah laki-laki itu selalu mengitari pikirannya. Terkesan berlebihan, ya memang beginilah isi kepala perempuan. Rumit.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bahkan tahun ini sudah merupakan tahun kelima Yaya memiliki perasaan pada bocah itu. Namun, hari ini juga merupakan hari terakhir ia bertemu dengannya. Sebab, Yaya dan dia memilih jenjang pendidikan yang berbeda. Tidak perlu tahu lebih jelasnya, biar aku dan Yaya saja yang tahu. Kalian? Cukup membaca saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Yaya
Short StoryYaya tidak pernah tahu, jika sentuhan kecil di keningnya mampu membawanya pada arus cinta. Ia pikir rasa itu akan hilang termakan waktu, nyatanya semakin ia menghindar, semakin ia dihadapi dengan kenyataan bahwa ia benar-benar jatuh cinta. Menulisk...