Chapter 01

25 2 0
                                    


Reccomended Song:
WOODZ - 파랗게 (Love Me Harder)

-
-

"Play me a song."

"Apa?"

Aku menatap gadis yang sedang merebahkan kepalanya di atas meja. Gadis itu balas menatapku dengan kedua matanya yang tampak bosan.

"Play me a song with your gadget. Aku bosan."

"Tapi kamu gak pernah suka denger lagu kalau lagi kerja."

"Seungyoun~"

Gadis itu membulatkan matanya, bertingkah cute. Yang tidak mungkin aku tolak.

"Oke, oke. Wait."

Aku membuka salah satu aplikasi musik. Memainkan beberapa nada untuk menjadikannya melodi. Kemudian menggabungkannya dengan lagu lain yang pernah aku buat sebelumnya. Alunan lembut mengudara di ruangan 4mx6m ini.

"Jangan yang bikin ngantuk, Seungyoun. EDM."

"Tapi ini kan di-"

"Aku kangen liat kamu nge-dj."

What?

Gadis itu sudah berjalan mendekatiku yang memang sejak tadi duduk di sofa dekat jendela.

"Aku pusing," katanya merebahkan kepalanya di pangkuanku. "Butuh healing."

Aku menatap binar kelam yang berada di bawah sudut pandangku.
"Dengan musik EDM?"

Kepalanya mengangguk. "Tapi jangan keras-keras volumenya. Gak enak sama yang lain."

Setelah mengiyakan permintaan aneh itu, aku menggulirkan layar tablet di tanganku. Mencari lagu yang sekiranya cocok untuk healing gadis itu. Tidak lupa volume suaranya aku pastikan tidak terlalu kencang.

Gadis itu menutup matanya. Sepertinya sedang menikmati lagu yang kuputar. Atau mungkin sedang mengingat masanya sendiri.

Aku sendiri, selalu mengingat bagaimana kami berdua dipertemukan.

Di tengah hiruk pikuk night club.

Dia adalah gadis yang sedang mencari pelariannya.

Dan aku seorang pejantan yang tidak bisa melepaskan mata dari gerakan kakunya di dance floor.

Lucu.

Jelas sekali dia tidak terbiasa berdansa di lantai klub malam.

Tapi dia pintar minum.

Aku memperhatikannya dari atas panggung. Dia sudah berkali-kali berganti botol bir dan masih berjalan dengan lurus.

"Seungyoun," panggilnya membuka mata. Aku menatapnya tersenyum.

Lengannya mengalung ke leherku, kepalanya terangkat. Dia mengecup bibirku singkat.

"Kangen," ujarnya.

Entah apa yang sebenarnya dia rindukan. Keberadaanku, keberadaannya di club, atau ciuman di bibirnya?

Sebuah ketukan di pintu membuyarkan tatapan mata kami berdua.

"Nona Lee Paran, waktunya ke-"

Kalimat perawat itu tertunda karena melihat ranjangnya kosong. Sedetik kemudian akhirnya menemukan sosok dia cari. Tersenyum.

"Waktunya kemoterapi."

Gadis di pangkuanku, Lee Paran, mendengus malas. Aku menyentuh pipinya sambil tersenyum. Menguatkan gadis itu.

BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang