Chapter 03

13 2 0
                                    


Recomended song:
Uniq - Luv Again

-
-

Siang ini, setelah aku mengantarkan Lee Paran kembali ke rumah sakit, aku menuruti permintaannya. Untuk berbaikan dengan dia.

Kantor tempatnya bekerja berjarak setengah jam dari rumah sakit. Aku mengirim pesan sebelum menghampirinya. Kubilang akan menunggu di depan kantornya saat jam makan siang.

Doakan aku bisa berbaikan dengannya.

💙💙💙


"Gak perlu maksa untuk sempetin temenin aku disini," ujar Lee Paran sambil menghabiskan makanan pertamanya hari ini.

Dia baru saja kembali dari ruang CT-Scan. Siang nanti, jam 2, dia harus kembali melakukan MRI. Benar-benar melelahkan.

"Kalian kan sudah baikan. Habiskan waktumu dengannya, atau nanti dia marah lagi."

Aku mendelik kesal, dari tempatku biasa duduk, sofa dekat jendela yang berada di sudut ruangan.

"Aku bisa bagi waktu. Untukmu dan untuk dia."

Aku memang bilang aku dengan dia baikan, tapi bukan berarti aku balikan dengannya.

Bagaimana aku bisa mengajaknya balikan setelah apa yang aku lakukan pada gadis di depanku ini?

"Kejadian kemarin malam... rahasia kan? Kamu gak bilang apapun tentang aku, kan?"

"Aku bilang semuanya. Tentangmu. Tentang kita. Dan tentang malam itu," ujarku menatap mata kelamnya dari kejauhan. "Kamu tau aku gak bisa nyimpen rahasia kalau sama dia."

Lee Paran mengangguk. Kembali memasukkan sesuap bubur nasi lembek.

Tapi bahkan dengan makanan lumat itu, Lee Paran masih sering tersedak. Seperti kali ini. Aku menghampirinya, menepuk-nepuk punggungnya lembut untuk membantu Lee Paran mencerna makanannya.

Pada akhirnya gadis itu menyesap sedikit air mineral di depannya.

"Terus dia bilang apa?" tanyanya menelisik.

Aku melepaskan tangan dari punggungnya.

"Yah, dia bilang maklum. Dia mencoba mengerti aku dan situasi saat itu. That's all."

Lee Paran tersenyum. "Dia hanya mengalah. Baik-baiklah sama dia, jangan bikin dia marah lagi. Dia orang yang baik."

"Kalau aku bilang dia mau jenguk kamu, boleh gak?" tanyaku to the point. Dia memang bilang ingin menemui seorang Lee Paran. Penasaran, katanya.

Gadis itu mengangguk. "Kapan? Hari ini?"

"Besok," jawabku. "Hari ini dia pulang sore dari kantornya dan aku ada job di club malam nanti. Gak ada waktu."

"Kenapa gak hari ini aja..." gumam gadis itu menunduk. Samar-samar aku bisa mendengarnya.

"Hari ini gak bisa. Kamu juga harus tes ini-itu. Pasti capek-"

Kalimatku terhenti ketika melihat setetes cairan merah jatuh di atas meja makan Lee Paran. Gadis itu mendongak, tangannya meraba nakas di sebelah tempat tidurnya. Mencari tisu.

Aku meraih lembaran itu dengan cepat. Menyeka hidungnya yang terus-menerus mengeluarkan darah.

"Tuh kan. Makanya istirahat aja hari ini. Abis makan langsung tidur," nasihatku membuat Lee Paran tersenyum di balik lembar tisu di wajahnya. Kedua matanya membentuk bulan sabit yang indah.

💙💙💙

Aku tiba lebih dahulu di rumah sakit. Sengaja janjian dengan dia bertemu di sini. Karena katanya dia juga harus mengurus sesuatu.

BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang