Karlyn, gadis bermata bulat dan berwajah blasteran itu menerawang, tersenyum pedih melihat sekumpulan perempuan yang terlihat bahagia.
"Mereka bahagia tanpaku," jeritnya dalam hati.
Meremas-remas kedua tangannya, dengan ragu Karlyn mencoba menghampiri mereka.
Langkahnya pelan, seolah takut jika gesekan antara sepatu dan lantai menimbulkan suara.
"Hh-hai teman-teman. Hari ini aku bawa puding stroberi, kesukaannya Jotaya," tangannya bergerak tremor membuka ransel, lalu mengeluarkan kotak plastik kecil berisi puding stroberi.
"Kami tidak butuh pudingmu," gadis bernama Jotaya itu berkata dengan dingin. Tatapannya tersirat rasa benci bercampur kekecewaan. "Lebih tepatnya, kami tidak membutuhkan sampah sepertimu," lanjutnya lebih menyakitkan.
Hati Karlyn mencelos. Sesulit itukah ia dimaafkan?
"Ayo teman-teman kita tinggalkan pengkhianat ini," ajak Jotaya kepada 3 orang sahabatnya yg tadi termenung. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan dan sesekali tertawa bahagia.
Tubuh Karlyn merosot ke lantai, dibuangnya puding yang tadi pagi susah payah ia buat ke sembarangan arah.
Apa yang ia harapkan? Semua ini memang salahnya!
Andai saja dulu dia mengeraskan hatinya dan tidak mengakhianati Jotaya, mungkin mereka berlima masih baik-baik saja.
Flashback
🏡 Karlyn's House, 13 Maret 2022Sebuah kecupan lembut menyentuh kening Karlyn. Rizelle, laki-laki tampan berambut blonde itu—pemberi kecupan, mengusap kepala Karlyn dengan sayang.
"Jangan buat aku khawatir lagi," bisiknya sambil menggenggam tangan Karlyn.
Karlyn terkekeh, "Aku cuma kecapean, jangan terlalu cemas." Ia kemudian merangsek ke dalam pelukan Rizelle.
Brakk!!
Pelukan mereka terlepas dan kemudian sama-sama menoleh ke satu titik.
Di depan pintu, Jotaya berdiri kaku melihat mereka.
Jotaya, sahabatnya, dan juga kekasih dari laki-laki yang sekarang berada dalam pelukannya.
"Jo... Aku..." belum sempat Karlyn berkata, Jotaya sudah berlari meninggalkan mereka, diikuti oleh 3 orang perempuan yang juga sahabatnya. "Kalian sama-sama sampah!" kecam Queena, sahabatnya yang lain.
Begitulah, persahabatan mereka hancur hanya karena seorang laki-laki.
Flashback End
Karlyn melangkah ke belakang sekolah, di situ terdapat sebuah danau kecil yang tenang. Dia berhenti di pinggir danau, air danau jernih memantulkan gambaran wajahnya yang menyedihkan.
Dia melangkah lagi, "KARL JANGAN!" seseorang berteriak memanggil namanya.
Terlambat, tubuh Karlyn sudah tenggelam di dalam danau. Karlyn merasakan dadanya sesak, ia kesulitan bernafas, gelembung-gelembung air berkumpul disekelilingnya. Lalu pandangannya mulai menggelap.
***
Mata Karlyn terbuka dengan susah payah, dadanya bergemuruh kencang, nafasnya putus-putus.
Karlyn melihat ke sekeliling, ada lemari, rak buku, tv kabel—dia masih berada di kamarnya.
Ternyata semua hanya mimpi, tepatnya mimpi buruk. Kebencian Jotaya, pertengkarannya dengan Rizelle, pengucilan, dan rasa frustasi kenapa terasa begitu nyata? Apa ini adalah petunjuk agar ia segera mengakhiri hubungan gelapnya dengan Rizelle?
Diraihnya hp berlogo apel sumbing yg terletak di nakas, ada 35 panggilan tak terjawab dan 20 spam chat dari Rizelle.
Rizelle♡
By, knp gk angkat telp aku?
Km knpa?
Km gpp kan?
By, please bls
You
Zel, lebih baik kita akhiri semua
sekarang juga. Hubungan kita
salah. Kita nggak seharusnya
gini. Kamu punya Jotaya, Jotaya
sahabat aku. Maaf, kalau aku
khilaf selama ini. Tapi aku
nggak bisa lanjutin ini semua.***
Keesokan harinya Karlyn berangkat ke sekolah dengan perasaan yang tenang.
Di kelas, seperti biasa semua sahabatnya sudah berkumpul. Jotaya, Anye, Querena, Recca, dan juga seorang laki-laki yang pernah dicintainya, yang kini sedang merangkul Jotaya dengan mesra.
Aneh, tidak ada kecemburuan yg ia rasakan. Hanya ada rasa lega, berkat mimpi itu, ia tidak kehilangan sahabat-sahabatnya.
Karlyn melirik Rizelle, laki-laki tengah menatapnya dengan pandangan sulit diartikan yang dibalasnya dengan senyuman tipis.
Biarlah kisah pengkhianatan atas dasar cinta yang pernah mereka lakukan, terkubur dalam-dalam.
———————The End———————
YOU ARE READING
Pieces of the Moon
Short StoryBerisi kepingan kisah yang lahir dari hasil kegabutan.