About Love

15 5 0
                                        

Tunggu dulu ...

Baru saja di prolog aku bilang tidak akan membahas tentang cinta di lapak ini. Tapi, manusia seperti aku ini memang tidak pernah bisa jauh-jauh dari yang namanya perasaan cinta bukan?

Selain mencintai Tuhan, Rosul, keluarga, dan sahabat. Pastinya, aku pernah merasakan yang namanya jatuh cinta pada lawan jenis.

Aku itu termasuk orang yang mudah nyaman sampai sulit membedakan mana cinta, mana hanya sekadar nyaman atau sebatas suka mengagumi.

Tapi, pertama kali aku jatuh cinta itu pada laki-laki bernama Ricky Ardiyanto saat kelas 3 SD. Kenapa aku sebut ini cinta? Karena perasaan itu ada selama 2 tahun lamanya. Lalu aku merasakan bagaimana rasanya dicintai itu saat kenaikan kelas 4 SD. Bukan dari Ricky, melainkan dari anak laki-laki bernama Adam.

Dia menjanjikan sebuah kebahagiaan. Aku terbuai, aku dibuatnya jatuh cinta. Dia mencintaiku begitu baik. Sampai aku lupa dengan perasaan cintaku pada Ricky. Aku pikir, hubunganku dengan dia terlalu mudah. Sampai seorang sahabat mengatakan padaku, bahwa dia mencintai Adam.

Aku yang lebih mencintai sahabatku itu, memilih mundur juga meminta Adam untuk melupakanku. Setelah itu, aku kembali mencintai Ricky.

Rasanya lucu, mencintai dua orang yang berbeda di waktu yang sama. Yah, namanya juga hati. Tidak bisa berbohong. Karena aku mencintai Ricky, tanpa dicintai balik. Saat ada yang mencintaiku, maka aku membalasnya.

Tapi, cinta aku pada Ricky tidak di respon baik sedikitpun. Dia membalasnya dengan hinaan. Jika kalian membaca cerita aku yang berjudul 'Memories' pasti tau.

Penghinaan dari dia benar-benar mengubah hidup aku keseluruhan. Aku yang senang memiliki banyak teman, jadi malas berteman. Aku yang dulunya gak pernah takut berteman dengan laki-laki, sekarang kesenggol dikit aja udah merasa jijik. Aku yang dulunya cerewet, jangankan berbicara, aku hanya diam tanpa ekspresi di wajah sedikitpun.

Saat SMP, ada seorang laki-laki yang senang sekali mengganggu dan mengejekku. Karena terlalu sering, membuat aku jatuh cinta padanya. Awalnya aku pikir, aku menyukainya karena fisik dia yang hampir sempurna itu. Tapi, ternyata tidak. Entah sejak kapan aku senang melihatnya tersenyum dan tertawa renyah. Melihat wajahnya saja sudah berhasil membuat aku bahagia. Laki-laki itu bernama Awan.

Ada satu kejadian dimana aku merasa malu setengah mati. Jadi, dulu aku dan teman-temanku pulang menaiki angkot (angkutan kota). Saat itu aku duduk tepat di depan pintu, sedangkan Awan tidak jauh dari tempat aku duduk.

Aku memperhatikannya diam-diam yang ternyata disadari oleh Awan.

"Ngapain lu lihat-lihat gua?"

Seruannya saat itu menginterupsi. Aku yang terkejut seketika langsung memalingkan wajah. Berfikir mencari ide untuk beralasan. Suasana yang ramai menjatuhkan aku pada satu pilihan, yaitu diam. Biar saja dia berfikir kalau aku tidak mendengar pertanyaan darinya.

Pilihan aku saat itu tepat. Dia tidak bertanya lagi. Ya ampun rasanya aku ingin tenggelam saat itu juga ....

Sejujurnya, aku penasaran apa alasan Awan terus menggangguku dengan ejekan sampai salah satu sahabatku yang merupakan mantannya, mengatakan alasan itu.

"Nata, si Awan gangguin lu terus itu karena lu pendiam. Udah gitu, wajah tidak ada ekspresi sedikitpun. Jadi kan, bikin dia penasaran sama lu."

"Kalau lu gak mau diganggu sama dia. Lu harus merespon ejekan dia."

Itulah apa yang dikatakan Irama —sahabatku— padaku. Sebenarnya, diejek sama Awan itu memang sedikit membuat aku sedih. Tapi, jika dia tidak mengganggu aku. Pasti tidak akan ada kesempatan buat melihat dia lebih dekat.

Perasaan aku pada Awan itu berlangsung sampai kelas 9 SMP. Aku sempat dibuat nyaman sama laki-laki lain. Tapi, itu tidak membuat aku berhenti mencintainya. Beberapa Bulan setelah masuk SMK, aku yang hobi stalking akun Instagram dia melihat storynya sama cewek lain.

Aku tau, perempuan itu pacarnya. Walaupun tidak ada tulisan tanggal jadian. Tapi, semua story dia saat itu sudah menjelaskan. Akhirnya, aku stalking ceweknya. Ternyata, pacarnya itu cantik dan terlihat islami sekali dengan hijab kebesaran. Aku memang patah dan sedikit sakit hati. Tapi, aku juga bahagia karena melihat ceweknya adalah gadis baik.

Dari sini aku sadar, cinta itu adalah ketika kita bahagia melihat orang yang kita cintai bahagia. Walaupun bukan kita salah satu alasannya yang membuat dia bahagia.

Sejatinya, kalau kita mencintai seseorang. Kita tidak akan berharap dicintai balik. Tapi, kita akan berharap dia yang kita cintai selalu bahagia, apapun keadaannya.

Open Your MindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang