Sedoso Asmo (Sepuluh Nama)

3.5K 53 5
                                    

Katanya, pada Zaman itu, usia anak yang genap 10 tahun, sudah harus mengembara, kesana-kemari, untuk mencari jati diri, lagi-lagi perguruan adalah tempat yang layak bagi anak-anak mereka, entah hitam atau putih, semua orang berhak memilih, bukan?
Jangan salahkan pelaku dalam cerita, semuanya telah berlalu, dan semuanya tinggal cerita.
Perjalanan masih panjang, saya harap kalian sudah memasang sabuk pengaman, untuk sesuatu yang menegangkan.

***

Desa Sirih.

Terlihat seorang bocah bermain ayunan yang terbuat dari kain dan 2 tali yang menggantung diatas pohon untuk menopang tubuhnya yang mungil, ia menikmati semilir angin yang berhembus, menikmati bersama pohon-pohon rimbun yang diam membisu.

"Arjunaaa... "

Arjuna menghentikan Ayunan dengan kedua kaki yang menginjak tanah serta menahan.

"Ada apa Ayah?" Tanya Arjuna.

"Ada tamu, untukmu."

Arjuna tertegun heran, "siapa?"

"Pulanglah."

Arjuna mengangguk, serta berjalan mengikuti Ayahnya yang sudah berjalan mendahului, menuju rumahnya.

...

Seorang Kakek dengan Blankon dikepalanya, duduk dengan gagah disebuah bangku meski tubuh kurus serta kulit yang keriput menandakan dia sudah berumur puluhan tahun.

Kopi hitam, dan rokok yang digulung dengan daun jagung jadi teman selama Ayahnya Arjuna pergi.

Tersenyum, seorang kakek itu ketika melihat Arjuna datang bersama Ayahnya.

"Beri salam padanya, Arjuna. Ia adalah Mbah Dewandaru." Bisik Ayahnya.

Arjuna yang mendengar pernyataan itu, langsung melesat cepat kearah kakek tua yang sedang duduk.
Seperti melihat harapan, untuk menjadi kuat, atau yang paling kuat diantaranya, ambisi Arjuna semakin menjadi-jadi setelah mencium tangan kakek tua tersebut.

Arjuna melangkah mundur, dan ikut duduk bersama Mbah Dewandaru meski sekarang mereka saling berhadap-hadapan.

"Arjuna." ucap Mbah Dewandaru.

Arjuna terdiam, tubuhnya bergemetar, suara Mbah Dewandaru yang membuatnya seperti itu, karena suaranya terdengar begitu lantang,
Meski ayahnya Arjuna pernah berkata Ilmu Senggoro Macan adalah salah satu miliknya, ilmu itu dipakai para pendekar, untuk menggetarkan lawan bicaranya hanya lewat suara.

"Arjuna?"

"I-ya, Mbah."

"Kamu ingin menjadi kuat seperti ayahmu, bukan?"

Arjuna mengangguk menyutujui.

Mbah Dewandaru menatap Ayahnya Arjuna, seraya berkata "Serahkan anakmu padaku, aku berjanji, ia tak akan mati selain bunuh diri-jika, ia berhasil melewati segala ujian dariku."

Darsa terlihat menelan ludah, tak yakin akan kemampuan Arjuna.

"Gimana?" Mbah Dewandaru menegaskan.

History Of ArjunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang