Di sebuah Gubuk.
Suasana hening yang datang bersama angin segar yang masuk kedalam tulang-belulang membuat bulu kuduk berdiri seketika.
Aku masih mematung terdiam, dengan jantung yang berdegup kencang, tak mampu aku bergerak sedikitpun, entah karena rasa penasaran apa arti tulisan itu, atau karena rasa takut yang tiba-tiba datang.
"Arjuna?"
Ucapan itu mampu membuatku beralih seketika, sekaligus sedikit tenang karena suara itu dari seorang anak kecil seusiaku, bernama Haira.
"Ada apa, Haira?" Tanyaku.
Bukan Haira yang menjawab pertanyaanku, melainkan seorang Kakek Tua dengan suara menggema, berkata..
"Hari ini ada dua orang yang akan bertapa disini." Mbah Dewandaru masuk kedalam Gubuk ini, mengeluarkan Kembang 7 Rupa yang dibungkus rapih oleh sebuah kain putih.
Lalu, merapalkan mantra ketika tepat di dua Bak yang terisi air, kemudian menaruh kembang 7 rupa itu perlahan dengan mata terpejam.
"Kalian duduk di masing-masing Bak ini." kata Mbah Dewandaru, seraya menunjuk sebuah Bak berisi air yang hanya sampai perut anak kecil.
Aku dan Haira mengangguk mengerti, dan mulai memasuki sebuah Bak tersebut.
"Neat engsun..." Sebuah rapalan Mantra yang di bisikan oleh Mbah Dewandaru, sebelum pergi dan menutup pintu,
Mbah Dewandaru membakar kemenyan yang harumnya menyerbak ke seluruh ruangan.Aku dan Haira saling tatap-tatapan, sebelum kami memutuskan memejamkan Mata dan merapalkan Mantra.
KAMU SEDANG MEMBACA
History Of Arjuna
Horror[URBAN LEGEND] Ini adalah cerita rakyat pulau Jawa, tak banyak yang mengetahui tokoh tersebut sekarang. Dia adalah Arjuna, salah satu Orang Sakti pada zaman itu. Sekitar 1900, dimana kepercayaan tentang hal mistis masih melekat dalam kehidupan dis...