.
Ibu mertua datang lagi, setelah mendengar suara ribut dari rumah Godang anak menantunya. Ia sendiri baru saja pulang dari sana, dan hendak masuk ke rumahnya di sebelah timur rumah besar.
Suara gaduh dari sana membuatnya tergopoh-gopoh, menuruni lagi tangga rumah panggungnya, bersama tiga pelayannya, mereka kembali ke rumah Dahlia.
Sementara Zulfikar dan Yusniar baru saja beranjak membawa kedua anaknya dari rumah godang ke pondok mereka.
Perlahan, ibu mertua mengintip ke kamar Dahlia, dan terkejut melihat anak menantunya babak belur dengan kamar berantakan. ibu mertua pun mundur teratur, setelah mengangguk pada Makwo yang baru merebahkan Dahlia.
Dia takut menimpali, ini jelas-jelas salah bagi Zulfikar dan keluarga mereka, memperlakukan Dahlia seperti itu.
Bersama tiga orang pelayannya mereka kembali menuruni lagi undakan rumah Dahlia, pergi menuju pondok sebelah Utara. Pondok yang paling kecil di antara kedua rumah mereka. Ia tahu, pasti baru saja ada keributan besar antara anaknya dan kedua istrinya.
"Assalamu'alaikum," salamnya segera dijawab oleh dua orang cucu anak dari istri pertama Zulfikar, Dahlia.
"Waalaikumsalam, Neknooo!!" Kedua anak kecil itu berhamburan memeluk neneknya, lalu mengadu ingin pulang ke rumah ibunya. Wanita tua itupun langsung meminta pelayannya mengantar dua cucunya itu ke rumah Godang, tempat Dahlia.
Zulfikar keluar dari kamarnya bersama Yusniar, tak lama dua pelayannya datang membawa nampan berisi teh dan beberapa kue.
"Sungguh sayang nian suamimu padamu, lihatlah kau yang hanya anak seorang guru, baru ja jadi istrinya sudah dilayani oleh dua pelayan. Sedangkan Dahlia, dia hanya dilayani satu pelayan, itu juga pemberian ayahnya Sultan Sri Kanthil dari daerah pesisir. Kau seharusnya belajar banyak darinya, semua ia urus sendiri, kebutuhan suami dan anaknya. Haish! Kau sungguh manja, belum apa - apa sudah dilayani dua pelayan!" Yusniar terkejut, ia terperangah mendengar omelan Ibu mertuanya yang tiba-tiba itu. Tak ia sangka wanita tua ini berani mengomelinya di depan suaminya.
Memang sudah bawaan ibu mertua gemar mengomel, siapapun tak akan lepas dari kenyinyirannya. Hanya saja, kalau boleh jujur, ia sungguh kesal oleh menantu barunya ini.
Kehadirannya yang mendadak dan sepihak sungguh membuatnya pusing, suasana keluarganya yang tenang jadi penuh ketegangan. Apalagi menantunya Dahlia tak begitu saja menerima perlakuan anak lelakinya.
Zulfikar mengambil madu, tanpa pamit padanya.
"Apa aku bisa bicara dengan puteraku ni berdua sahaja?" Dengan nada dingin, ibu mertua mengusir Yusniar dari duduk di hadapannya. Wanita muda itu lalu beranjak pergi dengan mata berkaca-kaca setelah melihat Zulfikar mengangguk, menyuruhnya masuk.
Dengan langkah disental-sental ia pun pergi, lalu membanting pintu kamarnya.
"Kelihatan sekali dia gadis manja, sukar menerima nasihat, baru begitu saja sudah menangis, kau akan dibuat repot olehnya!" Ujar ibunya, sebelum ia kembali serius menatap Zulfikar.
Anak lelakinya yang gagah itu, sejak tadi lebih banyak diam dan tercenung, ia bahkan tak memberi respon saat istri mudanya diomeli oleh sang ibu. Pikirannya terus berkecamuk pada Dahlia, ia menyesal telah bersikap kasar pada istrinya yang selama ini sangat ia kasihi itu.
Tak pernah sebelumnya ia mengkasari Dahlia. Ia sungguh lupa diri.
"Apa kau sadar? Keluarga kita sudah sangat keterlaluan terhadap Dahlia, terutama kau karena keputusanmu menikah mendadak itu! Kau bahkan barusan telah berani melukainya?" Mata ibunya melotot, wanita tua itu tak menyangka atas sikap kasar Zulfikar. Ia sungguh kecewa, pada anak yang selama ini ia banggakan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dahlia
Historical FictionUdah keluar Novelnya, bisa pesan ke wa saya 081370968830 Best Seller FB