Part 3

355 18 1
                                    

#Dahlia 3

by Ciayo Indah

.

"Singkirkan tanganmuuu!! Babu kurang ajaarr!"
"Tolooonggg! Umaaak!!"

Yusniar menjerit-jerit, berharap suaranya sampai ke telinga ibu mertua di rumah paling ujung. Ia curiga yuk Dahlia sudah menyingkirkan kedua pelayannya terlebih dahulu, sebab  sejak tadi tak satupun dari mereka yang kelihatan batang hidungnya. Dia tak punya kekuatan melawan.

"Umaaaaakkk!! Tolooonggg! Kyaaaaah!Kalian Gilaaa! kyaaaa! Tolooong!" Yusniar memegangi kuluk di kepalanya yang ditarik paksa Makwo, hingga gulungan rambutnya terlepas.

"Aarrghhh! Dasar saitoon kembalikan kulukkuuu!!" Makwo terlihat menikmati setiap gerakannya melecuti Yusniar. Mulai dari tangannya meraih kuluk merah -penutup kepala- yang baru saja dikenakan Yusniar. Tangan makwo yang lainpun ikut merampas dengan kasar teratai dada yang biasa disematkan di leher para wanita terhormat.

Hingga berhamburan lah manik-maniknya. Berjatuhan, memantul dan menggelinding ke seantero lantai kayu pondok Yusniar.

Yusniar menangis ketakutan, ia tak menyangka kedua wanita ini serius dengan ancamannya. Terutama yuk Dahlia, istri pertama suaminya.

Ia sungguh tak menyangka perempuan ini bisa berubah ganas. Dengan tatapan dingin, yuk Dahlia diam saja mematung, seakan-akan menikmati, menyaksikannya diperlakukan bak sampah oleh pelayannya, Makwo.

Mata Dahlia seksama menelusuri wajah Yusniar. Wanita muda ini, juga memiliki rambut yang indah, rambutnya panjang, halus, tipis namun lebat berwarna  keemasan, bak benang sutera yang jatuh lemas, lalu bergoyang - goyang menari, mengikuti setiap gerakannya. Hati Dahlia terusik, terbakar lagi cemburu dihati saat menatap Yusniar.

Terbayang di benaknya, setiap malam Zulfikar mencumbui lalu menyisiri rambut madunya itu, sama seperti halnya yang pria itu biasa lakukan terhadapnya.

Jadi inikah, yang membuatmu lupa dan mencampakkanku bak sampah? Tanyanya dalam hati, seolah ia sedang bicara pada suaminya.

Diangkatnya perlahan satu tangannya, sebagai kode agar Makwo berhenti. Yusniar terpaku pasrah dalam jepitan tangan Makwo. Matanya curiga mengikuti setiap gerakan Dahlia, sekecil apapun. Ia merasa kini berhadapan dengan wanita hilang akal, yang akan menyerangnya.

Istri tua suaminya itu, berjalan perlahan-lahan ke arahnya, wajahnya yang dingin dengan rambut tergerai lemas tetap menegaskan kecantikannya. Dengan memakai baju kurung tanggung beludru hitam, dan kain sarung songket berwarna dominan biru gelap, menambah kesan dingin, menggentarkan.

Yusniar ketakutan. Belum pernah selama hidupnya ia merasa terancam seperti ini. Nampaknya istri tua suaminya ini benar telah jadi tak waras.

"Kau ... sungguh bunga matahari yang indah ... muda, lincah, dan menggemaskan... Pantas saja Zulfikar tergila-gila padamu. Jadi ... kaulah penyebab, hingga suamiku selalu mengunjungi Gurunya itu?" Suaranya mendayu lemas, namun tekadnya kuat terbaca.

Yusniar membuang muka, tak berkenan menjawab pertanyaan Dahlia.

Percuma saja menampik apalagi berbohong, ia memang mencintai Zulfikar sudah sejak lama. Bahkan mungkin sejak ia beranjak remaja, ia sudah tergiur oleh lelaki yang sudah matang itu.

"Padahal, entah ilmu apa yang ia pelajari dari ayahmu yang bodoh itu, kupikir tak ada faedahnya memiliki guru seperti dia. Toh, Zulfikar masih saja tak pernah menjalankan agama dengan benar. Atau barangkali ia hanya ingin melihatmu?" Hati Yusniar panas, mendengar kakak madunya itu menghina ayahnya. Namun ia merasa percuma menjawab pertanyaan orang yang sudah seperti kerasukan setan itu, menurutnya.

DahliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang