“Kan udah kakak kasih tau, kalo main hati-hati.”
Sunwoo cemberut.
Sekarang kakinya sedang dipangku pelan. Celana selutut yang dikenakannya disisihkan sedikit ke atas pada bagian kaki kanan. Dibaliknya, ada bekas darah yang mengering bercampur sedikit tanah yang masih menempel dibeberapa tempat walau telah dibersihkan.
“Di dengerin kata kakak. Jangan masuk telinga kanan keluar telinga kiri.”
Itu Younghoon. Kakak kelas paling rese yang berhasil menerobos hati Sunwoo —anak baru yang pada saat masa orientasi terkenal galak dan jarang menurut pada senior.
“Iya iya.” Sunwoo memutar bola mata, lalu memalingkan wajah —tak ingin balik menatap Younghoon yang memandang lurus padanya dengan tatapan khawatir.
Tahu si adik pacar merasa bersalah dari gelagatnya, Younghoon akhirnya berpaling dan memilih fokus mengobati luka pada lutut Sunwoo.
“Jangan gini lagi. Kakak khawatir soalnya kamu tuh ceroboh, dek.” Iya. Tadi Younghoon berlari kesetanan ke arah UKS ketika mendengar Sunwoo jatuh terguling saat asik bermain bola. Bahkan rapat OSIS yang dipimpinnya ditinggalkan begitu saja.
Tak heran. Bulan lalu, Sunwoo terkilir saat berlarian bersama temannya ditangga sekolah. Minggu lalu, Sunwoo juga terjatuh karena menginjak tali sepatunya yang lepas dari ikatan.
Anak ini sungguh ceroboh. Dan Younghoon selalu dibuat khawatir karenanya.
“Bisa nggak sih sehari aja kamu tuh nggak buat kakak khawatir?”
”......” Sunwoo dan segala egonya. Di ujung bibirnya kata maaf ingin terucap, tapi hatinya terasa berat.
Sedikit kesal, Younghoon menekan luka Sunwoo perlahan, “AW! KAK JANGAN DITEKAN!” Alhasil, cubitan kecil yang di dapatkan Younghoon pada lengannya.
“Jangan diam terus makanya.”
“Tapi jangan ditekan. Sakit.” Suara Sunwoo melemah diakhir. Kemudian diam lagi.
Younghoon mengehela nafas. Peralatan untuk mengobati kaki Sunwoo diletakkannya sejenak, lalu fokusnya benar-benar ke arah adik pacar yang kembali menunduk.
“Kakak nggak ngelarang kamu buat ngelakuin aktivitas yang kamu suka kok, tapi kakak cuma pengen satu hal. Hati-hati. Jangan sampe lupa sekitar kalo udah excited. Kebiasaan kamu sampe nggak merhatiin apapun kalo lagi fokus. Ada batu tetep aja dilewatin, tali sepatu lepas tapi nggak nyadar, lari-lari kejar-kejaran ditangga cuma buat lomba siapa yang duluan sampe ke gerbang,” Younghoon mendekat, membawa tubuh Sunwoo yang kecil di atas pangkuannya, “Kalo kamu sakit, kakak juga ikutan sakit.”
Sunwoo yang tadinya hampir luluh, kini mengernyit tak suka, “Apaan sih, kak?! Gombal! Sunwoo nggak suka!”
“Masa sih? Tapi kok telinganya merah gitu?” Younghoon terkekeh, “Eh, mukanya juga ikutan merah.”
“KAKAK!”
Tawa renyah Younghoon pecah saat merasakan Sunwoo secepat kilat menyembunyikan wajah pada ceruk lehernya.
Malu tapi tak mengaku. Berhati lembut, tapi keras kepala.
Tipikal Sunwoo.
Lucu.
Itu yang Younghoon suka.
“Berhenti buat kakak gemesh dong. Kakak kan jadi nggak nahan.” Kalimat ambigu dan menggoda milik Younghoon sekali lagi membuahkan cubitan kecil pada lengannya.
Younghoon tak protes. Menerima berpuluh-puluh cubitan pun ia rela.Karena hal yang selalu menjadi favoritnya adalah melihat Sunwoo tersipu malu seperti saat ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bbangsun Story Collection
ChickLitKumpulan cerita pendek Bbangsun 💙 There will be a shortfic, twoshots, and AU here~ Dom!Bbang Sub!Woo Officially started on July, 28th 2020 💙