Dedek Gemesh

1.6K 154 14
                                    

Ada rasa yang tak bisa Sunwoo ungkapkan jika kak Younghoon --si ketua osis galak tengah memarahinya yang terlambat memasuki gerbang sekolahnya di pagi hari. Ada perasaan kesal, ingin marah dan ngambek, juga ada perasaan senang seolah ada kupu-kupu tak kasat mata yang menggelitik perutnya.

Di satu sisi ia malu karena dimarahi di tengah lapangan luas yang dapat diakses bebas dengan pasang mata dari setiap sisi sudut sekolahnya, tapi ada perasaan bahagia juga melihat wajah frustasi sang ketua osis yang hampir putus asa karenanya.

Iya, karena dirinya, Kim Sunwoo --si adik kelas yang selalu terlambat, padahal sudah sering diberikan hukuman yang meresahkan.

"Kak, apa nggak bosen marahin Sunu terus?Nanti gantengnya ilang." Dengusan terdengar dari kak Younghoon.

"Dimarahin aja kamu nggak bisa nurut, gimana mau dialusin?!" Kak Younghoon mengusap wajahnya kasar.

"Semestinya kakak antar jemput Sunu dong, biar bisa mastiin Sunu nggak telat lagi."

"Mulut dijaga ya, dek! Seenak jidat lo aja nyuruh gue antar jemput?! Gue bukan supir lo!"

Sunwoo menunduk kecewa, "Maaf kak."

"Sekarang lari sepuluh kali putaran. Nggak ada tawaran. Ini perintah langsung dari kepala sekolah sebagai hukuman baru." Iya, biasanya cuma disuruh bersihin toilet. Sunwoo nggak apa-apa sama hukuman lama, at least dia nggak kepanasan karena matahari yang sinarnya seolah tak ingin redup dimana hari ia terkena hukuman.

Sunwoo pengen protes, tapi kak Younghoon udah natap dia galak banget. Sunwoo jadi takut. Nyalinya menciut.

Akhirnya setelah menyimpan tas disudut lapangan, Sunwoo berlari mengabaikan teriknya matahari hari ini. Jangan sampai kak Younghoon menjadi sepenuhnya kesal karena dirinya yang membantah tak ingin dihukum.

Jadi ketua osis sekaligus ketua kedisiplinan memang berat. Seringkali Younghoon dihadapkan dengan anak-anak yang tak tahu aturan dan harus menangkis segala macam rengekan mereka. Terutama Sunwoo, karena selain suka membantah, anak itu sering menggodanya. Syukur saja hari ini anak itu tak banyak omong dan langsung menurut.

Disisi lain, Sunwoo tengah bermandikan peluh. Ini baru putaran ke lima, tapi kakinya serasa seperti jelly yang siap roboh kapan saja. Perutnya sakit seperti di remas. Kepalanya pusing dan hidung seperti tersumbat oleh sesuatu sebelum beberapa detik setelahnya sebuah cairan merah dari hidungnya terasa luruh jatuh mengenai kain seragamnya.

Sunwoo berhenti.

Darah.

Kepalanya ia dongakkan. Matanya mengerjap pelan menormalkan pengelihatannya yang semakin buram bersamaan dengan kepalanya yang serasa dihantam batu.

"Kenapa?" Sebuah suara masuk ke dalam indra pendengarannya.

Itu suara kak Hoon, yang datang dengan langkah tergesa dan wajah khawatir.

"Ya Tuhan, dek. Jangan didongakkin, kepalanya nunduk coba." Sunwoo menggeleng panik. Takut jika darahnya akan semakin banyak jika menunduk, padahal justru jika dibiarkan mendongak pernafasannya akan ikut tersumbat oleh darah.

"Nggak apa-apa. Nunduk ya, pelan-pelan." Kepalanya diusap lembut, tubuhnya juga tengah disandarkan pada dada bidang kak Younghoon, jaga-jaga jika Sunwoo tumbang nantinya.

Baju keduanya telah dipenuhi merah darah.

Sunwoo mendengar Younghoon menelepon seseorang, masih dengan sebelah tangannya yang bebas merangkul Sunwoo untuk dibawa ke tepi lapangan, tetapi sebelum mencapai tujuan, tubuh kecil itu ambruk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bbangsun Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang