APA, SIH, SENANDIKA?
Secara umum senandika adalah wacana seorang tokoh atau pelaku dalam karya susastra dengan dirinya sendiri di dalam drama yang dipakai untuk mengungkapkan perasaan, firasat, konflik batin yang paling dalam dari tokoh tersebut, atau untuk menyajikan informasi yang diperlukan pembaca atau pendengar.
Senandika sering digunakan dalam drama, tetapi tidak lagi populer ketika drama bergeser ke aliran realisme di akhir abad ke-XVIII. Tetapi saat ini, dengan pembatasan anggaran di teater, mereka menjadi populer lagi.
Senandika / Solilokui; jenis monolog, tetapi bukan sebuah aside. Monolog adalah pidato di mana satu karakter membahas membahas karakter lain, atau penonton; atau pidato yang diarahkan sendiri. Sedangkan aside adalah komentar (biasanya pendek) oleh satu karakter kepada penonton, meskipun selama bermain itu mungkin terlihat seperti karakter yang menyapa dirinya sendiri.
BAGAIMANA CIRI KHUSUS DARI JENIS KARYA TULIS INI
Senandika itu sendiri berisi kisah perjalanan, informasi, dan hal menarik lainnya. Tapi, dalam buku karya yang banyak di pasaran yaitu senandika kisah kehidupan dari penulis itu sendiri. Di mana tokoh utama yaitu aku, dan tokoh ke dua sebagai kamu atau kau.
Senandika termasuk dalam jenis prosa. Juga bisa dibilang puisi, tapi lebih memiliki diksi-diksi yang tinggi.
Contoh karya penulis hebat senandika adalah Fiersa Besari, pada bukunya: Garis Waktu.
Karya penulis ini memang rata-rata berupa bentuk senandika, tepatnya kisah perjalanannya mengarungi dunia.
BAGAIMANA CARA MENULIS SENANDIKA?
Sama halnya dengan menulis karya tulis lainnya. Tapi di dalam senandika, penulis lebih banyak menggambarkan perasaan melalui andaian, tidak menuliskannya langsung dengan bahasa yang biasa.
Nah, dari pengandaian itulah penulis membuat diksi indah yang memukaukan lafalan dan pola fikir pembaca.
CONTOH SEDERHANA SENANDIKA
Rasa yang belum ternodai kusuguhkan sepenuh hati pada yang tak berhati. Diri lebih sering berkeluh kesah, tapi masih kalah dengan pasrah yang telanjur menyatu dalam darah. Tiada yang salah, pun tak ada yang benar. Karena jodoh pertemuan adalah perpisahan, maka izinkanlah rasa yang ada tetap menjadi rasa; bukan gunungan penyesalan yang sewaktu-waktu memuntahkan air mata.
Yang sedikit kupahami dari segala yang kudapati hingga kini, adalah usaha untuk memahami diri dan apa yang dirasa adalah hal utama sebelum beranjak mengejar yang hendak dikejar. Jangan mengejar hati yang menghindar, pun mendatangi relung yang tak ingin diisi. Apalagi menghalangi yang hendak pergi. Jikalaupun detik itu kau mendapati ia menyambutmu, percayalah bahwa beberapa detik berikutnya akan ada dua pilihan ; kau disenyumi untuk beranjak diri, dia yang pergi, atau kau yang dipaksa melepaskan hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATERI SASTRA LK
Literatura FaktuMateri sastra Literasi Kita. Update setiap hari Rabu.