2

1.6K 138 2
                                    

"Peng? Peng?!" Tay menguncangkan tubuh Off. "Hah, hah kenapa?" Off tersadar akan lamunannya lalu menoleh ke Tay. "Lu ngelamun mulu, mikirin apa?" tanya Tay curiga.

"Ga mikirin apa - apa. Cuman bosen aja" Off berbohong. Tay hanya menatapnya dengan tatapan curiga lalu ber-oh. "Iya dah, serah lu" ucapnya cuek.

"Oiya Singto" pandangan Tay beralih ke Singto yang sedari tadi masih sibuk membaca buku. Pikirannya mungkin hanya buku, buku dan buku. 

Singto menoleh ke arah Tay. "Kenapa?" ucap Singto. "Ga penting, awas" Singto dalam mode serius sekarang. "Elah, lu sesibuk apa dah emangnya? Baca buku doang, dasar nerd" Off menyahut dari tempat duduknya.

Singto hanya cuek dan tetap menatap Tay. "Cowo yang lu bil-" baru saja Tay ingin bertanya seseorang memanggilnya. "TAY!" Tay menoleh ke arah teriakan. Begitu juga dengan seisi kelas, seorang siswi entah dari kelas mana mendatangi mereka saat jam pelajaran.

Siswi itu berambut panjang sebahu dengan paras yang cantik. Tetapi dia kelihatannya sangat marah ke orang yang dipanggilnya itu, Tay Tawan. 

Itu Jamie, siswi yang sedang terkenal di sekolah itu karena cantik. Bisa dibilang dia primadona sekolah. Akhir - akhir ini dia memang dirumorkan dekat dengan Tay. 

"Oh? Jamie?" Tay menyapanya dengan nada bicara datar. "Kenapa aku telfon kamu engga angkat?!" ia berteriak agak kencang sambil merengek di depan semua orang.

Tay hanya berdecih lalu menariknya keluar kelas. "Kenapa lagi?" bisik Tay dengan nada yang agak tajam. Jamie terus menerus merengek di depan Tay dan itu membuatnya muak.

Tay sudah tau Jamie mendekatinya hanya karena ia tampan dan bisa dibilang tajir, dan Tay membenci orang seperti itu. Apalagi yang hanya bisa menyusahkan dan sibuk merengek didepannya, ia muak.

"Kamu kok ga jawab telfon aku? Aku kan takut kamu kenapa - napa" Jamie memegang lengan Tay. "Gue ga kenapa - napa. Dan satu hal lagi lu gausah nyari - nyariin gue lagi cuma gara - gara lu suka sama gue." bentak Tay.

Jamie terdiam. "Jadi maksudnya, kamu ga suka sama aku?" ucap Jamie lirih. Tay hanya mengganguk dengan ekspresi datar. Ekspresi wajah Jamie berubah menjadi sedih, air matanya turun dan meleleh di pipinya.

"Bug!" sebuah hantaman keras mendarat di perut Tay. Yang dihantam terbanting jatuh ke tanah dan meringis kesakitan. "Berani banget lu nolak Jamie, dasar sok ganteng. Lu pikir, lu yang paling ganteng dan tajir disini?!"

Seorang cowo berbadan agak tinggi mendekati Jamie. Cowo itu menatap tajam ke arah Tay yang masih meringis kesakitan. Dia tidak mengatakan apa - apa lagi, dia langsung pergi membawa Jamie yang masih menangis.

Tay memegangi perutnya. "Ck, Jamie sialan" ucapnya pada dirinya sendiri. Dia mencoba berdiri, tapi beberapa detik kemudian dia ambruk menyentuh tanah. "Lu gapapa?"

Tay mendongak, seorang siswa mengulurkan tangannya. Tay tidak pernah melihatnya, tapi ia terpesona melihat sosok didepannya. Cowo itu agak tinggi dengan kulit nan putih, jari tangannya lentik seperti perempuan dan yang paling memesona bagi Tay adalah wajah imutnya.

"Shia, ini titisan dewi mana lagi?" batin Tay dalam hati. Tay melamun memerhatikkan sosok didepannya. "Halo?" ucapan sosok itu membuyarkan lamunan Tay. "Eh? Iya" Tay mengulurkan tangannya meraih tangan sosok didepannya.

Ia dibantu berdiri oleh siswa itu. "Lu Tay ya?" tanya sosok itu. Tay menganguk sambil memegangi perutnya. "Gw New, kebetulan gw lagi nyariin lu" ucapnya sambil membawa Tay ke UKS.

"Memang kenapa?" tanya Tay. "Nanti gw bilang pas udah nyampe UKS. Kasian lunya babak belur gitu, lemah banget padahal dipukul sekali doang" New terkekeh meremehkan Tay. "Sialan, kayak lu kuat aja" ucap Tay.

***

"Aduh!" Tay berteriak pelan ketika perutnya diobati New. "Lemah amat, jangan gerak" mau diobatin nih" ucap New. Tay menyambar alat yang digunakan New. "Gue bisa sendiri" ucapnya tajam.

"Dasar ga tau trima kasih," New menatapnya balik. "Kalo bukan karena gw disuruh kepsek buat nemuin lu, gw gasudi" ucap New lagi. "Kepsek? Tujuan lu nemuin gue apa emangnya?" tanya Tay.

New menghembuskan nafas panjangnya. Dia mendekati Tay lalu memberikkanya beberapa lembar kertas. "Ini apa?" tanya Tay bingung. "Daftar nilai ujian matematika lu" 

Tay memperhatikkan kertas itu. "Jadi tujuan lu nemuin gue?" New mengangguk. "Iya, gw bakal jadi tutor matematika lu." Tay berdecih. "Nilai gue memang kenapa? Normal - normal aja tu"

"Merah semua gitu normal? Gila lu" ucap New. "Gw ditugasin kepala sekolah buat ngajarin lu, seengaknya sampe nilai akhir matematika lu diatas 80" ucap New enteng.

"Gasalah lu? 80? Dengan materi matematika yang gajelas itu?" New mengangguk. "Bukan materinya yang gajelas, lunya yang goblok, gangerti apa - apa" ucap New. Tay ingin membalas tapi New sudah pergi dari UKS. "New sialan" 

***

"Eh buset, kenapa lagi lu?" sahut Off. Tay masuk ke kelas dengan wajah memelas sambil memegang perutnya. "Digebukin ama temennya si Jamie. Cuman gara - gara gue nolak si Jamie." ucap Tay.

"Lembek amat" ejek Off. "Iyain, kalo lu diposisi gue pasti lu udah nangis - nangis" Tay membalas ejekan Off. Yang di balas hanya cengengesan seperti orang bodoh. "Sing, lu diem - diem bae." sahut Tay.

"Hm, gue lagi belajar. Minggu depan ada lomba" ucap Singto tanpa mengalihkan pandangannya dari bukunya. "Eh, Peng lu g-" baru saja Tay ingin berbicara ke Off, Off sudah kabur entah kemana. Seperti biasa, dia bolos. Tapi tujuannya kali ini bukan hanya untuk menghindari pelajaran tapi untuk bertemu anak itu, anak yang membuat Off penasaran tentangnya. 

***

Off seperti biasa duduk di meja kantin. Ia mengintip dari celah kantin, mencari anak itu. "Dia dimana ya?" ucapnya sambil melirik. Off menunggu sampai beberapa menit, tapi orang yang dicarinya tidak muncul.

Off menghembuskan nafas panjangnya. Tapi sebenarnya dia bingung, kenapa dia sangat sangat sangat ingin bertemu anak itu. Padahal tau namanya saja tidak.

Tiba - tiba seseorang menepuk bahu Off. "Anjrit" refleks Off ketika ditepuk. Didepan Off terlihat seorang siswa. Itu bukan siswa yang dicari Off, itu adalah Arm, teman Off dari kelas sebelah.

"Anjir kaget, gw kira guru" umpat Off. Arm hanya terkekeh lalu meminum kembali milo dingin yang dipegangnya sedari tadi. "Nih buat lu" Arm menyodorkan segelas milo dingin yang baru ke Off.

Yang ditawarkan langsung menyambar minuman itu, kalo bisa dapet gratis kenapa harus nolak? Arm duduk disebelah Off yang menyeruput minumannya. "Tumben banget bolos jam segini biasanya lu tidur di kelas" ucap Arm.

"Gw lagi nyari orang" balas Off. "Siapa? Siapa tau gw kenal gitu" ucap Arm. "Nah masalahnya gw sendiri juga gatau namanya siapa" ucap Off. Arm berpikir - pikir sebentar.

"Ya samperin aja kelasnya" ucap Arm. "Gw juga gatau dia kelas berapa" jawab Off. "Ciri - cirinya memang kayak gimana dah?" tanya Arm. "Cowo, agak pendek sebahu gw paling, mukanya lucu-lucu gimana gitu terus dia lumayann pinter soalnay gw pernah nemu ini" Off menyodorkan lembaran jawaban yang ia temukan kemaren.

"Oooh maksud lu Gun?" ucap Arm. "Dia anak kelas gw, anaknya pinter tapi sering bolos. Dia juga sering dikejar - kejar guru, rumornya sih dia pergi ke club" lanjut Arm. "Siapa namanya?" tanya Off lagi.

"Gun, Gun Atthaphan Phunsawat" ucap Arm. "Eh udah dulu ya, kelas gw udah pergantian pelajaran" ijin Arm lalu pergi. Off mengganguk lalu termenung berpikir. "Gun? Gw harus cari tau siapa dia" 

- to be continued -

attitude - [taynewsingkitoffgun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang