Happy Reading💚💙💜
Kisah cinta manusia bisa Diana pastikan berwarna, berbeda dengan kisahnya. Selalu abu abu bahkan hitam, Diana pernah berandai andai jika kisah cintanya penuh warna. Menurutnya kisah cintanya tidak pernah ada perubahan, dari awal hubungannya dengan Satria hanyalah sebuah cangkang yang isinya tentu tidak ada apa apanya.
Diana pernah berfikir jika hubungannya hanyalah status saja, meski Satria memperlakukannya selayaknya seorang kekasih ujungnya Diana bisa menebak pasti Satria sedang mendekati gadis lain. Diana sudah tidak aneh dengan sikap Satria, harusnya Diana bisa meninggalkan Satria dengan alasan sikap Satria yang terkesan genit itu.
Dasarnya hati Diana hanya milik Satria, mau sesalah apapun Satria tetap saja Diana akan memaafkan Satria.
"Kenapa sih, gua punya cewek itu baik banget?" Satria baru saja memporak porandakan hati Diana.
Diana mendengus sebal, "Ih, lu tuh ya! Rambut gua berantakan! Yatuhan,---eh anjir!" baru saja Satria mengacak acak rambut Diana, kini Satria sudah menarik Diana kedalam pelukannya.
Diana tersenyum nanar disana, Satria tentu tidak bisa melihatnya. Pelukan ini adalah pelukan pertama yang ia rasakan dari seorang Satria, "Gak akan lama kok, cuma nganter Norma ke gramedia doang!" Ucap Satria
Satria melepaskan pelukannya dan menangkup pipi Diana. Dari sana Diana mengangguk, "Hati hati dijalan."
"Siap, sayang." Jawab Satria.
Sekali lagi Satria mengacak acak rambut Diana dan langsung berlari menuju fakultas sebelah untuk bertemu Norma. Diana menatap punggung kekasihnya sampai hilang dari pandangannya. Dadanya tiba tiba saja sesak, meski ini bukan pertama kalinya Satria jalan dengan gadis lain tetap saja dadanya sesak.
Katakanlah Diana itu bodoh sudah mencintai Satria yang jelas jelas mempetahankan Diana hanya untuk status saja. Sudah banyak yang mengatakan jika Diana itu bodoh, bahkan kata kata kasar sudah terlalu sering ia dengar dari sang kakak. Tetap saja Diana mempertahankan hubungannya. Satria tidak pernah berbohong memang, ia selalu meminta izin kepada Diana untuk jalan dengan gadis lain. Dan Diana pun tidak punya alasan untuk melarangnya. Bodoh memang.
Diana terlalu malas untuk bertengkar, "Pulang sendiri lagi deh." Diana menghela nafasnya pelan. Lagi lagi itu helaan nafas yang mengartikan jika hatinya kecewa.
Lagi lagi Diana meninggalkan area kampus dengan rasa kecewanya. Ia menengadahkan kepalanya dan tersenyum. Entah mengapa awan mendung membuatnya bahagia, Diana suka hujan. Sangat. Hujan bisa membuat fikirannya adem, karena suara hujan itu bisa menyejukan.
Meski bagi sebagian orang hujan itu mereka hindari, bagi Diana hujan itu ia cari.
"Mungkin langitnya lagi sedih, kaya gua haha." Tawa sumbang Diana terdengar.
Diana tertawa sendiri. Ia menertawakan dirinya sendiri yang begitu bodoh sudah mencintai Satria. Diana masih belum beranjak, ia masih di halte. Padahal beberapa bus kota sudah lewat, tetap saja Diana belum ada hasrat untuk menaiki bus itu. Ia rasa, percuma pulang toh ia akan berdiam diri di kamar dan menatap jendelanya sambil bermain piano.
"Dia udah sampe belum ya?" Diana bermonolog sendiri.
"Mau hujan, pasti bakal lama jalan sama Normanya." Diana tersenyum nanar lagi.
Tidak lama kemudian, jalan Pemuda itu basah. Hujan mulai turun membasahi Jakarta. Dalam senyum itu Diana menyimpan luka yang teramat dalam. Rasa cinta yang besar untuk Satria menghalangi niatnya untuk mengucapkan kata pisah.
Diana mengambil ponselnya di dalam tas dan membuka aplikasi chat. Tadinya ia berniat untuk mengirimkan pesan untuk Satria tetapi ia urungkan saat melihat snapwa Satria yang berisi Norma sedang memilih buku dengan caption "Ngasuh bocah🐥"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Maze | Na Jaemin
Fanfiction"Dee, dia cantik gak?" Diana lelah. Diana tidak tau sampai sejauh mana ia bertahan, banyak pertanyaan yang ingin ia tanyakan. Tetapi ia sadar bahwa pertanyaan itu tidak akan terjawab sampai kapanpun, bahkan sampai hubungan mereka berakhir.