Jantung [YS]

436 58 10
                                    

DISCLAIMER

Hypnosismic © KING RECORD
STORY © Hatarakimono


Happy reading
••••••••
••••••
••••
•••
••

Apa seseorang akan selalu bahagia dalam ketidaktahuan yang disamarkan

Suara gemericik air memenuhi ruangan, seorang remaja berumur 14 tahun terus membasuh cairan yang terus mengalir keluar dari hidung dan mulutnya ketika terbatuk.

Ia menatap telapak tangan yang kini dihiasi cairan berwarna merah pudar karena telah bercampur dengan air.

Wajahnya terangkat guna melihat pantulan dirinya pada kaca besar toilet. Pucat, satu kata yang terlintas bagi mereka yang sedang mengalami masalah pada tubuhnya, bibirnya terlihat kering dengan pipi yang kian menirus. Saburo menghela nafas berat.

" Saburo, kau di dalam?" seru orang di luar sana. Saburo segera menyeka sisa-sisa darah yang masih tersisa di sekitar mulut dan hidungnya.

" Iya Ichi-nii."

Pintu terbuka, menampilkan figure seorang remaja berumur 19 tahun yang amat ia hormati. Wajah laki-laki itu tampak khawatir, terlihat jelas dari kedua alis yang berkerut ke atas. Ia perhatikan penampilan adiknya dari atas hingga bawah mencari sesuatu yang salah.

" Apa kau mimisan dan batuk darah lagi?" Tanyanya.

Saburo menunduk sejenak sebelum akhirnya mengulas senyum ringan guna menenangkan Ichiro.

" Aku baik-baik saja Ichi-nii, sepertinya aku hanya kelelahan."

" Kau sudah meminum obatmu?"

Saburo mengangguk.

" Apa tubuhmu terasa sakit?" tanyanya lagi sambil memegang kedua bahu adiknya.

Saburo masih mempertahankan senyumnya. " Tidak Ichi-nii, jika terasa sakit yang tak tertahankan aku akan bicara padamu atau Jiro, aku berjanji."

Mendengar penuturan Saburo ada sedikit rasa lega memasuki relung hati Ichiro.

" Baiklah kalau begitu, jangan memaksakan diri. Setelah ini aku akan pergi lagi, jika ada apa-apa kau bilang pada Jiro."

" Baik Ichi-nii." Tangan besar itu hinggap pada kepala anak yang 5 tahun lebih muda darinya itu, mengusap dengan lembut helai demi helai rambut adiknya.

Sedangkan Jiro hanya dapat melihat keduanya dari kejauhan, bersandar pada tembok sambil memalingkan wajah yang tampak kecut dipandang.

Begitu Ichiro berbalik dan berjalan kearahnya, sebuah tepukkan di bahu ia terima.

" Tolong jaga Saburo selama aku pergi Jiro."

Wajah Jiro berubah lebih muram, tak terdapat secerah cahaya pada matanya. Ia hanya mengiyakan ucapan Ichiro dengan dingin.

Saburo melihat itu semua, ia bisa menebak apa yang dikatakan Ichiro pada Jiro, gurat-gurat ketidaksukaan Jiro tampak begitu jelas pada wajahnya.

Ia tau karena Jiro sudah muak menjadi pengasuhnya. Saburo tau itu.

" Apa yang kau lihat?"

Saburo menengok, sejak kapan ia melamun hingga tak sadar bahwa Jiro telah berada di hadapannya. Ia tatap sekali lagi wajah kakak keduanya itu, Tak ada kehangatan di sana, hanya ada tatapan dingin yang ditunjukkan padanya.

" Itu bukan tontonan yang bisa kau lihat, jangan jadi penguping, pergi ke kamarmu sana."

" Aku tidak menguping."

KENOPSIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang