Chapter 1

34.1K 1.2K 65
                                    

Kalian dapet vote ke berepa? Kasih tau dikomentar dong
Dan aku minta kalian  buat kasih komentar disetiap paragraf yang menurut kalian menarik.
Hanya satu komentar aja, lebih juga gak papa.
Ingat menghargai orang itu gak sulit kok.

Happy Reading

Aku bersama bibiku memasuki sebuah pekarangan rumah yang cukup besar. Dari gerbang masuk aku disambut dua patung dewa berukuran besar. Diatas pintu gerbang kemudian aku masuk ke halaman di depan teras yang ditumbuhi banyak tanaman. Mulai dari bunga mawar, kaktus dan juga bunga anggrek di dinding taman. Kemudian disebelah kanan pintu masuk ada kolam ikan berukuran sedang dengan air terjun kecil diatasnya. Di sepanjang jalanan ada batu yang tertanam sebagai hiasan pijakan kaki. Kemudian kami sampai di teras dengan tiga kursi didepannya. Mungkin ini difungsikan untuk menerima tamu yang tidak terlalu penting atau hanya tamu yang singgah sebentar saja. Kemudian bibiku membawa diriku masuk kedalam rumah. Dirumah ini terdapat empat kamar, dua dilantai atas dan dua dilantai bawah. Bibi membebaskan diriku memilih kamar yang kumau.
Rumah ini cukup besar dengan gaya romawi kuno.
Disini banyak sekali patung-patung mitologi kuno. Rumah ini terbagi menjadi tiga ruangan. Di area depan terdapat ruang tamu yang terhubung dengan ruang makan lalu terdapat satu skat menuju dapur. Sebelah pintu dapur kita terhubung pada halam belakang yang juga ditumbuhi banyak tanaman hias. Tak hanya itu ada satu kolam renang yang tak terlalu besar disana. Dan satu ayunan untuk bersantai. Dipojok halaman sana ada sebuah gazebo kecil.
Aku memperhatikan setiap sudut rumah ini. Benar-benar indah. Daripada rumahku yang berada di Jeju. Setelah kupikir-pikir kamar diatas lebih baik daripada kamar dibawah. Apalagi ada balkon disetiap kamarnya. Bisa kugunakan untuk bersantai sekedar untuk minum teh.

"Ah Yeon. Dengarkan bibi, sebentar lagi pemilik rumah ini akan datang kemari. Ingat harus jaga sopan santunmu dan jangan bertindak bodoh." aku mengangguk mengiyakan ucapan bibiku.

Bibi bilang aku disini tak sendiri. Aku bersama dengan anak pemilik rumah ini. Kata bibiku, aku tinggal disini untuk menemani dirinya. Ku dengar mereka datang dari Seoul malam ini. Baru saja kami membicarakan mereka, sudah datang. Mobil hitam metalik itu berhenti didepan gerbang. Bibi menarik tanganku untuk menyambut kedatangan mereka disini.

Dua orang pria yang terpaut usia cukup jauh berjalan masuk. Bibiku membungkuk memberi hormat diikuti dengan diriku. Pria paruh baya itu tersenyum ramah pada kami. Tapi tidak dengan pria disampingnya yang hanya menatap kami dengan wajah datarnya.

"Kau pasti Choi Ah Yeon ya?" aku tersenyum lalu mengangguk.

"Kenalkan ini majikan bibi. Tuan Na Gongmin. Dan itu putranya Na Jaemin."

"Hallo, selamat datang." sapaku.

"Dimana kamarku?" itu adalah kalimat yang di ucapkan oleh Jaemin pada bibiku. Kupikir anak yang dimaksud adalah anak kecil. Ternyata dia seumuran denganku. 

"Mari tuan." bibi mengantar Jaemin untuk masuk kedalam kamarnya. Sementara aku dibawah bersama dengan ayah Jaemin.

"Kau akan satu kelas dengan Jaemin. Tolong jaga dan perhatikan dia baik-baik selama dikelas. Laporkan padaku apapun yang dilakukan olehnya saat aku kemari. Dan ini, kau bisa gunakan kartu ini untuk membeli kebutuhanmu." tuan Na menyodorkan sebuah kartu kredit padaku. Aku menerima kartu itu dengan senang hati.

"Untuk sementara kalian berdua pergi ke kampus menggunakan subway dulu sampai nanti aku membelikan mobil untuk kalian."

"Baik tuan."

"Dan pastikan kau ikut kemanapun Jaemin pergi. Jangan lengah pada Jaemin. Aku mempercayai dirimu Ah Yeon-ah." aku bingung. Kenapa tuan Na membuang jauh-jauh putranya ke Busan? Kenapa dia tidak berada disana bersama dengan dirinya. Kenapa malah disini?. Aku sebenarnya tidak peduli, yang terpenting bagiku adalah aku bisa melanjutkan sekolahku itu sudah cukup bagiku. Apalagi tuan Na benar-benar memberiku banyak fasilitas.

 Havana-Na Jaemin √ HANYA TERSEDIA VERSI EBOOKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang