Dearest.

1.2K 112 4
                                    

[ original BGM; IU - The Shower, piano cover by Doopiano ]

"Oi, tungkai panjang. Merokok di atap sekolah lagi, huh?"

Kim Seokjin. Siswa 'terlalu' rajin versi anak-anak yang mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas kini tengah memergoki ku untuk yang kelima kalinya. Jika aku yang mengenakan seragam dengan asal disejajarkan dengan dia, sudah pasti Kim Seokjin dengan mata minus empat mendapatkan poin sempurna dibanding diriku. Buku-buku berisi ilmu sains tak pernah luput dari dekapannya, bagaimana bisa ketika remaja seusia nya berusaha mencuri-curi waktu untuk beristirahat dari banyaknya judul mata pelajaran, si manusia ini malah dengan kekuatan super nya tak pernah berhenti mengisi kepalanya dengan berbagai materi.

"Apa, sih? Kenapa kau selalu mengganggu ku terus? Kalau aku merokok, lalu kau mau apa? Membuang rokok ku?" Balasku dengan mengepulkan asap bebas seiring ia berjalan ke arahku.

Dan tanpa aba-aba, Seokjin meraih rokok yang tengah ku hisap lalu menginjak nya tepat didepan mataku. Aku hanya meringis menatap nasibnya menjadi pipih, Seokjin benar-benar tega.

"Aku sudah bilang 'kan? Jangan macam-macam denganku. Kalau kau mengisyaratkan ku untuk membuangnya, maka aku akan melakukannya. Sudah tahu bahwa sekolah melarang perbuatan seperti itu, malah dilanggar seenaknya" ucapnya dengan satu alisnya naik dan tak lupa...

Bugh.

Buku setebal itu juga ia layangkan pada kepalaku. Rasa sakitnya tak seberapa, tapi Seokjin sudah melakukannya terlalu sering. Aku takut kalau-kalau kehilangan fungsi berpikir ku dengan baik.

"Kali ini apa lagi? Kabur dari wali kelas? Menghindari siswa-siswi yang menyatakan perasaannya padamu? Atau memang sengaja ingin menemuiku?" Tanyaku dengan nada dibuat-buat, karena memang alasan Seokjin disini selalu berada pada tiga pilihan yang kusebut. Seokjin tak segera menjawab, ia malah mendudukkan dirinya dengan mensejajarkan kaki. Jarinya memilin satu sama lain sambil sesekali menatapku yang bersandar pada pagar tembok pembatas di atap ini.

Diamnya mengganggu suasana hatiku. Lantas, aku ikut bergabung di sebelahnya dan menanyakan kembali pertanyaan yang sama. Jika yang kalian baca saat ini aku terlihat dekat dengan Seokjin, itu salah. Kami baru berteman setelah libur kenaikan kelas tiga, tanpa sengaja atau terpaksa? Seokjin yang saat itu kutemui duduk sendiri di sudut ruang perpustakaan terlihat kacau. Aku yang pada saat itu memang mendapat hukuman harus merapikan ruang baca perpustakaan tentu merasa iba, walau sejujurnya aku tak terlalu peduli Seokjin itu siapa.

Berbeda dengan apa yang dilihat banyak orang, justru aku yang tak tahu tentang kehidupannya cukup tahu seperti apa seorang Kim Seokjin. Perfeksionis, buku catatan mengalahkan isi buku cetak, absen penuh, dan dikenal oleh seantero bahkan warga sekolah lain. Walaupun, untuk menginjakkan kaki barang sebatas pelataran rumah pun ia enggan memberikan ijin.

"Nam, aku mau kita disini saja sampai jam pelajaran terakhir selesai. Aku sudah menitipkan pesan pada ketua kelas bahwa kita berada di ruang kesehatan", ucapnya dengan wajah yang jelas aku tahu bahwa dia terlihat lelah. Lagi, Kim Seokjin memperlihatkan sisinya yang lain.

"Enak saja. Aku mau kembali ke kelas" dan tanpa berkata apapun, Seokjin menahan pergerakan ku yang berniat meninggalkannya. Urung pergi dari tempat ini, aku pun kembali duduk disisi Seokjin dengan masih dipenuhi rasa berat dihati.

"Aku akan melanjutkan kuliah ke luar negeri. Tapi bukan atas keinginan ku sendiri" ucapnya menatap lurus ke depan.

"Lalu? Kenapa kau mengatakannya padaku?" Jawabku sekenanya. Tak segera menjawab, Seokjin dengan tiba-tiba mengalihkan pandangannya padaku. Jika banyak orang merasa ketakutan dengan tatap matanya, aku justru... entahlah.

YOUR(S) [ NAMJIN ] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang