1. Anak Baru

53 35 3
                                    

"Falinsya! Ayo sarapan dulu!" Vera berteriak agar Falinsya yang berada di lantai atas dapat mendengar suaranya yang keras itu. Falinsya pun bergegas menghampiri meja makan. Disana sudah terlihat, Raymon Dirgantara Praharja--Abang tirinya, Randy Praharja-- Papa tirinya, dan ada Vera Mamanya serta adik kecilnya, Juna. Ia pun duduk di sebelah Raymon yang tampak dingin dan tak acuh padanya.

"Hari ini kamu berangkat dengan Raymon, Falinsya! Lagipula kalian kan satu sekolah apa salah nya berangkat bersama!" suara berat Papa Raymon itu membuat keduanya -Falinsya dan Raymon- menoleh. Hanya sekejap, lalu melanjutkan kembali sarapan mereka.

Falinsya bangkit lalu salam pada Mama dan Papa tirinya. Lalu beranjak menyusul Raymon yang sudah lebih dulu selesai. Falinsya melihat abangnya sudah siap dengan motornya, ia hanya menghela napas berat, kenapa abang tirinya selalu saja bersikap begini padanya? Apakah salah jika Falinsya pun ingin punya abang yang selalu ada untuknya? Pertanyaan itu takkan pernah terjawab, sebab Falinsya sudah tahu apa jawabannya tanpa perlu susah-susah bertanya.

"Bang?" panggilan itu tak membuat Raymon yang sudah naik motor menoleh, ia sudah tau suara siapa itu, dan ia pun tak perlu repot-repot untuk melihat orang yang memanggilnya itu.

"Hmm," hanya itu yang keluar dari bibir abang nya, dan Falinsya harus bisa memakluminya.

"Helmnya mana?"

"Di garasi." Menjawab pun bahkan sudah membuat Falinsya senang, ia pun beranjak mengambil dan memakai helmnya. Lalu naik ke atas motor abangnya, tanpa suara. Motor Raymon membelah jalanan di pagi yang cerah ini.

Sampai di parkiran Falinsya turun dan memberikan helmnya pada abang tirinya itu, bukannya mengambil helm yang di berikan Falinsya, Raymon malah turun dari motornya dan berlalu meninggalkan Falinsya yang masih membeku. Falinsya menghela napas pelan. Ia menyimpan sendiri helm yang ia pakai tadi di motor abang nya, namun ternyata Raymon menarik paksa Falinsya menjauhi parkiran, menyudutkannya di ruangan kosong dekat bangunan sekolah. Raymon menatap Falinsya dingin.

"Ada tiga hal yang harus lo tau!" Suara nya amat menakutkan bagi Falinsya. Ia hanya diam menunggu abangnya melanjutkan.

"Pertama, lo nggak boleh bilang sama siapapun kalo lo itu adik tiri gue!"

"Kedua, jangan pernah nyari ataupun nyebut gue dengan sebutan 'abang'!"

"Dan terakhir, anggap aja kita nggak pernah kenal atau tinggal dalam satu rumah!" Raymon berbalik berlalu begitu saja meninggalkan Falinsya yang termangu mendengarnya. Mengapa Raymon tak ingin orang lain tau tentang hubungan yang menghubungkan mereka karena terpaksa. Tapi Falinsya harus memakluminya mungkin memang ia harus menjaga jarak dengan abangnya di sekolah ini.

~~~

"Permisi. Numpang tanya kalo ruang tata usaha dimana ya?" Falinsya memberanikan diri bertanya sebab abangnya tadi meninggalkannya sendirian di ruang kosong berdebu itu.

"Anak baru ya?" Bukannya menjawab gadis di hadapan Falinsya malah bertanya balik padanya. Falinsya pun tersenyum tipis dan mengangguk untuk pertanyaan yang dilontarkan teman barunya, mungkin.

"Kenalin, nama gue Teresa Dulma Fransis." Perempuan itu malah mengulurkan tangannya, bukannya menjawab, lagi-lagi Falinsya harus sabar dan menerima uluran tangan perempuan yang sedang tersenyum hangat padanya.

"Falinsya Z Agatha, salam kenal." Falinsya tersenyum canggung.

"Tadi mau ke TU kan? Ayok gue anter." Senyum Falinsya menghilang dengan cepat, kenapa tidak dari tadi saja? Huft Falinsya harus sabar menghadapi perempuan cantik yang sudah berjalan duluan, namun langkahnya terhenti dan berbalik menggandeng tangan Falinsya yang terdiam di tempat perkenalannya tadi.

Falinsya hanya menunduk kala ia menjadi pusat perhatian dari banyaknya murid yang menatapnya bingung. Falinsya yang tak tau apa-apa pun hanya diam dan menunduk. Namun.

Bruk

Falinsya hampir saja terjatuh setelah menabrak seseorang, dengan cekatan orang itu segera menangkap tubuh rapuh Falinsya.

Keduanya terdiam saling bertatapan, hingga suara deheman membuat Lelaki tadi melepaskan Falinsya begitu saja, alhasil Falinsya tetap saja terjatuh.

Teresa pun segera menghampiri Falinsya dan membantunya bangun. Falinsya menatap lelaki tadi yang tertabrak olehnya dan menangkap tubuhnya.

Falinsya mendekat, "Maaf." Lalu segera meninggalkan lelaki yang sedang mengerutkan keningnya.

Kenapa dia yang minta maaf? Kayaknya anak baru deh!

Teresa pun berlari kecil mengejar Falinsya yang sudah sampai di depan ruang Staf Tata Usaha. Hendak masuk, tapi tangannya terhenti karna di tarik pelan oleh Teresa.

"Gue duluan ke kelas ya, semoga lo sekelas sama gue! Amin!" Teresa berlalu meninggalkan senyum geli di wajah Falinsya.

~~~

XI-IPS 2

"Woy, balikin buku gue. Belum beres nih nyatet nya. Cepetan dong."

"Duh, PR gue belum ada yang beres lagi ini, gimana dong?"

"Yang udah beres jangan pada diem aja. Bagi-bagilah."

Tok tok tok

Suara ketukan di pintu membuat semua yang berada di kelas seketika diam menatap takut-takut pada pintu. Masalahnya di balik pintu itu pasti ada Bu Ghea yang akan meminta pertanggung jawaban atas tugas yang tidak di kerjakan.

Perlahan pintu terbuka. Menampilkan seorang Guru cantik bersama seorang murid yang tak kalah cantik dari Guru yang membawa nya masuk ke dalam kelas.

Semua mata memandang pada murid perempuan yang hanya diam menatap teman nya satu persatu dengan tatapan sendunya. Yang justru membuat orang-orang yang ada dikelas itu terpana.

"Kenapa kalian malah berdiri? Duduk di bangku masing-masing!" Tidak ada yang bergerak untuk duduk.

"Cepat duduk! Atau saya hukum kalian!" Barulah keadaan ribut mereka takut terkena hukuman.

"Perkenalkan namamu!" Perintah bu Ghea yang membuat Falinsya sedikit gugup.

"Kenalin nama gue Falinsya Z Agatha, pindahan dari SMA Jaya."

"Oke, Falinsya silahkan duduk dekat Zadin." Perintah itu membuat Falinsya membeku di tempat. Nama itu tak asing di telinga nya. Kok, kayak pernah denger ya...

"Zadin angkat tangan kamu."

Seorang laki-laki berbadan atletis itu mengangkat tangannya dengan wajah malas. Sungguh ia malas sekali duduk dekat dengan seorang perempuan. Merepotkan saja..

Tapi kok kayak nggak asing ya namanya..

Zadin menggeleng pelan kala seorang perempuan sudah duduk di samping kiri nya. Ia hanya menoleh sebentar lalu mulai sibuk pada penjelasan Bu Ghea dengan serius. Tapi pikiran nya masih berkelana. Mencari tahu siapa perempuan yang duduk di sebelah nya ini.

~~~

"Woy," sapa seorang gadis yang menggebrak meja dengan antusias. Falinsya yang sedang melamun pun terkejut melihat gadis yang menggagetkan nya. Ia memicingkan matanya. Dia yang tadi pagi..

"Lo lupa sama gue?" Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada. Terlihat menahan kesal.

"Kata siapa gue lupa?" waktu nya membalas..

"Y... ya nggak ada sih. Tapi masa lo nggak liat gue tadi di sana?"

"Maksud lo?"

"Ah nggak penting. Mending ke kantin!" Teresa menarik paksa tangan Falinsya. Hingga Falinsya pun tersandung kaki bangku yang membuat nya hampir jatuh jika saja tak ada orang yang sedang memeluknya sekarang. Zadin.

Pandangan mereka bertemu.

~~~~

Haloha... Selamat datang di cerita pertama saya..🎉 semoga suka ya..

See you next chapter😉

FALINSYA (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang