PROLOG

33 3 0
                                    

Writer on: 30/07/20k
Publikasi on: 02/08/20k
Cr: Followme-el
💞
.
.
.

Kadangkala orang menjadi buta, tidak bisa melihat jelas terhadap apa yang sudah nyata di hadapan.

Kadangkala orang seperti bingung, bimbang, tidak mengerti apapun itu dengan keadaan yang memaksa untuk harus menghiraukan.

Dan kadangkala orang akan bodoh, hanya sebab kelalaian diri menjadi egois, semua yang seharusnya dapat digenggam terlepas tanpa bisa dimiliki kembali.

Ini tentang kisah yang tak seindah dalam bayangan. Yang tak sesuai dengan harapan. Yang terbalik berklamufase berubah mengerikan--seperti rintik hujan menyakitkan--dan mencoba tetap tegar, walau dalam hati penuh dengan umpatan makian atas rasa kurang yang dimiliki.

>>0<<

Sinar matahari tak nampak muncul mengenai bumi siang hari itu. Mungkin karena terhalang oleh adanya awan-awan tebal yang menghiasi langit. Ditambah semilir angin sejuk berhembus bagai gelombang dengan kecepatan sedang.

Sosok gadis bersurai kecoklatan dengan poni penuh penutupi dahi sedang mengibaskan tangannya pada area perpotongan leher. Terlihat jika dia merasa gerah atau butuh sesuatu--yang langsung dapat ditangkap maksud oleh seorang pemuda di sampingnya.

Matanya menatap sekilas, dan mendapat balasan berupa helaan nafas panjang serta anggukan malas. "Aku merasa panas, bisa kipaskan aku agar lebih baik."

Tidak ada respon, namun pemuda itu menyanggupinya. Terbukti dia mengambil satu buku tipis--dari tas yang baru dirogohnya--lalu mulai bergerak dan membuat sebuah senyum terbit dari belah bibir sang gadis. "Kau memang terlalu baik, aku pasti akan mempermudahmu kalau begini terus."

Selama hampir seper-empat jam mereka lalui dengan hening, hanya terdengar suara buku berkibas di udara yang menjadi suatu hal yang membuat sang gadis tak kunjung melunturkan senyumnya, walau dalam keadaan mata yang sengaja ia pejamkan sekalipun.

Diam-diam di liriknya sekilas si pemuda yang seperti kesal bercampur geram--tertahan--membuatnya mau tak mau membuka mata sambil berdecak. "Kemana perginya teman satu kaum-mu itu, hah?! Lama sekali dia-"

"Dia bukan teman ataupun kelompok-ku! Jangan bicara sembarangan, atau kau ingin aku terjunkan dari atas sini. Hah!" potongnya, menatap si gadis dengan tatapan tajam.

"Terserah." ia mengendikkan bahu acuh, tak ada rasa takut sedikitpun dibenaknya. "Tapi kalian itu laki-laki, bagaimana bisa dia bukan jenismu.. Oh, atau jangan-jangan kau yang bermasalah di sini ya..??" tangannya secara refleks membekap mulut. "Astaga.. Astaga..!!" kepalanya ikut menggeleng--menahan tawa dibalik bekapan mulut.

"CUKUP LALICEE!!"

Si pemuda berdiri, telapaknya sudah terkepal sedari tadi menahan hantaman rasa panas yang perlahan membakar dirinya. "Kau.." tunjuknya tepat diwajah si gadis yang mengangkat sebelah alisnya.

"Berhenti mempermainkanku! Aku bukan bonekamu, asal kau tau itu! Permisi, aku ingin pergi menenangkan diri.." Ada sebuah nada seruan, walau diucapakan dengan tenang dan terdengar sehalus mungkin.

Dia berbalik dan melangkah cepat hendak membuka pintu setelah sebelumnya pintu itu terbuka dari dalam, menampakkan sosok pemuda lain yang lebih terkesan manis dan sopan. Kedua tangan masing-masing membawa beban yang dapat dipastikan sudah lama ditunggu oleh seseorang di belakangnya.

Between [Lizkook]Where stories live. Discover now