Chapter 11

233 38 19
                                    

Bermodalkan sebuah peta dan tiket di tangannya, Eunbi berjalan menuju ke stasiun Metro tanpa ragu. Rasanya memang sedikit sinting jika orang mendengar ia begitu nekat untuk pergi ke suatu tempat, sementara ia bahkan belum mengetahui Paris sama sekali. Namun Eunbi tidak ambil pusing ia masuk ke stasiun menuju peron kemudian masuk ke kereta yang berhenti di depannya.

Setelah beberapa menit perjalanan, Eunbi akhinya tiba ditempat tujuannya Hotel de Ville tempat ibunya menginap.

Eunbi menatap dari atas ke bawah bangunan hotel yang mewah dan kokoh itu, kemudian merogoh ponsel dari saku bajunya.

“ibuu, apakah kau sedang di hotel sekarang? Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu.”

***

“Masuklah!” kata nyonya Kwon sambil menarik tangan Eunbi masuk ke dalam kamar hotelnya.

Eunbi mengamati ruang tempatnya berada, ruangan itu sangat luas dengan perabot yang lengkap. Terdapat sebuah meja dan sofa sepasang kursi dengan meja bulat kecil, kulkas kecil, sebuah credenza dengan sebuah cermin besar terpasang di dinding di atasnya dan sebuah tempat tidur besar yang berada di tengah ruangan.

“Apakah kau haus ? Ingin minum soda kaleng?” tanya nyonya Kwon sambil membuka kulkas kecil yang ada di ruangan itu. Didalam kulkas kecil itu terisi beberapa makanan kecil dan minuman soda.

“Tidak usah. Aku tidak haus,” jawab Eunbi sambil duduk di sofa.

“Baiklah,” kata ibunya kemudian mengambil posisi dengan duduk berhadapan dengannya. “Bagaimana kau bisa sampai kesini? Mengapa tidak meminta Julien untuk mengantarkanmu? Sangat berbahaya jika kau jalan sendirian. Bagaimana jika kau sampai tersesat?”

Eunbi mendengus kesal. “Tak perlu mengkhawatirkanku! Aku sudah cukup besar untuk menjaga diriku sendiri. Lagipula, aku tidak ingin terus-terusan merepotkan Julien.”

Nyonya Kwon menghela nafas. Menyerah. “Baiklah, aku mengerti. Jadi ada apa kau ingin menemuiku? Aku kira…” Nyonya Kwon terdiam beberapa saat, tertunduk sebentar, kemudian melanjutkan perkataannya. “Kau marah padaku…”

Eunbi menatap wanita tua yang ada dihadapannya dengan tatapan nanar. Ia benar-benar menyesal Sangat menyesal.

“Aku tidak marah,” kata Eunbi ia meraih tangan ibunya dan menggenggamnya dengan erat. “Maaf jika aku sudah menyakiti perasaanmu.”

Nyonya Kwon mendongakkan kepalanya dan tersenyum getir. “Tidak apa-apa. Aku paham bagaimana perasaanmu. Menikah dengan seseorang yang tidak kau cintai, aku yakin ini adalah hal yang berat untuk kau jalani. Aku memang salah mengira aku pikir Sakura bisa menggantikan sosok Hyewon dihatimu.”

Eunbi menggeleng. “tidak, ibu. Ini bukanlah salahmu, Aku tahu maksudmu baik padaku. Lagipula aku juga sudah memutuskan.”

“Memutuskan apa?”

“Untuk melupakan Hyewon dan fokus dengan pernikahanku.”

Mata nyonya Kwon membelalak ia meremas erat tangan anaknya. “benarkah? Maksudmu kau akan berusaha untuk menjalani pernikahan ini? Kalian tak akan berceraikan?”

Eunbi tertawa kecil dan menepuk tangan ibunya dengan lembut. “Tentu saja tidak.”

Kedua sudut bibir nyonya Kwon langsung menyunggingkan senyum bahagia. “Lalu apa yang akan kau lakukan selanjutnya?”

Gadis itu mengangkat bahu sambil tertawa kikuk. “Entahlah, Aku tak tahu harus memulai darimana.”

“Aigoo! Seharusnya kau bisa sedikit agresif pada Sakura. Menurut nyonya Miyawaki, Sakura adalah anak yang agak pemalu jadi harus kau yang duluan membuat pergerakan.”

“Tapi bagaimana caranya?”

***


Masih dengan seringai senang atau puas di wajahnya dan dengan perut kenyang akibat makan daging salmon asap dengan roti, Chaeyeon beranjak keluar dari kafe itu bersama Sakura. Lekuk bibir tipis milik gadis itu tak berubah sama sekali sejak tadi. Ia hanya terus-terusan menyeringai sambil tersenyum girang.

Seusai menghabiskan waktu makan malam, Chaeyeon mengajak Sakura melintasi taman di depan Place de Vosges, sebuah alun-alun besar yang dulunya adalah sebuah istana. Sekarang di bangunan itu terdapat banyak toko dan kafe dan taman yang ada di depannya tidak pernah sepi dari pengunjung. Sambil berjalan pelan menyusuri jalan lebar di dalam taman mereka mulai membuka obrolan.

“Sakura, apakah kau mengingat Minju? Gadis kurus yang dulu sangat tergila-gila denganmu,” kata Chaeyeon sambil terkekeh pelan.

Sakura mengangguk pelan kemudian tersenyum tipis. “ya, aku mengingatnya. Ada apa dengannya?”

Chaeyeon menggeleng. “Tidak apa-apa. Hanya saja aku sempat merasa bersalah pada dirinya.”

“Kenapa ?”kata sakura yang hanya menatap kearah depan

“Kau tahu sendirikan, dia sangat menyukaimu dan bahkan rela melakukan apa saja agar dia bisa bersamamu. Tapi kau malah memilih… aku.”Seketika wajah Chaeyeon memerah ketika mengingat bayangan-bayangan masa lalunya.

Sementara Sakura terlihat tertunduk lesu. Ia memalingkan muka dan tak mau menatap gadis yang ada di sebelahnya itu.

“Aku bahkan pernah mengira bahwa kau tidak pernah mencintaiku, tapi nyatanya…”

“Hari sudah malam, sebaiknya kau menghubungi Hyewon untuk menjemputmu,” Sakura tiba-tiba memotong kalimat yang hendak Chaeyeon ucapkan, seolah tidak ingin membahas hal itu lebih jauh.

Tenggorokan Chaeyeon tercekat, Ia menatap Sakura Sorot mata mereka terkunci cukup lama, sampai akhirnya Sakura mengerjapkan mata dan memalingkan wajah.

“Sakura…” panggil Chaeyeon dengan ragu.

Sakura hanya diam tak menjawab.

Chaeyeon menggerakkan tangannya dan mengarahkannya ke kepala Sakura. Ia menenggelamkan jemarinya disela-sela rambut Sakura yang ikal sembari tersenyum sendu, memandang pria itu.

“Sakura, aku ingat saat dulu kau pernah mengatakan padaku bahwa kau tidak akan pernah mewarnai rambutmu jika kau belum menikah denganku. Namun sekarang kau  benar benar mewarnai rambutmu dan kau juga sudah menikah, Sayangnya kau menikah bukan denganku,” ujar Chaeyeon dengan suara bergetar. Air mata mulai membendung di pelupuk matanya.

Sakura hanya diam dan membiarkan tatapannya beradu dengan mata indah milik Chaeyeon. Cukup lama.

Setelah itu, alam mendadak seperti berkonspirasi dan memutuskan untuk menisbikan suara dan menunggu, karena setelah itu yang terdengar oleh mereka berdua hanya debar jantung dan desah nafas masing-masing.

Wajah Chaeyeon mendekat seolah ditarik magnet yang dipancarkan dari Sakura. Sebelum bibir gadis itu bertaut dengan bibir Sakura, ia sempat membisikkan sesuatu.

“aku mencintaimu, sakura-ssi…”

***

Bagaimana udah mulai berspekulasi kedepannya kayak gimana ? Silahkan berimajinasi sendiri sendiri ya . Masih bertahan pada kkubi/eunsaku ? Atau malah pindah ke kapal lainnya ?? Emosinya udah nyampe belon ? Maaf updatenya dikit dikit author mencoba bikin penasaran eaaakkk . Jangan lupa vote dan coment ? Karena sebuat cerita butuh kritikan, saran yang mungkin bisa jadi inspirasi .

Arranged MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang