viii. pink cardigan

690 191 16
                                    

Siyeon itu gila, coba singkap kardigannya.

Tak dapat dipungkiri bahwa ucapan Chaewon tadi malam tak dapat enyah dari kepala Felix bahkan sejak pertama kali ia membuka mata.

Sungguh Felix jadi penasaran, namun ia segera menggeleng pelan, menyingkirkan pikiran yang terbesit dibenak itu jauh-jauh.

Dengan pelan pemuda itu membenturkan kepala di atas keramik sementara air segar mengalir dari tengkuknya, membasahi seluruh kepala guna meredamkan suhu tubuh dari matahari yang terik.

Ketika Felix mengangkat kepala dari wastafel, wajah Siyeon menyapa pandangan. Seperti biasa, gadis itu masih jutek bukan main. Ia hanya menatap Felix tajam setelah meletakan kola dingin di atas bangku sebelum akhirnya Siyeon berlalu.

"Istirahat 15 menit." seru Siyeon dengan lantang. Tungkainya melangkah, berkeliling membagikan minuman segar untuk tim baseball.

"Thanks, tau aja gua suka yang gratisan." Jihoonㅡsi wakil tim baseball menyahut seraya tersenyum lebar.

Semenjak Felix naik pangkat menggantikan Jeno menjadi ketua tim, si badut angkatan Park Jihoon menyalonkan diri menjadi wakil-nya. Tentu saja anggota tim menyetujui. Walaupun karakter bocah itu sangat jenaka, tak dapat dipungkiri bahwa skill-nya sangat luar biasa.

"Malu-maluin lu." komentar Sanha seraya membuka tutup botal air mineral. Cowok itu memang tidak terlalu menyukai minuman selain air mineral.

Kemudian Soobin nampak berlari menghampiri anggota tim sari arah pukul tiga. "Aduh capek, minum dong minum."

Dengan tak tahu diri cowok bongsor itu bersandar pada kembarannya, yang menyebabkan air mineral tumpah kearah Siyeon yang kebetulan tengah duduk di sebelah Sanha.

Udah tau letoy, disenderin pula.

Ya jadi tumpah.

"Heh tokai, yang bener aja lu." pekik Sanha panik seraya memukul visor topi milik Soobin.

Malas mendengar perdebatan si kembar, Siyeon beralih menepuk bahu Sanha dua kali. "Gapapa, gue ke toilet bentar. Kalian istirahat dulu."

Siyeon meletakan papan jalan berisi catatan rekor anggota tim sebelum akhirnya berjalan meninggalkan lapangan.

Tentu saja sedaritadi Felix mengamati semuanya.

Dengan tekad yang bulat, cowok itu menyambar hoodie miliknya yang tergeletak di bangku penonton, kemudian berlari mengejar.

Siyeon itu gila, coba singkap kardigannya.

Siyeon itu gila, coba singkap kardigannya.

Siyeon itu gila, coba singkap kardigannya.

Lagi-lagi perkataan Chaewon terlintas dalam benak, seolah bagai film yang diputar berulang-ulang. Apapun itu, apapun yang ada di balik kardigan Siyeon, Felix yakin Siyeon tak ingin orang melihatnya.

Pemuda itu dapat melihat sosok Siyeon masuk ke dalam ruang loker tim. Dengan ragu jemari itu memutar kenop, membawa tubuhnya masuk ke dalam ruangan.

"Siyeon-"

"LO NGAPAIN?"

Felix tak mengira bahwa Siyeon sudah melepas kardigan merah mudanya, menampilkan banyak luka goresan melintang di atas kulit putih susunya.

Gadis itu bukan lagi nampak seperti menggoresnya, luka-luka itu seperti bekas cambukan, menghiasi seluruh lengan kanan dan kiri. Seakan-akan cambuk besi tajam membentur kulitnya, berkali-kali, tak menyisakan waktu untuk pulih.

"Did you hurt yourself, Siyeon?"

"KELUAR!"

"Sorry."

Felix berbalik, berniat untuk pergi. Namun tiba-tiba saja sesuatu terlintas di benak. Maka dari itu ia kembali menghadap Siyeon.

"You messed up. Lo pasti gak mau yang lain liat, i would love to lend mine's."

Siyeon menatap hoodie yang diulurkan tepat di depan wajahnya dengan datar. Terdengar tawa singkat yang sangat ketara dipaksakan keluar dari bibir gadis itu.

"Gak usah sok baik." Siyeon kini mengalihkan tatapannya pada Felix. "Kalopun gue jatoh ke jurang dan lo satu-satunya yang ngulurin tangan, gue gak bakal terima."

"Why not?" tanya Felix, pelan.

"Because i hate you."

"Did i do something wrong to you?"

Siyeon maju beberapa langkah, mendekatkan bibir ke depan telinga Felix seraya berbisik pelan.

"Semua orang mungkin gak tau, tapi gue tau lo itu orang yang kayak apa, Felix. Lo pasti seneng kan ada di posisi sekarang?"

Rasanya seperti seseorang mencengkram kepalanya hingga mata Felix terasa seperti hendak keluar ketika mendengar penuturan Siyeon.

"You don't have to hate me that much, Siyeon. It's tiring for both of us, besides, being angry every single time it's not good for your health. I suggest, we have toㅡ"

Lagi-lagi tawa sarkas itu lolos dari bibir Siyeon, membuat Felix segera menghentikan ucapannya. "Simpen omong kosong lo buat cari perhatian ke orang lain, just don't fuck with me."










































"Felix! Today TMI?"

"No, not today."

"But you promised."

"It's a secret between us, pinky promise." seru Chaewon seraya menunjukan jari kelingkingnya yang berdarah.

Felix terdiam, nampak menimang sesuatu. Akhirnya pemuda itu menyerah, memilih untuk menceritakan semuanya kepada Chaewon.

"Uh so i just realize that Siyeon hate me so much." Felix berujar dengan sedih. "I know she hates me but stillㅡ"

"What a bitch, it's not even your fault that her fucking boyfriend got mad. Minta gue ajak ke akhirat ya tuh orang?" protes Chaewon panjang lebar.

Mendengar respon Chaewon membuat Felix tak kuasa menahan senyuman. "Uh actually Jeno is not her boyfie, they're childhood bestie but thanks."

Namun rupanya ujaran Felix tak mampu membuat amarah Chaewon teredam. Gadis itu mengepalkan kedua tinju, menghantam udara tiga kali dengan kedua alis yang bertaut. "Kalo gue jadi lo, bakal gue gigit tuh kepalanya ugh."

Sungguh, jika melupakan fakta bahwa gadis di hadapannya ini merupakan hantu yang terjebak di cermin rumahnya selama satu tahun, Felix pasti akan menganggap bahwa Chaewon cukup menggemaskan. "No, Chaewon. We can't bite people, you'll get arrest."

Helaan nafas tercetus dari mulut Chaewon, "gue gak ngerti kenapa orang-orang bisa sejahat itu sama lo."

"I don't know either." Felix berujar pelan.

Melihat wajah murung Felix lantas membuat senyuman kecil Chaewon terulas di atas bibir. Gadis itu memiringkan kepala, berusaha melihat wajah Felix yang berpaling.





















"Kalo gue bisa keluar dari sini, gue bakal jadi temen lo selamanya. Kita temenan selamanya, ya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MIRRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang