Ingat dan Ikhlas

7 0 0
                                    

 Disuguhi kenangan tiap malam tiba, meninggalkan jejak-jejak kenangan berantai pada keesokan harinya. Aku memang tak pernah setabah ini untuk sekedar merelakan. Terutama soal hubungan kita yang kandas setahun lalu, masih tergambar jelas sketsa senyummu dulu setiap kali kita bertemu pada perjumpaan di teras rumahmu. Entah apa yang membuat otakku mampu mengingat tiap-tiap detail lekuk keningmu, atau caramu tertawa jaim di depan umum. Aku memang tak pernah setabah ini.

Soal melupakanmu, Bahwa sesungguhnya aku telah berusaha. Bertanya pada teman-teman sebaya, hingga ku jelajahi ribuan quotes pada instagram sekedar mencari jalan ikhlas paling mudah untuk ku tempuh. Ku telusuri tiap-tiap persimpangannya dengan rintik hujan yang menggantung di cakrawala pun pada kelopak mata. Tak kunjung ku temukan akhir dari perjalanku ini. Lelah aku, sebab itu kuputuskan untuk kembali. Kembali pada penantian yang tak kunjung usai, pun pada kerinduan yang marah memanggilmu.

Lalu, apa yang bisa kita kekalkan selain daun gugur dan rindu yang bengkak di rayapi tahun? Tamparan terhebat memang. Bahwa sesungguhnya kita memang tak bisa menjadi pelupa seutuhnya. Jam-jam tengah malam memang menjadi waktu favoritku untuk sekedar meneguk kopi seraya menunggu bayangmu menghampiri. Mungkin aku tak perlu gusar lagi, mungkin kenangan hadir memang untuk dinikmati. Jika sudah begini mungkin aku tak harus repot-repot lagi berpikir atau sekedar merapalkan doa-doa di sepertiga malamku hanya untuk dipersatukan lagi dengannya. Karena mungkin doaku telah memenuhi seisi istananya, doaku mengapung di udara, terendap pada sudut-sudut cakrawala lalu melebur dengan semesta. Tak kunjung pula kulihat hatinya yang beku itu mencair. Sudahlah, biarkan saja. Biarkan hati kita diam dan membisu pada kesunyian. Biarlah masing-masing hati kita tersesat tanpa punya harap-harap agar saling mencari di kemudian hari.

Tentang PatahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang