Author's POV"Sialan! Jikalau kau tak menahanku tadi, aku bisa saja menamparnya untuk balasan! Ck, memang banci!" Gerutunya, Irene menghela napas dan sedikit meringis—karena sedang dioabti oleh Chorong.
"Sudahlah! Tak perlu repot-repot, Chorong! Lagipula lihat!" Irene menunjukkan arlojinya, "Sudah pukul delapan malam! Kita bisa terlambat, aku baik-baik saja, kok!" Ucapnya penuh yakin.
Chorong merotasikan bolamatanya, lalu menekan kapas yang ia pegang itu membuat Irene meringis kesakitan, "akh! Tidak bisakah kau mengobatiku dengan pelan, huh?"
"Kau bilang kau tidak apa-apa, aku tekan sedikit sudah menjerit, kau tidak pandai berbohong, Irene!"
"Maafkan aku,"
"Baiklah—oh! Hampir saja lupa, mengapa Jin menamparmu, Rene?" Tanya Chorong.
"Aku perusak hubungan, Chorong,"
"Pe-perusak? Apa?"
"Ia mempunyai yeoja lain, sebelumku,"
"Apakah wanita tersebut tahu? And, who?"
"I don't know, Chu?" Irene berusaha untuk mengingat. "Ya, Chu. Mungkin Chu adalah nama panggilannya,"
"Chu, Chu, It sounds familiar," Ujar Chorong.
"Ia sangat cantik! Jin sangat beruntung mempunyai wanita cantik sepertinya, sangat sempurna,"
"Tidak, tidak! Seharusnya ia beruntung memilikimu! Jika aku seorang pria, mungkin aku akan mengincarmu!"
"Dan manusia tidak sepenuhnya sempurna, Rene. Ingat itu!"
Irene hanya mengangguk pasrah dan melihat kearah jalanan, "Di waktu seperti ini, aku masih ingat saat masa SMA,"
"Dasar perempuan sialan!" Jerit Chorong.
Irene yang berada disebelah Chorong itu hanya menunduk malu, siapa yang tidak malu saat ada seorang wanita berteriak seperti orang gila disamping jalanan? Irene salah satunya.
"Memalukan, Chorong!"
Chorong mendecak, "Lagipula lihatlah parasmu yang indah ini, sudah ternodai dengan perempuan gila itu!"
"Aku baik-baik saja kok!"
"Baik-baik saja matamu! Lihatlah dirimu, penuh dengan kapas berplester coklat—bekas tamparan wanita centil itu! Dan bodohnya, hanya karena kau didekati oleh Mino itu!"
"Memang setampan apa sih si Mino-Mino itu! Ck!"
"Yasudah, mari berangkat,"
Chorong merotasikan bolamatanya lalu menyebrang jalanan tersebut—menghiraukan Irene.
"Chorong, ish tunggu!!" Irene berlari menyebrang jalanan.
BRAKK!!
"AKHHH!"
Chorong berbalik, mata indahnya membulat seketika.
"IRENE!!"
CRASHH!!
"KELUAR LO!" Jerit Chorong seraya memukul kaca mobil itu hingga pecah.
Sedangkan Irene hanya meringis kesakitan, huft! Untung saja tidak kena, hanya syok saja.
"Maafkan aku!"
"Suho Choi? YAK! Bantukan Irene!!"
"Iya benar, duduk seperti lesehan layaknya orang gelandangan,"