chapter 30

1.2K 87 22
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.

"Kelakuan lo kaya anjing" Cerca Amar dengan penuh amarah saat melihat Daniel mendekat.

Vian menyenggol lengan Amar, "apaan si Mar" Ucap Vian tak suka.

Amar mendelik kesal, ia masuk ke dalam kelas meninggalkan Daniel dan Vian.

Daniel menatap harap pada Vian, ia berharap Vian akan memaafkannya.

Vian tersenyum terpaksa "it's okay Niel" Ucap Vian.

Daniel menggeleng pelan, ia tahu jika Vian belum bisa memaafkan semuanya, "Yan gue mohon" Ujar Daniel.

"Apaan si lo udah kaya lagi ngebujuk betina" Kekeh Vian di akhir, Daniel pun ikut tertawa.

"Kan lo betinanya beb" Gurau Daniel yang membuat Vian menggidik mengeri.

"Gue udah punya Aqilla mohon maaf bhukakakakka" Tawa Vian pecah karna gurauannya.

Daniel tertawa, "yaudah sorry sekali lagi, gue balik kelas dulu" Pamit Daniel dan di anggukki oleh Vian.

Vian masuk ke kelasnya dengan hoodie yang sedari tadi ia pakai di lepas saat ia berjalan ke arah bangkunya.

Amar menopang dagunya, wajahnya terlihat tidak mood.

Vian mendudukkan tubuhnya di pinggir Amar, ia menoleh ke arah Amar memperhatikan wajah betenya, "lama lama gue berasa temenan sama perawan, yang satu sensian yang satu lagi lebay parah, gini kali ya nasib cogan" Monolognya, Amar menoleh dengan cepat saat mendengar ucapan Vian.

"Naon maneh ngomong aing parawan!" (Apaan lo ngomong gue perawan), bentak Amar tak terima.

Vian tertawa mendengarnya, "bhuakakaka kan bener sensian" Balas Vian yang masih tertawa.

"Akhhh" Erang Vian pelan, mungkin terlalu banyak tertawa hingga akhirnya perutnya pun ikut sakit.

"Lebok!" (Sukurin!) Ucap Amar puas.

"M-mar... Aakhhhh, s-sakk-kittttt"lirih Vian sambil meremat perutnya kasar.

Amar panik ia kelabakan, " Mana obat lo!" Tanya Amar panik, sambil membongkar tas Vian dengan brutal.

Vian menggeleng pelan, "Marr... Arrrggghhh" Vian terusnh mengerang yang membuat Amar semakin panik dan frustasi.

Amar perlahan menyentuh perut Vian, ia ingin menyingkirkan tangan Vian yang takutnya membuat perut Vian terluka.

"Eittt, hahahahah lop yu beybehhh" Ucap Vian saat tangannya di sentuh oleh Amar dan ia langsing membentuk jarinya menjadi bentuk hati.

"LO AKTING! " Pekik Amar emosi, sedangkan Vian hanya tertawa keras.

Amar memalingkan wajahnya enggan menatap Vian, ia sangat benci di bohongi, dan sekarang Vian membohonginya terlebih ini urusan penyakit Amar sangat benci itu.

"Maaf dong Mar, gue kan tadinya pengen bikin lo ga emosi aja" Ucap Vian pelan.

Amar diam tanpa ingin membalas ucapan Vian, ia mengeluarkan alat tulis dan buku catatannya.

"Mar maaf dong elah, gue becanda doang kok lo ga seru" Ujar Vian menggoyang kan tangan Amar yang sedang menulia.

"BECANDA LO KAYA SAMPAH!" Bentak. Amar keras, Vian terdiam beberapa saat, selama berteman dengan Amar tidak pernah Amar semarah ini padanya.

"M-maaf" Ucap Vian terbata, sungguh ia sangat takut sekarang.

Amar diam tak membalas ucapan Vian, vian pun akhirnya ikut diam ia tak mau Amar samakin marah padanya.

°°°°°

Waktu istirahat tiba, Amar yang masih emosi pada Vian tidak mau membuka obrolan. Begitu juga Vian ia takut jika ia bersuara Amar akan semakin marah padanya.

Seperti biasanya Aqilla akan mengunjunginya, hari ini ia datang bersama Daniel, Vian tak ambil pusing mungkin saja mereka bertemu di jalan.

"Halo kak Amar, hei Vian" Sapa Aqilla saat sudah di hadapan mereka.

"Haii sayang" Balas Vian senang.

Sedangkan Amar diam, ia memilih beranjak dan mennyuruh Aqilla untuk dudul dengan Vian.

"Lo kenapa Mar? " Tanya Daniel heran, karna biasanya Amar kan heboh.

"Marah dia sama gue" Jawab Vian yang membuat Daniel dan Aqilla heran.

"Lah? " Daniel meminta penjelasan pada Vian dan Amar.

Tetapi dua duanya hanya mengangkat bahi sebagai jawabban. Daniel pun menghela nafas kasar.

"Yaudah kantin yuk, Vian udah sama Aqilla ini" Ajak Daniel yang di anggukki oleh Amar. Mereka berjalan beriringan keluar.

Saat Daniel dan Amar sudah tidak terlihat, Vian tersenyum ke arah Aqilla mencubit pelan hidung mancung Aqilla dengan gemas.

"Makan yuk" Ucap Aqilla dan membuka kotak bekalnya.

"Nah aku bawa nasi goreng sekarang, jadi pasti ga bakal alergi okey" Lanjut Aqilla dan membentuk tanyannya menunjukkan OK '👌'.

Vian terkekeh pelan, ia membuka mulutnya lebar tanda ingin disuapi.
"Btw selama kita pacran kata kamu didalam diri aku ada yang kurang ga? " Tanya Vian .

Aqilla mengerutkan dahinya binggung, "ga ada yang sempurna Vian" Jawab Aqilla dan menyuapkan nasi itu ke mulutnya.

"Maksud akuu itu yang kurang loh kaya 'sayang ya Vian kalau gini kan enak ' atau 'sayang ya Vian kalau gini kan bagus' gitu ada ga sih? " Tanya Vian serius, wajahnya terlihat menuntut jawaban.

Aqilla mengangguk, " Soal itu lah pokonya" Jawab Aqilla singkat.

Vian menatap Aqilla jengah, Vian diam ia tak mau melanjutkan sesei bertanyanya pada Aqilla.

"Besok sesudah pulang sekolah, aku tunggu di ruang musik ya" Ucap Vian dengan senyum di wajahnya.

Aqilla mengangguk semangat, "Vian bisa nyanyi? Woahhhh, ayo dong nyanyiin aku" Ucap Aqilla tak menyangka.

"Yaudah nanti kalau telponan okey? " Balas Vian dan kembali di anggukki oleh Aqilla.

"Ngomong ngomong, kak Amar kenapa sampe marah sama kamu?" Tanya Aqilla penasaran sampai sampai ia mencondongkan tubuhnya kearah Vian.

Vian terkekeh pelan mendengar pertanyaan Qilla. Ia menyentil dahi Aqilla yang berada tak jauh darinya.

"Aakkkhh sakittt" Erang Aqilla kesal ia memegang dahinya yang sepertinya sekarang merah.

"Gausah kepo makanya ya sayangkuuuu" Balas Vian dengan mencubit kedua oipi Aqilla dengan gemas.

"Udah musuhan aja! " Ucap Aqilla pura pura kesal.

"Udah udah, mau bell kamu balik ke kelas yaaaa, nanti pulang aku jemput di deoan kelas okey? " Bujuk Vian. Aqilla mentap Vian dengan mata yang berbinar.

"Yeyyy pulang bareng Vian" Ujar Aqilla senang, ia langsung membereskan kotak bekalnya dan berjalan ke luar denga sedikit berlari.














Tbc~~~

Yeyyy chapter30 🤣 5chapter lagi tamat gaissss yuhuuuu

Babayyyyy

Amour Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang