PROLOG

45 5 0
                                    


"Alam semesta yang begitu luas tak berujung ini, apakah hanya dihuni 7,6 M manusia? dan apakah hanya bumi, planet yang paling beruntung karena ketidaksepiaannya?"

***

Aku berusaha menenangkan diri dengan banyaknya pertanyaan, dikelilingi dengan ratusan penjaga mengenakan jubah hitam pekat yang aku pikir itu sepertinya menyerap energi berbentuk gelombang elektromagnetik: cahaya. Aku bahkan masih tak mengerti apa yang terjadi sekarang, bahkan sesaat yang lalu hal yang tak masuk akal menjadi lebih tidak masuk akal lagi saat aku mencari pernyataan logis yang dapat menjelaskannya. Kotak bening yang berukuran 3x4 meter bagai penjara tak kasat mata membatasi ruangku dengan mereka ini hal kedua yang benar benar diluar penalaran.

Mengingat sesuatu hal yang terjadi sebelumnya saat aku membuka mata dan melihat 3 orang berjubah hitam mengelilingiku memegang pedang. "Pedang... pedang... pedang..." Menyebutnya berulang kali dikepalaku tiba tiba muncul lingkaran dengan tulisan aksara atlantis kuno mengelilingi tangan kananku berpikir tentang apa yang terjadi, tiba tiba muncul pedang tergenggam ditanganku dan tubuhku jatuh terhempas ke tanah yang dipenuhi dengan daun Acer. Melihat daun itu berhamburan karena hempasanku kemudian pandanganku mulai buram "sepertinya mataku gagal autofocus" mungkin ini lelucon terakhir dalam pikiranku sebelum pandanganku menghitam.

Apakah ini akhir dari perjalanan hidupku sebagai raja ilmu pengetahuan arti dari namaku.

Akazia Rezvan.

Raja Ilmu Pengetahuan yang mati konyol jatuh karena aktivitas gravitasi ditambah berat pedang, bahkan itu belum bisa disebut mati karena energi potensial. Pada dasarnya mati tetaplah mati, akhir seluruh fungsi biologis dan akhir kehidupan. Aku belum pernah merasakan kematian sebelumnya tetapi jika yang disebut mati adalah ini, ini terlalu nyaman untuk dikatakan kematian.

"Apakah dia benar benar dari bumi?" "Tidak. Tidak mungkin dia dari bumi, mustahil manusia di bumi mencapai tingkatan kita. Itu hal yang hampir mustahil terjadi. Bahkan serendah rendahnya kita saja tidak ada manusia di bumi yang bisa mencapai tingkatan kita." "Tapi bukankah itu pernah terjadi" "Itu sudah terjadi begitu lama, bahkan sampai sekarang kita tidak tahu kebenarannya." Ini pertama kalinya aku mendengar suara malaikat dan aku tak tahu kalau mereka tak pernah bertemu manusia dari bumi sebelumnya. Saat diajalpun kenapa aku masih berkhayal.

Perlahan mataku mulai mendapati cahaya yang sampai ke retina dan diproses menjadi gelombang elektrik dan diterjemah otak menjadi gambar. Terlihat jelas 3 orang berjubah hitam tadi berdiri didepanku dengan sebuah kaca mengambang dibawah kakinya dan mengeluarkan gas putih. "Nitorgen Cair?"

Pada akhirnya aku memahami satu hal, ini bukan bumi yang aku tempati. Itu satu satunya alasan yang dapat melogiskan semua hal yang aku alami untuk hari ini. "Semoga besok kembali seperti semula lagi" gumamku. Melihat sekelilingku yang dipenuhi banyak orang yang mempeributkanku. Mungkin. Seolah-olah aku bukan mahluk yang satu spesies dengan mereka. "Sepertinya tadi bukan suara malaikat".

"Melalui gerbang ini, kita akan melewati jembatan cahaya." Seorang berjubah hitam berbicara kepadaku sambil menunjuk gerbang tinggi 20 m dengan relief sayap elang ditiap sisinya dan diatasnya terdapat cermin lingkaran berdiameter 5m berputar perlahan pada porosnya.

"Gunakan ini agar kamu bisa bernafas" katanya dengan senyum ramah memberikan pin kecil yang tiba tiba melayang tembus melalui kotak penjara kemudian menempel di dada kananku.Aku tidak akan terkejut lagi ini sudah kesekian kalinya. Keterkejutan untuk berikutnya sudah menjadi hal biasa bagiku. kedua orang berjubah tadi melangkah turun dari kaca terbang dan memberi kotak penjara jalan menuju gerbang. Aku pikir mereka hanya mengantarku sampai sini tetapi, satu orang berjubah ini tidak terlihat akan meninggalkanku.

Melewati gerbang adalah hal biasa tetapi ini luar biasa. Keterkejutanku tak bisa dibendung lagi spontan aku langsung bertanya kepadanya. "Apa ini tempat apa ini sebenarnya?"

"Ini jembatan cahaya dan tempat ini yang kamu lihat adalah luar angkasa." "Ini biasa dikehidupan kami, kami bukan hanya tinggal di satu planet melainkan 4 planet" lanjutnya. Aku tidak akan terkejut mereka tinggal di 4 planet tetapi melihat empat planet yang dihubungkan jembatan ini. "Apakah mereka tuhan?" saat aku memikirkannya

Aku tertidur. Terlalu banyak berpikir meningktakan stres dan memicu hormon adrenalin membuat kelelahan

Terbangun dikelilingi ratusan penjaga jubah hitam aku berkata pada diriku sendiri "Aku masih terkurung didalam kotak ini dan masih di dunia ini"

Melihat sekelilingku mataku tertuju ke satu arah. Gendut, jubah hitam tebal berbulu dengan mahkota biru tua melihat aku yang sudah terbangun mulutnya mengangkat mengeluarkan suara.

"Salam hangat manusia dari bumi. Aku presiden Ratata dari Betelgeuse"

"Sepertinya aku tidak akan bisa kembali ke bumi lagi..."gumamku sambil menghela nafas.

***

World LevelWhere stories live. Discover now