Bagian 10

3.9K 289 54
                                    

"Bagaimana?"

'Sudah hampir 90 persen Tuan'

"Bagus, kabari aku jika semuanya telah selesai"

'Tentu Tuan Madara'

"Hn"

Setelah itu, Madara memutuskan sambungan telepon tersebut secara sepihak.  Sebuah suara dari arah belakang membuat Madara membalikkan badannya.

"Ayah, ada apa? Siapa yang Ayah hubungi?" tanya Mikoto sambil menuntun Madara untuk duduk.

"Pengawas lapangan di Kirigakure" jawab Madara yang mendapat anggukan dari Mikoto. Wanita itu memang tahu, bahwa ada projek hotel di Kirigakure yang di pimpin langsung oleh sang suami.

"Ayah, sebaiknya Ayah jangan banyak bergerak. Ayah harus banyak istirahat. Ayah dengar sendiri dari dokternya kan?" ucap Mikoto sambil memijat pelan tangan Madara yang masih dibilang kekar itu.

"Hn, Ayah tahu" jawab Madara seadanya sambil menatap malas tayangan berita dilayar televisi.

'Kau pikir aku tidak tahu? Dasar wanita busuk' batin Madara dalam hati. Sebenarnya, diam-diam Madara pergi check up karena ia merasa tidak kunjung membaik. Ia pergi ke dokter rumah sakit umum terbesar, dan sebuah fakta membuatnya terkejut.

Dokter tersebut mengatakan bahwa Madara harus banyak bergerak agar persendiannya tidak kaku. Wajar jika ia tidak lekas membaik, karena otot dan sendinya tidak digerakkan. Bahkan mungkin akan mengalami kelumpuhan. Semuanya bertentangan dengan perkataan Shizune, dokter pribadi keluarga Uchiha, yang justru mengatakan Madara harus banyak istirahat.

Satu hal yang saat itu ia pikirkan, semuanya karena Mikoto. Wanita itu mungkin sudah mengatur mulut Shizune untuk mengatakan hal tersebut. Istri Fugaku itu sungguh keterlaluan. Dia tidak akan puas sebelum berhasil membunuhnya.

Sementara di perusahaan Uchiha, Sasuke tampak sedang santai. Pekerjaan dikantornya hari ini tidak terlalu banyak. Meskipun begitu, otaknya tidak berhenti bekerja. Banyak sekali hal yang memenuhi isi kepalanya itu, terutama masalah rumah tangganya saat ini.

Semuanya berjalan seperti biasa, Sakura bahkan tampak baik-baik saja meskipun ia kerap memergoki istri merah mudanya itu sedang melamunkan sesuatu.

Tidak banyak hal yang terjadi antara dirinya dengan Karin. Mereka hanya tidur dalam satu ranjang, tidak lebih. Sasuke akui, ia sebenarnya tidak terlalu nyaman atau mungkin hanya belum terbiasa. Ia selalu tidur membelakangi Karin, tidak seperti saat tidur bersama Sakura. Ia pasti akan memeluk wanita merah muda itu sampai menjelang pagi.

Tapi, sudah ia putuskan untuk bersikap adil pada keduanya. Bukan apa-apa, ia hanya teringat dengan perkataan Naruto yang memintanya untuk tidak bersikap dingin pada Karin, karena bagaimanapun Naruto adalah seorang kakak yang menyayangi adik satu-satunya.

Mata onyxnya melirik jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan jam makan siang. Terlintas didalam pikirannya untuk pergi makan siang berdua dengan wanita pemilik iris emerald itu. Namun saat ia baru saja mengambil kunci mobilnya, pintu dibuka oleh Karin yang membawa kotak makan berisi beberapa gulung sushi dan tempura.

"Sasuke-kun, makan siang yuk!" ajak Karin sambil mendudukkan dirinya diatas sofa mewah itu.

"Maaf, Karin. Hari ini aku akan makan siang bersama Sakura" ucap Sasuke sambil melongos begitu saja menuju pintu, namun langkahnya terhenti saat Karin kembali bersuara.

"Sasuke-kun, nanti saja. Sekarang waktunya kita berdua. Kau sudah janji akan bersikap adil bukan?" ucap Karin untuk memastikan Sasuke tetap didampingnya.

The Broken Cherry BlossomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang