01 || BALA

181 60 65
                                    

Kita cukup bahagia dengan apa yang kita punya, jangan terlalu bersedih hanya untuk kehidupanmu yang menyedihkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kita cukup bahagia dengan apa yang kita punya, jangan terlalu bersedih hanya untuk kehidupanmu yang menyedihkan.





---oOo---

Suara tawa berderai terdengar di kamar seorang gadis berambut sebahu. Namanya Laluna Geladis Anjaka. Gadis itu nampak tertawa riang di depan kamera. Ia sedang melakukan vidcall dengan pria terkasihnya.

"Besok kita udah mulai masuk, 'kan? Mau gue jemput?" Suara dari seberang sana menyadarkannya. Gadis itu berdeham, lalu berhenti tertawa.

"Gak perlu Bagas. Lagian rumah lo deket sekolah," tolaknya menatap wajah sang kekasih melalui kamera.

Gaya pacaran mereka terbilang unik, tidak terlalu ribet. Memanggil nama sesuka mereka, dan saling berbicara dengan aku-kamu atau gue-lo sewajarnya. Mereka tidak terlalu membatasi panggilan atau berbicara. Asal jangan terlalu toxic yang tentu kurang baik untuk keduanya.

Pria yang di panggil Bagas itu cemberut. "Lo bakal naik bus lagi?"

"Iya." Laluna merubah posisi jadi berbaring ke samping.

"Ayolah, untuk menghemat uang," paksa Bagas menatap Luna penuh harap.

Setelah 4 tahun menjalin hubungan, Luna selalu menolak untuk berangkat dan pulang bersama. Hanya karena jarak yang cukup jauh di antara rumah keduanya. Bahkan untuk kencan malam pun sangat jarang, karena Luna yang sibuk membantu ibunya dan belajar.

Dalam satu tahun pun, kencan mereka bisa terhitung jari. Terkadang, Bagas kesepian walau sudah memiliki pacar. Karena perbedaan siklus kehidupan, Bagas harus bersabar untuk bisa menghabiskan waktu berdua bersama Luna.

Lihat? Bahkan Luna tetap menggeleng. Tidak memperbolehkan ia untuk menjemputnya.

"Yasudah," pasrah Bagas.

Luna melihat jam yang tertera di ponsel.

Pukul 23.50

"Udah malam, Gas. Tidur ya." Baru saja Luna ingin mematikan vidcall. Suara berat Bagas menyuruhnya untuk diam.

"Gak usah di matiin." Bagas memperbaiki posisi ponsel dan baringnya. Di ikuti Luna yang tersenyum memandang kamera.

Ponsel yang di letakkan di nakas yang setara dengan kasur.

"Oke."

"Good night," ucap keduanya bersamaan. Kedua sejoli itu saling melempar senyum dan memejamkan mata.

Tak lama dari itu, hening menyelimuti mereka.

Bala (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang