Upacara

4K 355 34
                                    

Selamat hari kemerdekaan.

Sebenarnya aku enggak sengaja pakai tema 17 Agustus untuk cerita ini dan aku post bertepatan dengan bulan Agustus juga.

Enjoy Reading sajalah.

***

"Lho ... Yuki mau ke mana? Kok pakai seragam?" tanya Willy sambil minum kopi.

"Pergi ke sekolah Kakek," jawab Wulan sambil mengikat tali sepatunya.

"Ini kan tanggal 17 Agustus, memang enggak libur. Tanggal merah kan?" Billi menunjuk kalender di meja.

"Iya tanggal merah, tapi Yuki harus ikut upacara. Habis itu pulang kok." Wulan berdiri dan mengambil tas miliknya.

"Pokoknya kalau mau main kabari kakek ya." Willy mengingatkan.

Wulan atau dengan nama lengkap Yuki Wulandari adalah satu-satunya keturunan mereka ( Willy dan Billy ). Jadi harus dia rawat dan jaga dengan sepuluh hati. Karena orangtua  Wulan sudah meninggal saat Wulan baru berusia 9 tahun akibat kecelakaan pesawat.

"Sayang, kamu belum sarapan. Sarapan dulu ya, Opa buatkan sandwich dulu." Billy berdiri dan langsung menuju ke arah dapur.

"Maaf Opa, tapi Yuki sudah telat. Nanti Yuki pasti sarapan kok, tapi di sekolah saja." Wulan segera mencium pipi Billy dan keluar menuju mobil. Sedangkan Willy segera ikut keluar untuk mengantarkannya.

Ke dua kakeknya memang selalu bergantian saat mengantar dan menjemput dirinya dari sekolahan.
Maklum mereka kan sudah tidak ada yang bekerja karena ke duanya sudah pensiun dari Save Security sejak kematian anak mereka.

"Mampir makan sebentar ya, nanti kamu lemas kalau enggak sarapan." Willy menawarkan. Cucunya kan masih dalam masa pertumbuhan harus makan dengan teratur dan sehat.

Walau menurut mereka entah kenapa tubuh Wulan hanya segitu-gitu saja. Padahal sudah dikasih makan dalam jumlah yang banyak dan bergizi.

Tinggi Wulan hanya 154 M  dan berat 50 kg. Entah mereka sadar atau tidak berat badannya lah tempat di mana semua makanan itu berakhir.

Wulan tidak gemuk, tapi tidak bisa dibilang kurus juga. Bisa dikategorikan lebih ke chubby. Pipi chubby, dada super chubby dan perut sedikit chubby.

"Enggak usah Kakek, beneran nanti Yuki akan sarapan begitu sampai di sekolah."

Willy mengusap kepala cucunya dengan sayang. Wajah Wulan adalah wajah kloningan dari putrinya. Jadi, melihat Wulan sama seperti melihat anak kandungnya yang sudah meninggal.

"Ya sudah. Tapi beneran sarapan ya. Upacara kan panas-panasan."

"Iya kakek." Wulan tersenyum. Merasa senang karena dia disayang oleh ke dua kakeknya.

Tiga puluh menit kemudian Wulan sudah sampai di sekolah dan langsung memakai kacamatanya biar tidak salah mengenali orang.  Mata Wulan memang minus tapi tidak banyak hanya 1/4 saja. Itu juga tanpa silinder. Tapi, ke dua kakeknya selalu menyuruhnya memakai kacamata saat di sekolah.

Hal yang dilakukan katanya demi keamanan dirinya.

Menurut ke dua kakeknya, Wulan walau memiliki tinggi badan yang tidak memadai. Tapi, dia memiliki wajah cantik dan aset super yang bisa memancing para buaya daratan ( Dada besar ). Makanya di sekolah Wulan selalu memakai baju lebih longgar dan kacamata untuk mengaburkan aset dan wajah cantiknya itu. Untungnya Wulan melakukan permintaan sang kakek dengan sukarela, karena Wulan hanya ingin ke dua kakeknya tidak selalu mengkhawatirkan dirinya.

Apalagi Wulan juga belum ada niat menjalin hubungan dengan lawan jenis. Selain dirinya yang tidak percaya diri dengan penampilannya yang seperti gulungan lemper, Wulan juga menyimpan kekaguman luar biasa terhadap seseorang.

Pawangnya Dewa ( Tersedia Di Geogle Play Book )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang