UKS

4.1K 336 60
                                    

Enjoy Reading.

***

Dewa masuk ke ruang UKS atau bisa disebut klinik karena tempatnya luas dan ada dokter yang bertugas di sana.

"Oh ... ada yang pingsan lagi." Dokter itu bergumam saat mendengar pintu UKS terbuka dan sudut matanya melihat seseorang sedang dibopong.

"Taruh di mana?" tanya Dewa saat pemuda yang memakai baju dokter dengan wajah tampan dan kaca mata membingkai wajahnya masih tetap membelakangi dirinya.

Siapa lagi Dokter yang kelebihan waktu dan buka praktek sesuka hati di sebuah SMA kalau bukan Mahesa.  Cucu dari pemilik SD  sampai Universitas Cavendish. Yang sudah mendapatkan gelar Doktor sejak usia 16 tahun.

Mahesa menoleh ke belakang begitu mendengar bahwa yang masuk adalah suara yang dia kenal.

"Eh ... Dewa? Wow ... tumben kali ini gendong cewek. Pacar kamu?" tanya Mahesa begitu melihat yang ada di gendongan Dewa bukan teman tawuran yang luka-luka seperti biasanya.

"Wait ... mendingan kamu taruh di ruangan ku, di sana juga ada ranjangnya soalnya di sini penuh. Kasihan pacarmu enggak dapat tempat." Mahesa menunjuk beberapa ranjang di UKS yang ternyata berisi beberapa siswa dan siswi yang juga pingsan. Sepertinya cuaca memang terlalu panas sampai banyak yang pingsan.

'Siapa yang punya pacar?' batin Dewa, namun malas menginterupsi.

"Kamu enggak periksa dia?" tanya Dewa.

Mahesa menunduk melihat ke arah Wulan. "Tenang saja, dia cuma pingsan karena kepanasan dan sepertinya pacarmu belum sarapan serta kurang tidur. Biarkan dia istirahat, kamu jaga dia, nanti kalau sudah sadar panggil aku."

Hal yang membuat saudara Dewa kadang merasa tidak adil. Karena Mahesa seperti tidak perlu berusaha keras untuk bisa jadi dokter, bahkan bisa mendiagnosis hanya dengan melihat saja. Bakatnya terlalu mengerikan, namun orangnya sesantai pantai dengan ombak yang tenang.

Dewa hanya mengangguk dan membuka pintu di sebelahnya lalu masuk dan menaruh Wulan di atas ranjang single bed di sana.

Dewa hendak keluar, namun ingat kata Mahesa dia disuruh menunggunya hingga sadar. Jadi, akhirnya Dewa menarik kursi dan duduk sambil main game di ponselnya.

Tetapi, bahkan sampai Dewa sudah menang tiga kali, cewek yang dia bawa tak kunjung siuman. Apa dia harus membangunkannya? Tapi, bagaimana caranya?

Dewa membuka WhatsApp miliknya dan mencari nomor kakaknya Deva lalu mengirimkan sebuah chat kepadanya.

Kenapa bukan Dava? Karena sejak kakaknya menikah, hanya Deva yang lebih cepat respon kalau dihubungi.

"Cara bangunin cewek pingsan bagaimana?" tanya Dewa.

"Anak cewek siapa kamu bikin pingsan? Kamu sudah enggak perjaka? Kamu sudah tidurin dia sampai pingsan?" Tanya Dava langsung tembak dari seberang sana.

"Bukan, dia pingsan kepanasan. Ikut upacara." Dewa membalas.

"Yah ... mengecewakan. Aku pikir kamu lepas perjaka? Hampir saja aku tumpengan."

Dewa serasa bisa melihat  wajah kecewa kakak ke duanya itu.

Kadang Dewa sampai heran, kenapa sih semua saudaranya terobsesi dengan keperjakaannya. Dan selalu menyuruhnya segera lepas perjaka. Padahal, Dewa merasa baik-baik saja tanpa pacar. Walau kadang pemasaran juga sih, apa yang bikin kakak-kakaknya pada senang pacaran.

"Oh ya ... cewek yang pingsan cantik gak? Ambil jadi pacar saja kalau cantik. Mau sampai kapan kamu enggak minat sama perempuan. Kami jadi khawatir kamu gay, tahu enggak."

Pawangnya Dewa ( Tersedia Di Geogle Play Book )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang