Bab IV

56 2 0
                                    

Setelah Pernikahan

Damara dan Alice pindah ke rumah Divya setelah pernikahan, rumah megah dikawasan elite, itu adalah rumah yang dulu ditempati Divya bersama Ravi ketika mereka masih menikah, namun jejak Ravi sudah tidak ada dirumah itu, Divya telah menyingkirkannya secara keseluruhan. Momen canggung terjadi dimeja makan kala pagi itu, Divya, Damara dan Alice telah duduk di meja makan, Divya telah memulai sarapannya dengan mengoleskan selai di roti panggangnya, namun Damara maupun Alice masih duduk mematung tak tahu apa yang harus mereka lakukan padahal meja penuh dengan aneka makanan, "Kenapa kalian tidak mulai sarapan" ucap Divya, ayah dan anak itu tak menjawab, Divya memperhatikan Alice yang tengah menatap keranjang buah " Apa kau ingin makan buah Alice ?" tanya Divya lagi, Alice menatap ayahnya seolah meminta izin, dan Damara pun paham dengan tatapan putrinya kemudian ia menganggukkan kepalanya "Bolehkan aku meminta satu buah apelnya tante?" tanya Alice dengan nada polos Divya tersenyum "Tentu saja, kau bisa mengambil apapun yang kau suka dimeja ini Alice" ucap Divya dan Alice segera mengambil sebuah apel lalu menggigitnya.

Divya dan Damara kembali menjalani rutinitas berkantornya, Divya berangkat dengan mobil mewahnya dan Damara berangkat dengan sepeda motornya, sesampainya di kantor Damara mendapatkan banyak ucapan selamat dari teman-teman dari divisinya, mereka benar-benar merasa takjub karena Damara mampu menggaet Boss besar dari perusahaan mereka, Damara hanya tersenyum kecut mendengar semua pujian yang terasa menyakitkan dihatinya, ini bukanlah pernikahan ini adalah kesepakatan, itulah yang Damara pikirkan.

Sore itu ketika Damara kembali ke rumah, Divya baru saja selesai olah raga di ruangan Gym nya, pakaiannya ketat dan basah oleh keringat, Damara yang terkejut ketika Divya menyapanya segera mengalihkan pandangannya dari tubuh Divya, "Damara, malam ini aku ada undangan pesta dengan rekan Bisnis, kau akan ikut denganku, aku sudah membelikan stelan jas untukmu, sudah ada di dalam kamarmu" ucap Divya, "Baik Bu" jawab Damara "Jangan memanggilku Ibu selain di kantor, dirumah aku adalah istrimu dan panggil aku dengan namaku" ucap Divya sambl berlalu pergi menuju kamarnya, Damara menemui putrinya, memberikan kecupan dan menanyakan kabar putrinya, Alice semakin pulih, wajahnya terlihat sehat. Damara menemukan setelan jas biru gelap dan dasi dengan warna senada di dalam lemarinya, ia segera mandi dan bersiap menemani Boss sekaligus istrinya untuk menghadiri sebuah pesta, mereka berangkat pukul 19.00 malam, Divya tampak mempesona dalam gaun malam warna serupa dengan jas Damara, riasannya tipis dikalungnya melingkar kalung berlian yang membuat ia semakin nampak berkilau, mereka berangkat menumpangi mobil mewah Divya yang dikendarai oleh supir pribadi Divya, pestanya tampak mewah dihadiri oleh orang-orang yang mengenakan busana mewah pula, Damara merasa kecil berada diantara mereka, meskipun Divya telah mendadaninya dengan setelan jas mewah namun tetap saja tak mampu membuat rasa percaya diri Damara naik, mereka memang buka golongannya, "Nikmatilah pestanya Damara, aku akan menyapa beberapa koleganya" ucap Divya, Divya meninggalkan Damara dan menyapa beberapa orang, dan tak disangka ada seseorang diantara orang-orang itu yang mengenali Damara, seorang wanita, wanita itu terkejut melihat Damara berada dipesta itu "Damar Bagaimana kau bisa berada dipesta ini?, ini bukan pesta yang bisa didatangi oleh sembarang orang!" ucap perempuan itu dan perempuan itu adalah Monica, mantan istri Damara, Damara pun terkejut melihat Monica dan ia tak menjawab pertanyaan dari Monica " Pakaianmu tampak mahal apa sekarang kau telah menjadi pengusaha kaya ?" tanya Monica lagi dan Damara masih kehilangan suaranya, ia belum mampu menjawab pertanyaan dari Monica dan tak lama pria setengah baya menghampiri Monica, pria berumur sekitar setengah abad, ia memeluk pinggang Monica dan mendaratkan ciuman dipipi Monica " Sayang aku mencarimu, siapa pria ini?" tanya pria tua itu, "Dia mantan suamiku mas" jawab Monica " Mantan suamimu yang miskin itu?" tanya pria itu lagi, Monica tak menjawab ia hanya tersenyum penuh dengan penghinaan terhadap Damara, "Aku Hendra suami baru Monica" ucap pria itu tanpa mengulurkan tangannya "Monica lebih pantas bersama seorang pria sepertiku dari pada pria sepertimu, kecantikannya akan menjadi sia-sia jika bersama pria sepertimu" ucap pria itu lagi. Damara masih saja terdiam mendengar semua hinaan yang ia terima dari Monica dan suami barunya, Divya yang mendengar semua itu mejadi geram hatinya, ia menghampiri Damara, melingkarkan lengannya pada lengan Damara dan bergelayut manja "Maaf sayang aku lama meninggalkanmu, toiletnya antri, aku harap kau tak merindukanku karena terlalu lama pergi" ucap Divya manja pada Damara tanpa mempedulikan dua orang dihadapannya, Damara terkejut dengan perlakuan Divya padanya dan begitu pula Monica sama terkejutnya "Siapa Wanita ini Damar?" tanya Monica dengan nada keheranan "Aku Divya, Divya Handono istri Damara " jawab Divya, "Istri? Kau tidak memberi tahuku kalau kau menikah lagi Damar?" tanya Monica dan akhirnya Damara bersuara "Bukankah aku tidak memerlukan izinmu untuk menikah lagi Monica seperti halnya dirimu yang tak membutuhkan izinku untuk menikah lagi?" jawab Damara, Divya tersenyum kecil ia senang karena akhirnya Damara mampu bereaksi dengan benar, "Aku perlu tahu siapa yang akan menjadi ibu sambung bagi Alice, Damar " ucap Monica, "Wah, sepertinya sekarang kau telah menjadi sangat perhatian pada putrimu Monica, kapan terkahir kali kau menemuinya atau menelponnya?" tanya Damara dengan nada mengejek, Monica yang mendapat pertanyaan itu menjadi merah wajahnya karena menahan marah.

"Ibu Divya Handono, bukankah anda putri tunggal dari bapak Kusomo Handono, Pemilik PT. international Future Furniture " tanya Hendara dengan pandangan takjub pada Divya " Ya betul sekali "jawab Divya "Oh..suatu keberuntungan sekali bisa berjumpa dengan anda di pesta ini, perkenalkan saya Hendra Sastrawijaya "ucap pria itu sembari mengulurkan tangannya dan Divya dengan enggan menerima uluran tangan itu , "Mohon maaf Pak Damara atas kesalah pahaman yang terjadi diantara kita" ucap Hendra pada Damara dan ia juga mengulurkan tangan pada Damara dan Damara menerima uluran tangan Hendra, "Ibu Divya perusahaan saya ingin mengajukan kerjasama dengan perusahaan ibu, jika ibu berkenan?" ucap Hendra dan Divya menjawab "Kalau urusan kerjasama, anda harus mengajukannya pada suami saya dialah yang akan memutuskannya, saya sedang tidak begitu terlibat dengan urusan perusahaan karena saya sedang menikmati peran sebagai seorang istri dan juga ibu bagi putri kami." ucap Divya sambil menatap Monica, "Putri kami?, apakah yang kau maksud itu adalah Alice "ucap Monica dengan kesal "Tentu, bukankah putri dari suamiku adalah putriku juga? Karena aku telah menikahi ayahnya!" tanya Divya dan Monica semakin kesal mendengar jawaban Divya " Baiklah, sebaiknya kami permisi dulu, pesta ini tidak begitu menyenangkan, saya lebih suka menghabiskan waktu dikamar bersama suami saya" ucap Divya pada Monica dan Hendra. Divya dan Damara meninggalkan mereka dengan perasaan yang berkecamuk dihati mereka, Monica merasa kesal karena Damara telah menikah lagi dengan seorang wanita kaya dan terlebih lagi wanita itu lebih cantik dari dirinya, sedangkan Hendra merasa bimbang ia telah sedemikian rupa menghina Damara dan kini ia harus menghadapi dan meminta bantuan Damara jika ingin bekerjasama dengan perusahaan milik Divya.

"Mengapa bu Divya tadi melakukan semua itu ? tanya Damara "Aku hanya ingin memberi pelajaran pada manusia sombong seperti mereka, mereka tidak boleh seenaknya menghina orang lain hanya karena merasa posisi mereka lebih tinggi dari orang lain" jawab Divya, "Mengapa ibu harus membohongi mereka ?" tanya Damara lagi " Untuk membuat efek Dramatis saja, apakah kau lihat ekpresi mantan istrimu ketika tahu kau telah menikah lagi?, dia kelihatan sangat kesal atau bahkan cemburu" jawab Divya sambil terkekeh namun Damara hanya terdiam " Dan apa kau sadar betapa harga diri pria tua suami dari mantan istrimu itu jatuh ketika aku katakan dia harus mengajukan penawaran kerjasama padamu?" ucap Divya lagi, "Bagaimana kalau Pak Hendra benar-benar mengajukan penawaran kerjasama dan tahu bahwa bukan saya yang berwenang?" tanya Damara "Tenanglah aku tidakakan pernah menerima tawaran kerja sama dengan pengusaha sombong sepertinya" ucap Divya enteng.

Mereka tiba kembali dirumah dan Damara segera menemui putrinya, ia merasa iba melihat putrinya yang tak lagi mendapatkan kasih dari seorang ibu, Monica tak sekalipun menemui Alice setelah perceraian mereka dan Monica juga hanya pernah dua kali menghubunginya untuk menanyakan kondisi Alice.

Bersambung...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Boss Is My Wife (Indonesia) (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang