The Killer

153 8 10
                                    

Darla tersentak kaget ketika seseorang berteriak dari arah luar. Darla langsung refleks bangun dan berdiri dari tidurnya. Darla mengintip sebentar dari jendela balkonnya.

“What’s wrong, honey?” Kata Paolo pelan sambil menghampiri Darla dan memegang pinggangnya. Barrack, Kyle, dan Noah juga ikut menghampiri Paolo dan Darla untuk mengintip apa yang sedang terjadi.

Siang itu, Paolo, Barrack, Kyle dan juga Noah sedang berada di rumah Darla. Mereka datang untuk menjenguk Darla yang sedang sakit saat itu.

Betapa terkejutnya Darla ketika melihat Annethe—tetangganya yang juga merupakan teman sekelasnya di sekolah, sedang terduduk menangis. Disekitarnya banyak genangan darah. Darla langsung menutup tirai jendela balkonnya dan berbalik menghadap ke yang lainnya, “We have to go downstairs, right now. Babe, can you please call Ashton? Tell him someone need his help.” Ucapnya.

Barrack, Kyle, dan juga Noah menatapnya sebentar, Darla berdecak sebal seraya menyuruh mereka cepat. Darla langsung menyambar jaketnya yang digantung dibelakang pintu kamarnya. Darla berlari keluar dan turun kelantai bawah seraya memakai jaketnya itu.

Dengan gerakan cepat, Darla membuka pintu rumahnya dan menghampiri Anne--panggilan Darla untuknya—kemudian, Darla memekik terkejut ketika mendapati tubuh Mr.Reynolds, ayah Anne tergeletak kaku dengan simbahan darah sekitarnya.

Keterkejutan Darla bertambah ketika melihat lubang besar didadanya dan..... jantung Mr. Reynolds hilang.

Barrack, dan juga Noah memekik kaget dibelakang Darla. Darla menatap kearah mereka. Mereka hanya mematung ditempat dengan tangan mereka yang mereka gunakan untuk menutup mulut dan hidung mereka masing-masing. Kyle yang memang sedikit takut dengan darah, bersembunyi dibelakang tubuh Paolo. Darla sedikit menggeser tubuhnya kearah kanan sehingga Paolo bisa melihatnya dengan jelas. Dan ketika melihatnya, Paolo merasa seperti ia mengetahui siapa yang sudah melakukan ini.

Darla mengalihkan pandangannya ke Anne, Darla berjongkok didepannya kemudian mengelus pelan bahunya. Darla tidak tahu harus berkata apa.

“Where is he going last night, An?” Tanya Paolo

Anne menatap kearah Paolo kemudian menggeleng, “I-I don’t know. Last night him and my mother was fighting. An-and then he grab his jacket and leave the house. I was expecting he will go back to home because he always do that everytime they were fighting. But when I’m about to go to look for him because he didn’t go home last night, I found him here.” Jawab Anne disela tangisnya. Darla langsung memeluk Anne dan kembali mengelus punggungnya.

Tak beberapa lama, suara sirine ambulan juga mobil polisi terdengar diperumahan nan sepi ini. Kemudian, kakak laki-laki Darla turun dari salah satu mobil polisi itu dengan tergesa-gesa.

Ya Tuhan, dia terlihat begitu berantakan. Apa sesibuk itu dirinya mengurusi suatu kasus sehingga lupa mengurusi dirinya sendiri.

“Darla, stay away from here.” Ashton mendorong Darla untuk menjauh dari TKP. Darla menurutinya seraya berdiri dan membawa Anne untuk menepi juga.

Darla melihat Barrack dan Noah juga masih mematung ditempat sambil merangkul Kyle yang terlihat sedang ketakutan.

Perasaanku benar tadi malam, aku merasa... tidak aman.

“A killer has been going around here, babe.” Gumam Darla ketika Paolo menghampirinya. “I’m scared.” Katanya lagi.

Tak terasa air mata Darla jatuh dari kedua matanya. Ia memang benar-benar takut sekarang.

Paolo langsung memeluk Darla dengan erat kemudian mengusap pelan punggung belakangnya, “Hey don’t be scared. I’ll always here by your side. I’ll always here to protect you. Barrack, Kyle and also Noah was there for you too, okay? We’re ready 24 hours for you, princess.” Ucap Paolo yang sambil mengusap kepala gadisnya itu dengan pelan dan sesekali mengecup puncak kepalanya.

Thin White LiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang