Hari demi hari telah dira jalani. Tidak ada kebahagiaan yang biasanya selalu datang kapanpun, tidak ada canda tawa yang terlihat di wajahnya, dan apalagi... Sekarang ia telah berpacaran dengan reynal yang membuat hatinya semakin sakit. Bagaimana tidak? Ia selalu berpura pura setiap harinya, merekapun juga pacaran kalau sedang ada Lisa saja. Seperti sekarang contohnya.
"Dirr³ disaana ada lisaa gece mainin perannya!!!" Heboh reynal.
"Ck iyaiya bawel banget Lo"
"Emm dirr nanti malem jadi kan?? Pokoknya gaada penolakan, malem gue jemput Lo, oke?" Ucap reynal saat berjalan melewati Lisa berada.
"Iya sayang jadi kok, pokoknya aku harus dandan cantik untuk malam ini... Kita liat sunset lagi ya sayangg" ewwh Dira saja sangat geli mengatakan 'itu' se suka sukanya dia sama reynal pun dia akan tetap jijik untuk berprilaku sok manja begitu. Bukan Dira bangettt.
"Anjipp kerenn dir akting Lo ahaha" ngakak reynal saat tiba di kelas Dira.
"Paansi. Udah kan? Gue pengen ke toilet. Kebelet"
"Udah. Mau gue Anter ga? Haha"
"Gila. Udah sonoo balik ke kelas Lo"
"Iya sayang iyaaa"
Plisssss Rey jangan buat gue terbang tinggi dan jatuh lagi. Sakit bego.
Dira terkejut saat Lisa mengajaknya bicara saat ia ingin balik dari toilet.
"Mau ngomong apa emang lis? Ko sampe di tempat sepi segala" ucap Dira saat mereka sudah sampai di ruangan tak terpakai di ujung sekolah.
"Gue—"
"Gue udah tau semuanya dir" what? Udah tau semuanya apa nii. Ngomong ko putus².
"Udah tau apa?" Tanya Dira malas.
"Gue udah tau kalau Lo cuman pura-pura pacaran sama reynal dir" ahh Dira sampai tersedak air liurnya sendiri.
"Udah keliatan jelas dir... Lo ga mungkin khianatin gue. Gue tau juga kalau—"
"Apakabar dengan Lo yang ternyata nusuk gue dari belakang?! Lo pikir gue ga denger semua omongao Lo di kelas itu?! Gausah pura² bego deh lo!" Bentak Dira penuh penekanan.
"Itu...."
"Itu apa?? Hah??! Itu semua bener???!! Iya?? Iya kan?!!"
"Ga gitu dirr, gue—"
"Semua yang Lo denger itu emang benar, 'adira' Lo itu ternyata emang cewek bego yang sok berani ya, cih" ucap andra yang tiba-tiba muncul.
"I–iya dir! Lo emang bego! Gue sih kalo jadi Lo ya lebih baik mati aja daripada hidup kaya gini! Hhh, kasian banget yaa, ditinggal mati sama emak, ehh abangnya pun lupa sama dia, hahaa, terus²... Bokapnya pun—"
"Bangsat! Lo emang tau semua tentang gue! Tapi jangan harap Lo bisa buat gue nyerah dengan semua masalah yang gue hadapin Lis! Gaakan!"
Dira mengelap air matanya yang bercucuran deras sambil melangkah cepat untuk keluar dari ruangan ini. Namun saat di ambang pintu Andra menahan lengannya.
"Apaansihh lepas!"
"Gaakan sebelum Lo menderita!" Andra menghempas kencang lengan Adira sampai² ia terjatuh karena susah menahan keseimbangan tubuhnya.
"Cih. Ternyata Lo tuh cowok brengsek yang berani melakukan kekerasan terhadap perempuan ya... Eitss kayanya ga pantes deh disebut cowok. Trus apa yaa yang pantes??"
Dira seolah olah sedang berfikir keras.
"ADIRA!" Bentak Andra kencang.
"Im here, gausah kenceng² kali ngomongnya, dikira gue budeg apa?!" Balas Dira.
"Lo—!!!"
"Ndraa, udahh yu kita balik aja, ngeladenin orang kaya dia gaakan pernah selesai, yuk" selak Lisa.
"Lo kalo mau keluar keluar duluan aja, urusan gue sama dia belom kelar!" Ucap Andra melotot.
"Ndraa... Udah... Jangan di perpanjang..." Mohon Lisa.
"Bacot Lo mending Lo aja deh yang keluar! Gausah bikin gue nambah emosi Lis!"
Adira berusaha berdiri dan berjalan mendekati 'mereka'
"Udah selesai debatnya?? Permisi, gue pengen keluar!" Ucapnya.
Saat ingin melewati mereka dan keluar ruangan, Andra lebih dulu mendorong Dira sampai ia terjungkal dan menghantam kaki kursi kayu yang sudah keropos:v
"Sshh"
"Andra Lo gila?!!" Bentak Lisa.
"Biarin dia disini aja, sekalian juga gue pengen liat mayatnya yang membusuk di ruangan ini!" Setelah mengatakan itu, Andra mengunci pintu itu, tidak dikunci saja sudah susah dibuka, bagaimana kalau dikunci, mungkin memang tidak akan bisa terbuka. Dan entah dari mana juga ia mendapatkan kunci itu.
Adira perlahan memejamkan matanya, namun ia berusaha membukanya lagi, ia tidak ingin berdiam diri disini, ia harus mencari jalan keluar nya.
Namun dengan kepalanya yang terbentur keras mungkin tidak akan bisa berdiri, melek saja sudah susah, bagaimana ia bisa berdiri.
"Ayah... Tolongin Dira..." Ucap Dira sebelum ia memejamkan matanya tenang.
***
"Eh paulin!" Panggil Rey
"Iya? Kenapa Rey? Oh iya! Dira sama Lo kan? Tu anak gue cari dari tadi, ngapain aja sih Lo sama dia? Bolos Lo?"
"H-hah? Dira sama gue? G-gue dari tadi di kantin sama anak the sky"
"S-serius?? Terus dia dari tadi kemana?? Masa iya dia bolos sendiri, ga mungkin njir" Paulina mulai khawatir bahwasanya ia tau kalau Dira tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tiba-tiba menghilang.

KAMU SEDANG MEMBACA
All I Want
Teen Fiction"Yang pergi biarlah pergi,yang datang biarlah datang,dan yang bertahan tetap pertahankan. Hidup bukan untuk menyesali apa yang sudah hilang,bukan pula untuk menolak apa yang ditakdirkan Tuhan:) apalagi yang menyia nyiakan sesuatu yang sudah ada dan...