ME

2.7K 160 43
                                    

••●•●♡●•●••   

     Della.

     Seperti itu biasanya teman-teman memanggilku.

     Hari ini, bersama secangkir lemon tea yang masih mengebulkan uap panas beserta nasi dan lauk pauknya yang terasa hambar, aku duduk termenung sembari memperhatikan teman-temanku bermain di halaman rumah.

     Sendirian keberadaanku di ujung teras, meremat piama tidur berwarna biru ini kuat-kuat sampai buku-buku jariku memutih.

     Tanpa disadari aku telah menggigit bibir bawahku demi menetralisir isakan pilu, genangan air mata bahkan tak mampu ku bendung saat kembali mengingat kejadian setahun yang lalu.

     “Ayo berangkat, semuanya udah siapkan?”

    Itu Renjun, kakak sepupuku yang kebetulan mampir untuk menjemput. Aku tersenyum tipis kala melihat wajah juteknya. Renjun menyatukan alisnya, lantas memukul wajahku pelan menggunakan kain lap.

     “Mandi kek lo! Cepetan, semua udah nunggu!”

     Aku tertawa kecil dan segera berlari kedalam untuk membersihkan diri, Renjun itu salah satu moodboster ku. Anak laki-laki yang dingin dan kalem namun lembut didalam, seseorang yang mau menemaniku setiap saat tanpa alasan.

     Tempatku berkeluh kesah, ah- andai saja Renjun bukan sepupu, pasti sudah ku jadikan pac-

     Cukup.

     “Mama papa kamu gak nganterin kita ke bandara?” Tanya Jaemin kepadaku saat semuanya sudah berkumpul.

     Sontak teman-temanku yang sedang packing menoleh kepadanya, “Heh, lo pikir kita anak SD? Liburan dianterin.” Haechan, si gembul yang terimut satu fakultas.

     Ngomong-ngomong, hari ini kita akan pergi berlibur ke Lombok. Yap, liburan akhir tahun. Kami pergi bersama pasangan masing-masing. Oke, mari kita kecualikan Renjun, anak itu terlalu kaku bahkan untuk sekedar memulai percakapan.

     “Yang cewe pake mobil Jeno, cowo pake mobil Chenle.” Kata Renjun,

     “Weesss tidak bisa jambulnya Raju! Tujuan kita liburan kan buat pacaran.” Haechan menyahuti lagi dan dibalas tamparan kecil oleh Yena, pacarnya.

     “Gancet di pesawat gue gak tanggung jawab.” Jeno melengos sambil menghisap rokoknya dan memasukan semua barang bawaan kedalam bagasi mobil. “Jeno, gancet itu apa?” Tanya Wonyoung kepada Jeno.

     Baiklah, kami semua tercekat bingung untuk menanggapi pacar baru Jeno yang kelewatan cute ini.

     “Kamu ngapain bawa cuter sama palu?” Kulihat Jaemin membuka isi tasku, tidak sopan memang.

     “Kita dua minggu disana, rumah di Lombok kan gak kaya rumah di Jakarta, Na.” Jawabku sambil mendorong kecil tubuh bongsor pacarku itu, hey! Bagaimana jika dia melihat pakaian dalam ku?!

“Paku mulu isinya buat gantungan baju.” Sahut Jisung dan dihadiahi tawa-tawa renyah teman-temanku yang lain sore ini.

••●••

     Kami sampai di Lombok hampir tengah malam, salahkan anak-anak perempuan yang repotnya bukan main ketika perjalanan ke bandara. Yuna mengeluh mual hingga akhirnya muntah di baju Jisung, Chenle tak kuasa menahan poop saat di jalan tol, dan Wonyoung yang terus terusan menangis karena di ganggu oleh Yiren juga Haechan.

     Alhasil, kita semua malah berhenti di rest area.

     Kami semua merengangkan otot-otot tubuh sebelum masuk kedalam penginapan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

|| ME || Horror Oneshoot [NCT Dream]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang