M01 - TERLIBAT PERTIKAIAN

10 6 5
                                    

Welcome to my new story! Kuy, baca!

Pembelajaran kali ini diisi dengan presentasi dari beberapa kelompok yang telah ditunjuk guru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pembelajaran kali ini diisi dengan presentasi dari beberapa kelompok yang telah ditunjuk guru. Seperti biasanya, Adira selalu mendengar dengan baik setiap penjelasan dari kawan-kawannya di depan sana. Begitu sesi tanya jawab dibuka, Adira yang kebetulan telah menyiapkan pertanyaan, lantas mengangkat tangan.

"Ya, Prislly, silakan ajukan pertanyaan Anda," kata Levina menunjuknya.

Mata Adira berputar 45 derajat, menatap Prislly yang ternyata juga mengangkat tangan untuk bertanya. Gadis itu tampak senang karena ia dipilih sebagai salah satu penanya.

Padahal, Adira yakin ia sudah mengajukan diri untuk bertanya terlebih dahulu. Tapi mengapa ia malah diabaikan begitu saja? Ini terasa tidak adil baginya. Bahkan Bu Eka tampak tidak mempermasalahkan hal itu. Lagi-lagi dia gagal mendapatkan poin untuk menambah nilainya di catatan guru.

"Yang sabar ya, Ra," kata Milly yang berada di bangku belakangnya. Ia sahabat Adira sejak SMP. Ya, hanya gadis bertubuh gemuk itu saja yang paling mengerti Adira.

Sejak dulu, Adira memang selalu disepelekan orang-orang. Penampilannya yang dekil dan cupu membuatnya dijauhi karena dianggap berbeda dengan yang lainnya, yang bersinar dan mempunyai jabatan penting di sekolah. Ya, setidaknya kau harus terlihat cantik ataupun tampan untuk diakui di golongan mereka.

Namun, bersama Milly saja sudah cukup membuat Adira nyaman. Sosoknya yang ramah dan menerima Adira apa adanya sudah menjadi nilai plus untuk Milly di mata Adira. Karena Adira adalah sosok yang tulus, sahabat seperjuangan yang selalu ada kala suka maupun duka.

Bel istirahat telah berbunyi beberapa saat yang lalu. Sebagian anak memilih menghabiskan waktu di luar kelas, sisanya berkumpul ria di dalam kelas-saling bercengkerama, kadang-kadang ada yang gosip.

Biasanya, Adira dan Milly akan pergi ke kantin, lalu duduk di bangku panjang dekat lapangan untuk menyaksikan anak-anak cowok bermain basket. Tapi karena kejadian tadi, Adira jadi kurang bersemangat. Ia menolak ajakan Milly untuk pergi bersamanya.

"Ayo, dong, Ra. Jangan galau-galau gitu, dong. Ya udah, sih. Ngapain juga harus mikirin kejadian tadi," kata Milly.

Adira mendengus kasar. "Ish, lo bisa gak sih ngertiin gue? Sekali aja."

Duduk di sebelah Adira, gadis gemuk itu memutar bola matanya malas. "Setiap hari gue juga ngertiin lo kali. Lo-nya aja yang terlalu baperan sama hal kayak gitu. Dira, asal lo tau, ya. Lo tuh udah digituin bukan cuma sekali atau dua kali, tapi berkali-kali. Dan bukan cuma lo, gue juga. Sebagai anak minoritas di kelas ini mah kita bisa apa? Gak pernah dihargai dan selalu dipandang sebelah mata."

Adira bergidik ngeri sendiri jadinya ketika Milly malah jadi curhat kepadanya. Memang benar, mereka selalu diperlakukan begitu. Pendapat mereka seolah bukan apa-apa. Belum lagi fisik Milly yang gemuk, membuatnya selalu menjadi bahan ejekan siapapun-yang tentunya tidak punya akhlak dan sopan santun kepada sesama manusia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MARIGNEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang