Terhitung sudah ke sembilan kalinya Jihan mengeluarkan isi perutnya, mual tak tertahankan yang dirasakannya akibat bau menyengat ayam cemani di tas Tiara yang ia cium sewaktu di kafe tadi sore masih sangat membekas di pikirannya.
"Gila ya, baunya ngga kuat banget. Ada ya orang gila kaya gitu." Ucap Jihan yang baru saja keluar dari kamar mandi. Jihan dengan sigap menutup mulutnya dan sesegera mungkin kembali ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya lagi.
"Lu muntah udah kaya orang hamil aja."
Timpal Metha yang sedang duduk di ruang kamar Tiara."Sumpah ih aku ngga kuat." Jihan berjalan dengan sempoyongan kearah Metha dan merebahkan dirinya ke lautan kapuk.
"Kayanya kita harus nyari pelakunya deh, ngga bisa nih kalau didiemin." Tutur Metha kepada Jihan dan Tiara.
Tiara tidak menggubris pernyataan dari Metha tersebut. Dan terus melanjutkan aktivitasnya membaca sebuah buku. Sedangkan Jihan dengan posisi tengkurap menimpali pernyataan Metha. "Iya sumpah setuju banget. Kita cari dukun aja lah buat nyantet itu orang, kesel banget ih."
"Ngga usah pake dukun. Kalau ketemu langsung labrak aja, pengen ngejambak rambutnya deh. Kesel banget." Ucap Metha dengan nada mulai kesal.
Wueek suara muntahan kembali terdengar dari Jihan. Ia pun bergegas berdiri dari posisinya dan sesegera mungkin kembali ke kamar mandi. Metha yang tak tahan dengan keadaan yang dialami Jihan pun lantas menyusulnya. Metha melihat keadaan Jihan yang berada di kamar mandi. Ia melihat Jihan sedang bersusah payah muntah dengan badan lemas dan wajah pucatnya.
"Ya ampun Han, gila ih anjing banget sumpah pelakunya. Gue cari ya pokoknya sampe ketemu."
Wueekk sekali lagi suara muntahan terdengar dari Jihan. Tiara yang mendengar bahwa sahabatnya sedang kesakitan pun segera bergegas dari tempat duduknya dan menyusul ke kamar mandi.
"Jihan, kamu ngga apa apa kan. Kita ke dokter aja ya?" Tanya Tiara sembari memegang pundak Jihan.
"Ra, kita ngga bisa diem aja. Kita harus nyari orangnya!" Tutur meta dengan nada tegas kepada Tiara.
"Mau nyari gimana sih ta? Udahlah mungkin orang iseng. Sekarang yang penting kita merhatiin kondisinya Jihan aja dulu." Metha yang mendengar jawaban Tiara sontak bertanya kepadanya.
"Kamu bilang iseng? ini udah berlebihan, Ra." Tiara tak mengindahkan permintaan Metha tersebut. Ia malah menuntun Jihan keluar dari kamar mandi dan membantunya untuk merebahkan diri di kasurnya.
Tiara memang memiliki sifat yang sangat baik dan tidak mau memperpanjang masalah yang ada. Ia memilih untuk memaafkan segala kesalahan atau perbuatan yang ditujukan kepada dirinya. Berbeda dengan Metha yang tegas dan tidak menerima semua perbuatan buruk terhadapnya maupun sahabat-sahabatnya.
"Jihan kamu minum ya." Tiara memberikan sebuah gelas berisi air putih yang ia ambilkan untuk Jihan. Jihan pun meminum air tersebut. "Kamu tidur disini ya, sama aku. Biar kalo ada apa apa kita bisa langsung kerumah sakit." Timpal Tiara. Jihan hanya mengangguk dan kembali ke posisi tidurnya.
"Udahlah gue mau lapor polisi aja." Tiara yang mendengar ucapan tersebut dari Metha pun sontak berwajah serius dan memberikan respon yang berlawanan." Mau lapor polisi gimana sih ta? Kita aja ngga tau sama sekali siapa yang naruh di tas aku. Dan tas aku pun juga udah aku buang sebelum kita balik ke kos. Kita udah ngga punya bukti apa-apa. Udahlah Tha kita berdoa aja. Tenang!" Metha yang kesal dengan jawaban yang diberikan Tiara memutuskan untuk keluar dan kembali kemarnya.
******
Kos permaata ini memiliki total 18 kamar. Terdiri dari dua lantai, lantai pertama dengan cat dasar bewarna hijau dan lantai kedua dengan warna biru. Di lantai pertama terdapat 10 kamar sedangkan lantai dua tediri dari 8 kamar dengan dua sisi dan masing masing sisi 4 kamar. Ditengah terdapat sebuah tangga untuk akses ke lantai dasar dan begitu pula sebaliknya. Kondisi kos khusus perempuan ini cukup sepi, dikarenakan suasana yang masih awal semester baru jadi banyak penghuni yang sedang keluar untuk melaksankan makrab ataupun nongkrong awal semester.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lingkar Nisan
Horror"Damar!!!" Teriak Irwan ketika adik lelaki satu-satunya tak sadarkan diri. Permainan yang dilakukan di belakang Irwan membuat Damar harus melunasinya bahkan dengan sukma satu-satunya. Miris. Bulu kudu dipaksa berdiri ngeri setelah permainan tersebut...