T H E . 1ST . I . T H I N K

1K 96 2
                                    

Hae In menghempaskan tubuhnya pada jok mobil, rasa lelah menderanya setelah 12 jam berada di udara, 2 jam berada di perjalanan menuju bandara dan kini dia harus menghabiskan waktu satu jam menuju rumahnya. Seharusnya dia menyetujui usulan Ji Yeong untuk tidak memberi surprise kepulangannya dan memilih menggunakan helikopter untuk menuju rumah, setidaknya dia bisa lebih cepat sampai dan langsung berguling-guling di kamarnya.

Senyum pria itu mengembang ketika memikirkan saudara kembarnya, ikatan batin mereka memang kuat sehingga mereka tidak perlu saling bercerita panjang lebar karena keduanya akan sama-sama saling mengerti dan mengisi satu sama lain.

Dia merindukan noona-nya itu.

Ponselnya berdering ketika taksi yang membawanya tengah berada di jalan bebas hambatan, senyum pada wajah tampannya semakin mengembang ketika menatap siapa yang menelponnya.

"Ne, Ji Wonie. Anyeooooong, kamu merindukan Oppa?" sapanya dengan riang.

"Aigoo~ percaya diri sekali oppa." jawab Ji Won yang membuatnya kembali tertawa, "Oppa, where are you?"

"Sedang dalam taksi menuju rumah, wae?"

"Ani, aku menghubungi Oppa karena tiba-tiba Seo Joon oppa merindukanmu. Seingatku, itu pertanda apakah dia yang akan kesana atau oppa yang akan kesini."

Hae In terkekeh, "Jinja? Seo Joon merindukanku? Woaah, jika aku bertemu dengannya aku akan menciumnya."

"HYA! ANDWEEE!" teriak seorang pria dari balik ponsel Hae In, membuatnya semakin tertawa terbahak-bahak.

"Eoh, dia berada disampingmu? Seo Joon-ah nado bogoshiepposo."

Jawab Hae In yang rindu bermain dengan mereka lagi, terakhir mereka bertemu enam bulan yang lalu dalam rangka menyegarkan otak mereka dari sidang thesis Ji Won dan sidang terbuka Seo Joon.

Dia kagum dengan semangat mereka berdua dalam pendidikan, jika Ji Won dia sudah biasa berbeda hal dengan Seo Joon yang mampu menyelesaikan gelar doktornya. Bukan berarti sahabatnya itu bodoh, Seo Joon sangat pintar dan bisa berpendidikan hingga gelar doktor sesungguhnya bukan cita-citanya sejak mereka kenal. Dia tidak menyesal mengenalkan Ji Won padanya, adik satu-satunya itu mampu membawa Seo Joon lebih baik dalam hidupnya.

"Oppa, bagaimana Frankfurt? Berapa suhu disana? Kamu tahu Seol membeku, disini sangat dingiiiiiinnn."

"Jinja? Kurasa Frankfurt saat ini 10 C, wae? Kamu mau main kesini lagi?"

Terdengar suara Ji Won membuang nafas, "Aku mau, tapi keponakanmu ini tidak tahan berpergian. Dia masih memuntahkan makanannya saat pagi hari."

"Aigoo~ sepertinya kamu menjadi super manja jika sedang hamil Ji Wonie."

"Ne, Hae In-ah! Kamu benar dan aku juga ikut tersiksa." sambut Seo Joon dari seberang sana.

"Jinja?!"

Ketiganya berbincang satu sama lain seperti biasa, sedikit membantu menghilangkan rasa lelah dan sampai tidak terasa kini dia telah sampai di rumah. Hae In langsung menutup ponselnya yang dia yakini satu menit lagi dia akan mendengar bunyi telepon dan nada marah dari adik kesayangannya itu. Tapi dia tidak perduli, sekarang dia ingin bertemu dengan Appa dan memeluk habis Eomma tercintanya.

Rumah bergaya modern dihadapannya kini terlihat ramai, dia bahkan bisa mendengar suara tawa anak kecil yang dia pastikan itu suara Kim Ae Ra. Kakinya melangkah perlahan sambil memandangi bagaimana rumah ini tidak banyak berubah sejak dia kecil sampai empat tahun lalu saat dia pindah untuk studi ke Jerman.

#3 Taking Over MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang