2. Surat Tersirat Malam Fantasi Kania - Akhita Yuan Mahardika

187 11 15
                                    


"Kania sayang,

Kania, bangun sayang..."

Jarum panjang dan pendek jam bertumpuk mengarah angka lima. Alarm pagi hari Kania memang banyak membuat orang bergumam di belakangnya. Rutinitas pagi hari Kania memang romantis dilihat orang. Kasih sayang orang tuanya memang mengalir tak henti baginya. Ya, perlakuan kasih sayang itu duku pernah dicicipi oleh satu-satunya kakak Kania. Namun, dia sudah menjadi milik yang kuasa.

"Iya bu, lima menit lagi ya." katanya sembari mimpi masih setengah ada dalam nyenyaknya.

Ibunya mengelus rambut hitam kecoklatan yang tipis nan lembut dan membalas kata-katanya hanya dengan senyuman hangat pengawal pagi. Pernah sesekali Kania terbayang, jika mereka dipanggil oleh yang kuasa.

"Lupakan, lupakan." bisiknya dalam hati tiap bayangan itu ada dalam benaknya. Sepuluh menit berlalu, memang lewat dari waktu yang ditentukan oleh Kania untuk segera bangun.

Seperti biasa, dia beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke jemuran untuk mengambil selembar handuk. Dengan mata bantal menyipit, Kania masuk ke kamar mandi dan bergegas mandi. Kania melepas pakaian tidur , gantung ke gantungan baju yang tertancap di depan pintu kamar mandi. Memastikan agar pakaianya tidak jatuh,Kania menggantungkan pakaianya lebih dalam ke cantolan itu.

"Sudah di cantol, berikutnya ke bathtub!" suara Kania dalam hati. Ambil gagang shower, putar keran, nyalakan ke posisi air hangat, "Ahh, uhh, enaknya mandi air anget kalo lagi dingin gini. Kalo panas sih, aku udah males banget." guraunya dalam hati sambil senyam-senyum. Tiba-tiba ada suara yang didengar oleh Kania.

Ceretek tek tek, wuss, ceretek tek tek, bruss.

Bunyi dari atas kepala Kania, muka Kania langsung flat. Ya, soalnya bunyi seperti itu pertanda bahwa gas untuk water heaternya habis, padahal gas di water heater itu berfungsi untuk menghangatkan air dari shower. Kania segera keluar dari bathtub, ambil handuk, disliwer di badanya yang putih dan mungil kemudian membuka pintu kamar mandi dengan wajahnya yang... ya begitulah.

"Yah, Ayah! Yah, Yah, Ayah!" seru Kania yang mengganggu ayah memasak bekal untuk buah hatinya.

"Ada apa, Kan?" tanya ayah sembari memasak.

"Gas buat water heaternya abis, terus aku gimana? Aku lagi kedinginan, males mandi air dingin. Hehe hehe hehe." ucap jahil Kania. Setelah itu, jelas ayahnya langsung mengganti tabung gas yang habis menggunakan tabung gas simpanan yang masih berisi. Kania pun disuruh ayah untuk mengecek apakah air hangatnya sudah kembali berfungsi seperti semula.

"Udah?" tanya ayah kepadanya.

"Belom nih, Yah." jawab Kania. Lalu Kania ke tempat ayahnya untuk menemani mengutak-atik gas.

Setelah itu, Kania ke kamar mandi untuk melanjutkan mandi paginya karena airnya telah berhasil kembali menjadi hangat. Sungguh kenikmatan baginya. Selagi dia mandi di bawah kucuran air hangat, dia sempat membayangkan mimpinya ketika dia bersama dengan keluarga yang dicintainya pindah tempat tinggal ke Sidney, Australia. Terbayang mimpinya menjadi kenyataan, bermain bola salju, bebahasa inggris, memilik teman sekolah berambut pirang. Imajinasi mimpinya memang luas dengan usianya yang baru 11 tahun. Usai sudah Kania mandi, kembali dia melilit handuk ke tubuhnya itu.

Keluar kamar mandi dan menuju ke kamar tidurnya. Di kamar tidur, dia mengeringkan badannya dengan handuk kesayanganya, dan mulai mengenakan seragam putih merah yang kemarin ibunya telah setrika dengan lembut.

Biasanya setelah Kania mengenakan seragam, Kania diam-diam baru menyiapkan buku pelajaran sekolahnya yang dipakai sekolah pagi itu. Kenapa Kania diam-diam? Karena jika ibunya tahu bahwa pagi itu Kania belum menyiapkan buku pelajaran yang digunakan untuk sekolah, ibunya bisa ngomel-ngomel. Selesai beres-beres keperluan sekolahnya, Kania keluar kamar dengan muka tersenyum lebar menuju ke ruang makan untuk menyantap sarapan yang dibuatkan oleh ayah. Setiap makan pagi, Kania sekeluarga makan bersama. Sampai di ruang makan, Kania tersenyum sambil menyembunyikan tawa bahagianya karena ayahnya membuatkan sup ayam yang menjadi makanan favoritnya.

LCKM 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang