Tiga | Percaya

11 3 0
                                    

Keiko telah siap dengan seragamnya, ia melirik arloji di tangannya kemudian segera bergegas mengambil tasnya yang terdapat di meja belajar. Sebelum pergi keluar rumah, ia menatap sendu foto kedua orang tuanya yang terletak di meja kecil dekat pintu masuk. Ia menatap lekat foto itu. "Aku berangkat, Ayah, Ibu." Keiko berusaha tersenyum ketika mengucapkannya, ia tidak ingin orang tuanya khawatir.

Ya, orang tua Keiko meninggal ketika ia sedang bersekolah, tepatnya hari Selasa, yang berarti hari keduanya di SMA Ratnaduhita. Ketika ia pulang, ia menemukan pemandangan di mana orang tuanya tewwas ditikam, bayangan itu masih terus menghantui Keiko. Pelaku pembunuhannya belum juga ditemukan hingga sekarang.

Terkadang, hal itu membuat Keiko khawatir, untung saja Kirara selalu ada bersamanya. Benar, Keiko memutuskan untuk mempercayai Kirara, walaupun Keiko hampir setiap hari mendapat ejekan dan cacian dari teman-temannya. Tetapi, itu tidak mempengaruhinya untuk meninggalkan Kirara.

Karena Keiko merasa, Kirara adalah satu-satunya teman yang dapat ia percaya. "Celaka, aku terlambat." Keiko dengan cepat berlari menuju kelasnya, tidak ingin terlambat masuk kelas. Namun, nahas, Keiko telat sepersekian detik. Pintu kelas telah ditutup yang artinya pelajaran akan segera dimulai.

Memang, Keiko bangun telat hari ini karena ia terbangun di tengah malam—tepatnya setelah ia merasakan mimpi itu. Dengan perasaan takut Keiko mengetuk pintu kelas itu dengan hati-hati. "Masuk!" teriak guru dari dalam yang membuat Keiko merasakan panas dingin di seluruh tubuhnya.

"Maaf, saya terlambat," ucap Keko sembari menundukan kepalanya. Ia dapat mendengar bisik-bisik dari teman-temannya yang mengejek dan menyindirnya. Ia merasa malu sekaligus takut sekarang. Detak jantungnya berpacu dengan sangat cepat, pipinya terasa sangat panas.

"Apa alasanmu terlambat?" balas guru itu dingin. "Maaf, saya bangun terlambat hari ini." Keiko semakin menundukan kepalanya, ia benar-benar merasa ingin pergi sekarang. Kenapa teman-temannya terlihat sangat bahagia melihatnya seperti ini? "Kamu teledor, silakan berdiri di depan kelas sampai pelajaran berakhir," titah guru itu yang membuat Keiko menganguk pasrah.

Ia berjalan menuju bangkunya dan menyimpan tasnya terlebih dahulu, setelah itu ia langsung kembali ke depan kelas. Ia dapat mendengar semua teman-teman mengejeknya. Ia merasa malu, tetapi sebisa mungkin ia menyembunyikan rasa malunya dan memasang wajah datar.

"Pak! Dia terlambat bangun karena aku, biarkan aku dihukum bersamanya!" teriak Kirara sembari mengacungkan tangannya. Semua orang menatapnya heran, termasuk Keiko, ia mengangga melihat tngkah Kirara yang diluar prediksi. "Benar, begitu?" Pak Guru menoleh dan menatap Keiko penasaran.

Sedangkan yang ditatap hanya mengangga bingung, ia tidak tahu harus bagaimana. Ketika ia hendak menggelengkan kepalanya, ia melihat dengan ekor matanya bahwa Kirara menyuruhnya untuk mengatakan 'iya'. Teman-teman menatapnya, ia menelann ludahnya dengan susah payah. "Iya, Pak, benar."

Dalam hatinya ia merasa bersalah telah berbohong, tetapi ia tidak mau menyia-nyiakan kebaikan temannya. "Baiklah, kalau beitu, terima kasih sudah jujur, silakan duduk dan ikuti pelajaran kali ini dengan baik."

Senyum indah terbit di wajah Keiko, ia tidak mengira ini berhasil, dengan cepat ia segera berjalan kembali menuju tembpat duduknya yang terletak di samping Kirara. "Terima kasih," bisik Keiko pada Kirara.

Kirara hanya tersenyum dan mengacungkan tangannya menyerupai huruf o. Pelajaran dimulai dan berjalan seperti biasa. Namun, entah kenapa Keiko merasa ia sedan diperhatikan oleh seseorang. Ia tidak nyaman selama pelajaran hari ini. 'Ada apa dengan diriku? Aku merasa ada yag mengawasiku,' batin

****

"Bagaimana? Ada perkembangan? Apakah iblis itu sudah berulah?"

"Tidak, sepertinya ia masih mengambil semua simpati dari manusia."

"Terus awasi dia, jangan sampai niatnya untuk menghabisi umat manusia berjalan lancar kali ini, jangan biarkan sejarah terulang kembali."

"Siap, paham."

'Keiko, aku tau iblis itu kamu, bersiaplah menerima kekalahanmu,' batin seorang gadis utusan Tuan untuk menyelamatkan bumi ini dari kehancuran.

****

"Kirara, aku ingin berbicara sesuatu," panggil Keiko dengan lembut, suaranya terdengar sangat lemah dan halus. 'Apa dia benar-benar ...?' batin Kirara menatap Keiko keheranan, "Kirara," panggil Keiko lagi yang membuat Kirara menoleh gelagapan, "I-iya, apa?" balas Kirara gugup.

"Kamu tau? Entah kenapa hari ini aku merasa tidak nyaman, aku merasa ada seseorang yang terus mengawasiku. Aku tau teman-teman memang membenciku, tapi ... perasaan ini berbeda, Ra, aku takut."

Keiko terlihat seperti memperlihatkan sisi lemahnya pada Kirara, ia memeluk Kirara dengan sangat erat seraya terus berbisik, "Aku takut." Dengan senang hati Kirara memberikan sandaran pada Keiko, gadis itu mengelus punggung Keiko pelan, guna member ketenangan dan kekuatan.

Kirara senang Keiko sudah mempercayainya dan menceritakan semua keluh kesahnya. 'Langkah kedua, berhasil,' batin Kirara seraya tersenyum aneh. Ia terus menarik Keiko dalam pelukannya. "Tenang saja, aku di sini," bisik Kirara pelan.

'Ck, drama banget, kubuka topengmu mampus kau,' batin seseorang ketika ia tidak sengaja menguping percakapan Keiko dan Kirara. Ia tersenyum mengerikan saat membayangkan sesuatu. Entah apa yang ada dalam benaknya, tiap kali ia bertemu dengan Keiko, pasti saja ia melontarkan kata-kata aneh.

Entah siapa ia sebenarnya. Yang pasti, untuk saat ini, ia menjadi seseorang yang sangat mencurigakan.

Keiko-chanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang