Jena memberikan surat itu kepada Alaska. Wajahnya hanya bisa tertunduk, selagi tangannya terjulur tepat dihadapan Alaska. Jena tak sanggup melihat reaksi suaminya.
Alaska membelalak tak percaya. "K-Kamu... menggugatku cerai?"
Jena tak berani menjawab. Mulutnya terkulum, menahan pelupuk matanya yang mulai berkaca-kaca.
Alaska terduduk lemas di pinggir ranjang. Kedua tangannya mengusap wajahnya, frustasi.
"Siapa dia? Siapa lelaki yang berani merusak rumah tangga kita? Kau menggugatku cerai karena kau mencintai lelaki lain bukan?" gumam Alaska. Suaranya begitu berat dan serius.
Jena menggeleng lemah
"Atau kamu sudah bosan denganku? Kamu membenciku karena aku gagal menjaga anak kita, begitu?"
Jena lagi-lagi menggeleng. Perlahan air matanya turun.
"Apa karena--" Alaska mulai mendongak menatap Jena. "Nikah kontrak yang pernah kamu ceritakan waktu itu"
Jena tak menjawab
Alaska terkekeh kecil, lalu meraih surat cerai di tangan Jena. "Berarti benar. Mama benar, kau hanya ingin memanfaatkanku"
Hening sesaat.
"Oke" Alaska bangkit dan meletakkan surat cerai itu kedalam lemari. "Berarti selama ini kamu terpaksa menjadi istriku. Entah apa yang ada di dalam pikiranmu sampai lebih memilih uang daripada berusaha jujur untuk menceritakan semuanya padaku"
Jena mengusap air mata di pipinya. "Aku takut ka--"
"Kau lebih takut kehilangan uang daripada kehilangan suamimu sendiri, iya kan!" bentak Alaska
Jena reflek mundur selangkah sambil menatap Alaska yang sudah kalap emosi.
Jena memejamkan mata waktu tangan Alaska terangkat, hampir menampar pipinya.
"Kukira hidupku sudah sempurna karena kau menjadi istriku" Alaska memutar badannya, kemudian mengambil koper hitam berisi uang hasil tabungannya. "Sudah berapa lelaki yang mengontrakmu? Berapa mereka membayarmu? Tidakkah kamu malu disamakan dengan wanita murahan di luar sana?"
"Aku bukan wanita murahan..." Jena mulai nangis sesenggukan. Dia gak percaya suaminya bakal mengatakan hal seperti itu
"Berapa yang kau butuhkan agar menjadi istriku lagi?" Alaska tak menatap Jena
"Al.."
"Atau kau hanya menerima kartu kredit?" Alaska mulai membuka dompetnya dan mengeluarkan semua kartu kredit yang ia miliki
Jena menahan lengan Alaska. Bahkan tak segan memeluk punggung suaminya itu sambil menangis.
Namun Alaska masih sibuk mengeluarkan seluruh harta benda yang ia punya. Hingga emosinya benar-benar meluap dan terpaksa melepas pelukan dari Jena.
"KAU MAU APA?! KATAKAN PADAKU, MAUMU APA SEKARANG JENA?!!"
Tubuh Jena seketika membeku. Nafasnya mulai tak beraturan. Sesekali air matanya ikut menetes kala menatap mata Alaska yang sudah berkabut emosi.
Alaska sejenak mengusap wajahnya frustasi lalu berteriak mengumpat.
Alaska keluar dari kamar lalu membanting pintunya keras
BRAK
Jena langsung terduduk lemas diatas lantai. Pandangannya tak fokus seiring air matanya yang terus mengalir keluar.
Jena lelah. Jena benar-benar lelah. Jena tak tau pilihannya ini sudah benar atau tidak. Namun Jena merasa seluruh kebahagiaannya telah sirna.
Sejenak Jena bangkit mengambil koper diatas lemari. Perlahan tangannya membuka pintu lemari dan memasukkan baju-baju miliknya ke dalam koper. Tangannya gemetaran selagi melipat baju-baju tersebut. Sesekali air matanya menetes jatuh membasahi pinggiran koper.
Jena mengambil salah satu baju Alaska sebagai kenang-kenangan. Sebuah sweater yang dulu pernah ia pakai juga. Jena pasti bakal merindukan wangi tubuh suaminya itu.
Sesaat Jena menyandarkan tubuhnya di dekat lemari. Nyeri di perutnya makin terasa menjadi-jadi. Jena teringat, hari ini jadwal ia kontrol ke dokter karena obat pereda nyerinya sudah habis.
Sejenak Jena memeluk perutnya
Maafin Bunda ya nak.. Bunda udah bikin Ayahmu marah-marah
🍁🍁🍁🍁🍁
Hampir 1 jam Jena termenung duduk di halte. Jemarinya sibuk memilin lipatan baju selagi menunggu bis tujuannya datang.
TIIN
Bis akhirnya datang. Dengan lesu Jena menggeret kopernya untuk naik kedalam bis.
Jena memilih duduk paling belakang dan paling pojok.
Perlahan bis mulai berjalan lagi. Jena bertopang dagu memandang kosong pemandangan di luar bis dari kaca disebelahnya.
Hingga tiba-tiba sebuah sentuhan hangat terasa di pundak Jena.
"Jena ya?"
Jena lantas menoleh dan terkejut mendapati ibu-ibu yang pernah ia temui di bis waktu itu.
"Eh, ibu ternyata" Jena tersenyum lalu bergeser sedikit memberikan space duduk untuk ibu itu.
"Panggil saya Diana. Saya lupa memperkenalkan nama waktu itu"
Jena mengangguk. Diana lantas tersenyum. Sejenak pandangan Diana terfokus pada koper yang dibawa Jena.
"Mau liburan ya?" tanya Diana
Jena menggeleng tak bersuara, air matanya tiba-tiba menetes begitu saja. Buru-buru Jena mengusapnya dengan cepat.
Diana mengehela napas lalu memeluk Jena erat. Sejenak ia mengusap punggung gadis itu yang mulai bergetar. Jena menangis sesenggukan.
"Kau sudah kuanggap menjadi anakku sendiri. Meskipun seluruh dunia membencimu, aku masih tetap disini untuk menyayangimu Jena" ujar Diana
Jena mengangguk lalu membalas pelukan hangat yang Diana berikan.
Merasa Jena sudah tenang, Diana mengurai pelukan tersebut. Jemari Diana mengusap air mata di pipi Jena.
"Air mata ini tak pantas menangisi kepergian seseorang" Diana menangkup wajah Jena, memberikan tatapan teguh nan hangat. "Air mata ini harusnya air mata bahagia untuk menyambut seseorang"
"M-Maksud ibu?"
TIIN
Suara bunyi bis terhenti di salah satu halte. Diana bangkit lalu mengulurkan tangannya dihadapan Jena.
"Ikut aku, dan kau akan menemukan kebahagiaan yang selama ini kau cari"
Eaakk.. yg digantungin. Lagi scroll nyari apaan mbak? Partnya udah abis wkwkwk
Btw gimana nih gimana?? 😁😁
Penasaran nggak??
Kira-kira maksud perkataan Bu Diana barusan apa ya??
Yuk main tebak-tebakan
Eits, tpi sebelum itu, ada uneg-uneg yang perlu disampaikan sebelum updatean terakhir??
Apaan tuh update an terakhir? Ending yak?
Gatau 😂😜 gaboleh kepo, ntar kalian mirip dora
Pokoknya jangan lupa VOTE dan COMMENT
Kalo gak vomment, author ngambek dan bakal author gantungin kalian semua huehehehe 👿👿👿
Biar sekalian penasaran berkelanjutan 😈😈
Siap next? Masih kuat?
Atau ada yang udah bosen?
Lope2 nya dulu 💜💜💜
Saranghae~
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Baby ✔ [COMPLETED]
Teen Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DI PRIVATE, FOLLOW BIAR BISA BACA] "Dia milikku. Menyentuhnya, dan aku akan membunuhmu" - Alaska ======================================= [Sequel Dijodohin] Hidup Jena kembali terombang-ambing. Rumah tangganya seakan diujung tanduk...