[Korea Selatan, Januari 1995]
MALAM berlalu tanpa terasa, hari-hari bagai pelesetan peluru. Sang surya kembali menghangatkan semesta. Kemilau cahayanya menerobos masuk melalui celah jendela besar transparan, menjejak lantai tertinggi kediaman mewah nan megah. Kamar bercat biru pirus, satu penghuni masih terbuai dalam mimpi. Selimut tebal hanya menggulung si tidur secara keseluruhan, itu yang dilihatnya.
Taehyung bangun lebih dulu. Berbaring menyamping, menghadap sepenuhnya pada teman kasurnya. Tangan sebelah kanannya diletakkan pada perpotongan pinggang sang adik. Sementara tangan yang satunya lemas memanjang pada bantal yang dikenakan Jungoo, sesekali mengelus lembut surai halus kelamnya. Mengulas lengkung kecil pada kedua sudut bibir, memperhatikan Jungoo yang masih tidur.
Hembusan napas hangat terasa saat Jungoo mengubah posisi tidur menghadap padanya, wajah mereka saling bertemu. Masih setia bergelung dalam tidur. Bibir tipis itu agak terbuka, di depan terlihat dua gigi kelinci yang mengintip menampakkan diri di sela mulutnya. Perhatiannya tak lekang dari lekuk rupawan yang terlelap di hadapannya, memandang paras indah luar biasa yang diukir sempurna oleh sang pencipta. Perpaduan khas antara dirinya serta ayah dan ibu. Tangan yang semula merangkul pinggang, kini berpindah mengusap pipi gembul itu dengan jemarinya. Halus, lembut dan menenangkan.
Rasanya, saat ini juga Taehyung ingin mencubit pipi Jungoo. Oh, tidak. Nanti rencananya bisa gagal, hanya selangkah lagi drama ini akan selesai!
Mengesampingkan sedikit ego, nafsu lebih menguasai Taehyung saat ini. Cubitan sayang dari Taehyung mendarat cepat pada salah satu pipi Jungoo, namun tak mendapat respons apa pun. Tanpa sadar, anak itu lebih mendekat pada wajah Taehyung. Satu hal yang diketahuinya, biar dicubit bagaimanapun Jungoo susah sekali bangun. Kebal sekali anak ini!
Sedetik kemudian, Taehyung menajamkan matanya untuk terfokus pada satu titik. Pandangannya jatuh pada kelopak mata yang masih tertutup itu. Sedikit bengkak. Beredar perlahan, penglihatannya kembali memaku pada hidung Jungoo yang kemerahan. Alisnya menekuk samar tatkala melihat jejak memanjang air mata yang mengering di sekitar pipi Jungoo.
"Kelihatannya, kau habis menangis semalam. Seburuk itukah perlakuanku padamu saat kemarin?" Bisikan itu ia perdengarkan pada Jungoo yang masih tertidur. "Bahkan di hari istimewamu ini, kau belum juga bangun. Apa aku harus memanggil Paman Park kemari untuk membangunkanmu, hm?"
Usil! Suka ganggu tidur orang!
Tangannya masih setia mengelus pipi lembut milik si bungsu. Setelah Taehyung selesai berbisik, perlahan Jungoo bergerak tak nyaman di sisinya. Mulai merespons di bawah kesadarannya. Gumaman kecil dapat Taehyung dengar. Meski hanya berupa lenguh, bibir Jungoo mengerucut ke bawah, entah apa yang dilihat dalam mimpinya.
Sungguh, ini kejadian langka yang pernah Taehyung lihat dalam keseharian. Terkekeh pelan, Taehyung menyibak helai rambut kepala Jungoo. Tampaklah dahi mulus membentang antara perpotongan rambut di kedua sisinya. Satu kecupan sarat akan kasih sayang melesat pelan di pertengahan kening sang adik tanpa membuatnya terusik. Tersenyum sekilas, lantas beranjak untuk membersihkan diri.
Pemandangan manis itu disaksikan oleh sepasang mata yang bersembunyi dibalik pintu kamar yang sedikit terbuka. Sehabis dari kamar yang selalu terkunci, terletak bersebelahan dengan kamar putranya. Dengan tidak sengaja, langkahnya terhenti saat melihat kehangatan pagi menyejukkan hati. Perkiraan Namjoon tepat sasaran, Taehyung tidak bisa berlama-lama mengabaikan si bungsu yang beruntungnya masih tertidur. Seulas senyumnya melebur bersama tenang kalbu, tak ada yang menyadari bahwa sebenarnya senyum itu mengembang di wajah Namjoon.
Pergi menjauh, meninggalkan kamar putranya. Menjalankan rutinitas. Persiapan pesta telah selesai, hanya menunggu waktu perayaan spesial itu dimulai sebentar lagi. Kalau urusan perfeksionis kerja, Namjoon adalah pakarnya. Tak ada hambatan dalam pembuatan acara ini, tentunya juga tidak sembarang memilih pekerja biasa untuk mendatangi secara langsung di rumahnya. Bersiaplah, setiap menit ke depan adalah kejutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE : Soulmates of The Universe
FanfictionMenyajikan kisah perjalanan spiritual. Di luar nalar, kejadian tak biasa. Sedikit melodrama, lebih banyak tentang ikatan persaudaraan dan alam semesta. Kisah ini berisi perjalanan rumit dua bersaudara yang kembali untuk memenuhi janji alam semesta...