Journey

2.2K 244 11
                                    

"Kami kecewa padamu Jaem..."

Jaemin berjalan dengan kepala tertunduk, rasa bersalah sekaligus rasa malu kini menjadi beban di pundaknya. Ia tidak bermaksud membuat para sahabatnya kecewa, tetapi Jaemin terpaksa.
Ia hanya tidak memiliki pilihan, tawaran Jeno membuat Jaemin tidak bisa berpikir dengan benar karena pada saat itu masa depannya tengah di pertaruhkan.

Dan... hanya Jeno yang bisa membantunya.

Jaemin tidak pernah berpikir keputusannya akan membuat semua orang kecewa, namun semua telah terjadi. Jaemin akan menanggungnya meski ia harus kehilangan orang-orang terdekatnya, Jaemin akan menerimanya.

"Jaemin, Pak Direktur memanggilmu ke ruangannya."

Langkah Jaemin terhenti, sebelum ia mencapai bilik kerjanya Jaemin sudah harus menghadap Bos besar. Entah apa yang akan terjadi padanya, penurunan jabatan atau bahkan di pecat Jaemin harus menerimanya.

Ia menarik nafas kemudian menghembuskannya pelan, mencoba menenangkan dirinya.

Semua akan baik-baik saja.

-


-


"Papa aku memohon. Untuk kali ini saja, beri kebebasan padaku untuk memilih!"

Taeyong menaruh benda persegi yang semula di telinganya kini berada di atas meja rias. Sambil melipat tangan ia menatap serius pada putra keduanya yang saat ini tengah berlutut di bawah kakinya.

"Aku sungguh-sungguh mencintainya."

Taeyong menarik nafas lelah.
"Jeno, kau sudah melakukan kesalahan. Perasaan kami tidak main-main. Perasaan Daddy juga perasaan Papa. Kau bisa saja jujur pada kami jika kau tidak ingin perjodohan ini di lanjutkan, tetapi kau memilih jalan yang salah."

"Papa..."

"Daddy sudah memutuskan. Jaemin akan di pindahkan ke cabang perusahaan yang lain."

"No! No Papa! Aku mohon!"

Jeno memeluk kedua kaki Taeyong dengan erat. Air matanya bercucuran dengan deras.

"Maafkan aku Pa... maafkan Jeno."

Taeyong menutup mata. Hatinya berdenyut sakit, namun keputusan suaminya tidak bisa di rubah.




-




'Haechan, Renjun... terima kasih dan maaf.'

Satu kalimat pendek yang kemudian Jaemin kirim dalam grup mereka.

Jemarinya bergetar ketika tanda pesannya telah terbaca menyala. Tidak ada yang membalas pesannya dan Jaemin tersenyum miris.

Jaemin mematikan ponselnya secara total lalu melepas dan membuang sim-card nya ke dalam tempat sampah yang berada di dekatnya.

Kedua lengannya menyeret dua buah koper besar kemudian menaiki Bus menuju stasiun kereta.

Selamat tinggal.



***




"Aku sudah menunggu hari ini tiba. Parasit itu sudah pergi menyusul Ibunya."

Langkah Haechan terhenti.

"Dia pantas mendapatkannya Ryu, Jeno calon suamiku, dan dia berselingkuh dengannya..."

"Haha... semua orang percaya aku tengah hamil. Jeno akan menikahiku secepatnya."

"Kau gila? Tentu saja bukan. Jeno tidak pernah melakukannya denganku. Dia menolak perjodohan ini dan memilih bersama Laki-laki yatim piatu itu."

The Rainy Night [Nomin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang