Sebuah Kisah Violet Konoha

237 29 8
                                    

Sumire POV

Aku terus berjuang setiap hari bahkan setiap detik aku pertaruhkan untuk latihan. Aku yang sekarang tidak mengharapkan sebuah pujian lagi dari setiap hasil kerja kerasku.

Selalu menjadi gadis yang sempurna untuk ayah.

Tidak ada hal lain yang aku fikirkan selain kalimat itu dan semua teriakan, perintah, dan semangat.

Ouh jangan lupa dengan suara lembut dari ibuku yang selalu bertahan untukku selama ini. Tapi tanpa alasan aku lupa dengan semua suara termasuk dari ibu, seakan telah tergantikan oleh teriakan dari ayahku.

Menyakitkan sekali jika mengulang semua teriakan kebencian itu.

Aku takut dan ingin berteriak tapi sayangnya tidak bisa.

Entah kenapa malam ini ibu membawaku keluar dari gubuk kecil kami, pergi menjelajahi hutan dan sampai ke sebuah tempat.

Aku tau kesehatan ibuku sedang tidak baik tapi pasti ada alasan untuk membawaku ke sebuah tempat.

Tempat itu penuh dengan cahaya kunang-kunang sekaligus rembulan. Rumput harum nan lembut dan juga angin lembut menambah suasana sendu.

Aku tidak tau kenapa setiap momen selalu aku bilang sendu tapi mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan kepedihanku.

"Ingat Sumire, jika ada kegelapan pasti ada cahaya karena kegelapan adalah bayangan dari cahaya,"

"A-apa maksud ibu?"

Saat itu aku tidak mengerti apapun dan ditambah lagi jawaban ibu yang berupa senyuman lalu kalimat panjang lainnya.

"Kau sekarang adalah bayangan tanpa cahaya jadi kau harus menjadi cahayamu itu,"

"Jika cahaya yang dimaksud ibu adalah cinta maka aku tidak bisa mencarinya karena aku adalah alat. Alat tidak bisa memiliki cinta,"

"Kau akan segera mengetahuinya,"

Segera?

Rasanya mustahil bagiku untuk mencarinya apalagi semua peraturan yang selalu aku terima.

Setelah malam itu, malam kemalangan menimpaku. Ibu telah meninggalkan aku selamanya, entah alasan yang membuatnya menjauh dariku.

Saat itu juga aku mulai menyerah pada nasibku seutuhnya, berhenti berusaha walau akibatnya buruk. Bahkan semua waktu aku lakukan untuk berdiam diri duduk di pojokan kamar.

Meskipun ayah terus mengundang, berteriak, ataupun memukuliku terus menerus itu tidak membuatku bereaksi.

Bahkan semua suara yang aku dengar menjadi teriakan atau sebuah kebisuan yang nyata.

Aku terus berusaha mengingat semua perkataan ibu tapi sayang aku tidak ingat.

Semua saran penyemangat tidak ada yang bisa membangunkan aku.

Tidak akan ada yang mengerti.

Tidak ada ada yang tahu rasanya sakit ini.

Aku harus menyerah saja dan jatuh saja dijurang ini.

Kau harus kuat Sumire...

Kau harus....

KAU HARUS KUAT!!!!

Rasanya semua teriakan itu tidak ada hentinya dan tidak berhenti memberi saran.

Tolong biarkan aku menyerah...

Aku tidak butuh saran saran itu

Walau kau adalah diriku..

Kumohon PERGILAH

Tanpa ibu aku tidak akan bisa bertahan lagi, rasanya menyakitkan.

Tanpanya aku terasa tidak dapat bernafas.

Masalah suara dalam pikiranku belum juga selesai ditambah masalah lainnya telah siap untuk datang.

Ayah memberiku sebuah segel dan monster yang harus diberi cakra untuk tumbuh lalu akan diledakan pada sebuah desa.

Memang benar aku sebuah alat

Kami adalah alat saja

Tidak lebih

Itu saja.

Saat menjalankan semua sandiwara, aku menyadari suatu perasaan tapi jujur awalnya aku tidak mengetahui artinya.

Semua berjalan lancar tapi rencanaku telah terbongkar dan teman akademi konohaku menyerang juga.

Dia diperintahkah untuk membunuhku.

Sungguh? Membunuhku?

Aku sangat nyakin itu bukan perintah dari hokage dan lucunya aku tak mengira bahwa dia memiliki sebuah rahasia.

Dia misterius sejak masu akademi, sungguh aku ingin mencoba membuat nue masuk kedalam tubuhnya.

Tapi sosok bermata biru menghentikan pertarungan singkat kami, entah kenapa dia sangat ingin menyelamatkanku.

Dasar payah.

Pertama kali aku melihatnya, aku tau dia akan menjadi penghalang bagiku. Sifat keingintahuannya membuat aku terpojok, apalagi dengan teman ularnya.

Arghh itu sungguh merepotkan.

Tapi saat aku sedang dirasuki, dia juga yang menyadarkanku dari kegelapan sekaligus membuatku bisa mengingat semua ucapan ibu.

Rasanya menyenangkan kembali mengingat memori indah walau itu sedikit saja.

Rasanya seperti menemukan cahaya dari kegelapanku.

Sungguh aku sangat berterimakasih pada sosok itu, dia yang menaruh kepercayaannya kepadaku, dan membuatku ke arah yang benar.

Menyenangkan mengetahui kepribadianku yang sebernarnya.

Pemalu..

Peduli..

Pintar...

Kuat...

Aku merasa bebas melakukan apa saja dan mendapat teman sekaligus momen kebersamaan.

Aku senang bisa terbebas dari masa lalu yang kelam.

Semakin aku merenungi perbuatannya membuatku semakin ingin mengikuti jalannya dan melihat seperti apa dia saat dewasa nanti.

Apakah menjadi pahlawan bagi dunia?

Ah entahlah aku pun juga tidak tau,

Tapi yang pasti dia akan menjadi cahaya bagi semua orang termasuk aku.

Sekarang juga aku akan mendukung setiap langkahnya dan mengawasinya dari jauh karena sebenarnya aku tertarik padanya.

🌷🌷

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Semarang, 5  Agustus 2020

Aku gabut jadi nulis cerita ini walau kagak jelas sih.

Tadi malem ada rasa gelisah gitu lalu nulis aja sembarang dan akhirnya selesai juga.

Maksud cerita ini adalah membuat ringkasan kisah Sumire dan penjelasan perasaannya.

Omong2 aku agak sedih ngetiknya gara2 dengerin lagu sedih saat ngetik.😭😭

Kisah Sang Violet KonohaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang